Hari ini Maya meminta izin kepada ibu Susi untuk menghabiskan waktu bersama ibunya. Maya merasa sangat bersalah telah menuduh ibunya macam-macam. Maya sadar, beribu kata maaf pun tidak mampu menghapuskan luka yang ia buat.
"Eomma... Ibu..." panggil Maya pelan.
Manohara menoleh sambil tetap berjalan melewati pertokoan yang ada.
"Maya minta maaf."
"Iya. Lagian ibu sadar, cara ibu yang salah."
Maya menundukkan kepala. Dari tadi rasanya air matanya tidak bisa berhenti. Maya ingin terlihat tegar, namun raut wajahnya tetap tidak bisa menyembunyikan kegelisahan hatinya. Manohara yang menyadari hal itu segera merangkul bahu anaknya.
"Maya kan sudah besar..." ujar Manohara.
"Maya pasti bisa kan? Ibu hanya bisa bantu doa dari sini, selebihnya Maya harus berusaha sendiri ya. Ibu yakin anak ibu pasti bisa. Maya kan kuat." Lanjut Manohara.
"Maya selama ini belum bisa membalas jasa-jasa ibu. Maya mengecewakan ibu, mengecewakan ayah, mengecewakan adik-adik juga. Maya..."
Belum sempat Maya melanjutkan kata-kata, Manohara langsung memeluknya. Manohara tahu betul sifat anaknya itu. Meskipun cengeng, ia tahu jika Maya merupakan anak yang kuat.
"Maya sayang ibu..."
Goresan keemasan di kala senja menjadi latar kehangatan ibu dan anak yang selama renggang oleh keegoisan masing-masing. Angin malam yang perlahan mulai berhembus seakan sengaja mengikat mereka untuk tetap menghangatkan diri dalam sebuah pelukan. Maya berharap waktu bisa berhenti walau untuk sementara saja. Hati kecilnya sedih untuk meninggalkan wanita kesayangannya. Walau bagaimana pun juga, Maya tidak bisa mengkhianati mimpinya selama ini. Hanya saja Maya tak pernah menduga jika mimpinya mesti terbayar dengan sangat mahal.
"Maafkan ibu, May karena ibu belum bisa menjadi ibu yang baik..." ujar Manohara terisak. Bulir-bulir air mata mulai jatuh di pipinya.
"Ibu...." Maya semakin mengeratkan pelukannya.
"Ibu tidak bisa mmeberikan kamu cara yang layak untuk bisa menggapai mimpi-mimpimu nak..."
Maya tak kuasa menahan tangis. Baginya, Manohara adalah sosok ibu terbaik yang pernah ada. Walaupun Maya selalu saja beradu mulut dengan nya, Maya tetap saja kangen jika saja tidak ada lagi yang mengomelinya. Manohara memang sering sekali mengeluh, tapi ia tidak pernah sekali pun berputus asa. Dibalik keluhan-keluhan Manohara, Maya yakin ibu nya itu hanya ingin supaya Maya lebih dewasa dan mandiri.
Setelah menghabiskan 1 hari bersama, akhirnya Maya dan Manohara harus berpisah kembali. Mereka berdua telah berjanji tidak ada perpisahan yang menyedihkan. Mereka harus sama-sama kuat dengan keputusan yang telah dipilih.
Namun tetap saja, Maya tidak bisa mencegah air matanya untuk kembali jatuh dihadapan ibunya. Demikian juga dengan Manohara. Mereka kembali dalam suasana yang mengharukan. Bagaimanapun juga, perpisahan dengan seorang ibu adalah hal yang berat bagi seorang anak.
---------------------------------------------------------------------------------
Hi annyeong. Finally I can keep my promise to upload a chapter each day. Even though this chapter is rather short than before, but I still hope that you like it. Just consider this chapter as the additional chapter for MAYA and her mom.
Finally, I hope you enjoy reading this story. Put you comment below and let me know about your opinion for this story. Click vote and I love you guys.
-A-
![](https://img.wattpad.com/cover/63776287-288-k128343.jpg)
YOU ARE READING
MAYA
RomanceMemang benar kalau mimpi saja belum cukup untuk membuat apa yang kita inginkan tercapai. Maya, seorang gadis berumur 24 tahun harus mengalami kenyataan pahit menjadi seorang TKW. Semua mimpi indahnya kini berubah menjadi mimpi buruk disaat ibu nya m...