Chapter 2 - Michilgeot gatha!

88 3 2
                                        


Malam ini menjadi malam yang berat bagi Maya. Kata-kata dari ayahnya membuatnya merasa bersalah sekaligus sakit hati. Ia sadar bahwa selama ini ia terlalu egois untuk memenuhi segala keinginannya sendiri. Namun disatu sisi ia juga tak menyangka bahwa kedua orang tuanya tega mengusirnya secara halus. Walaupun belum lulus-lulus, ia tetaplah seorang mahasiswa. Bagaimana mungkin ibunya dengan tega menyuruhnya menjadi tenaga kerja wanita.

"Aisshi!!!"

Maya masih mengumpat kecil didalam kamar ukuran 3x3 yang dipenuhi dengan tempelan poster-poster boyband dan girlband korea. Ia sudah mengumpulkan poster-poster tersebut sejak jaman SMA. Terpajang juga beberapa piala dan tropi kebanggaannya. Bukan karena prestasi akademik tentunya, tapi itu semua berasal dari perlombaan cover dance dan menyanyi korea. Kecintaan Maya terhadap korea tidak perlu diragukan lagi. Ia rela bolos hanya untuk bekerja mengumpulkan uang untuk bisa menonton konser. Bahkan ia pernah bekerja lembur selama 3 hari berturut-turut. Bagi Maya yang terpenting adalah bisa bertemu dengan idolanya.

"Jal mothaesseo! Pokoknya mulai besok aku harus segera mencari judul. Besok aku akan belajar di perpustakaan. Kalau perlu sampai perpus tutup. Aku yakin aku pasti bisa."

"Oppa..." ujar Maya sambil menatap poster EXO kesayangannya.

"Mianhaeyo... Aku tidak akan mengecewakanmu oppa. Aku pasti bisa! Fighting!"

Maya segera menyiapkan buku-buku yang akan ia bawa besok. Ia mulai merapikan meja belajarnya yang penuh dengan aksesoris-aksesoris ala korea dan menumpuk segala macam buku yang tadinya berada didalam kolong tempat tidur.

"Aku tidak akan berakhir menjadi TKW."

Malam ini, Maya memutuskan untuk berubah. Ia akan berusaha lebih keras agar tidak di drop out dari kampus. Ia ingin segera lulus dan mewujudkan impiannya sejak dulu, impian yang selalu ia perjuangkan, impian yang selalu saja menghantuinya selama ini, yaitu... pergi ke Korea.

Maya merasakan kepalanya berdenyut. Nafasnya terasa berat. Perlahan ia mencoba untuk membuka matanya. Ia meraih handphone nya yang dari tadi sudah berbunyi. Alarm jam 5 pagi.

"Hoamm..." Setelah mematikan alarm, Maya kembali tertidur tanpa sadar.

"MAYA!!!"

Tidak ada tanda-tanda dari dalam kamar berpintu pink bertuliskan MAYA itu. Manohara pun geram dan menerobos masuk dengan tidak sabar.

"Maya bangun May!"

"Arasseoyo... Arasseoyo eomma..." Maya masih memeluk guling kesayangannya dengan erat seakan taka da satupun yang bisa memisahkan mereka.

"May!! Ibu Susi sudah setuju!"

Seketika itu juga darah mengalir ke kepala Maya. Ia langsung membuka kedua matanya dan terbelak kaget.

"Mworago?!" Maya segera bangun dan menatap ibunya dengan pandangan kaget. Ia ingin memastikan bahwa ia salah dengar.

"Nanti sore kau sudah bisa langsung ikut ke agency Ibu Susi." Ujar Manohara dengan berbinar.

"Eomma.... Ini bercandaan kan?"

"Cepat sana mandi, lalu siap-siap! Kau ini beruntung. Lihat saja itu si Uti, tidak bisa langsung masuk. Mesti menunggu antrian. Beruntung sekali kau May!"

"Bu... Maya ga mau jadi TKW!"

"Maya! Kau sendiri kemarin sudah janji sama ibu sama bapak! Sudah ibu tidak mau tahu lagi, jangan buat ibu pusing. Ibu ini sudah tua. Mau sampai kapan kamu ngerepotin ibu? Sampai ibu mati?"

Manohara segera beranjak keluar dari kamar Maya. Ia tahu kalau ia masih saja berdebat dengan anak itu, ujung-ujungnya akan berakhir seperti kejadian semalam.

MAYAWhere stories live. Discover now