Hilangnya Sesuatu yang Terpenting

44 2 0
                                    

Seusai makan Merekapun tertidur lelap. Keesokkan harinya Mahmud berinisiatif untuk mencari penghasilan, yaitu dengan memungut sampah botol. Mahmud dan adiknya pergi bersama-sama mencari botol bekas disekitar jalanan dan di tempat-tempat sampah. " Dik kamu udah banyak belum dapet botolnya", ucap Mahmud. " Belum kak, aku masih sedikit nih", ucap Ridwan. " Ya udah ayo kita cari lagi dik", ucap Mahmud. " Iya kak", ucap Ridwan.
Mereka terus mencari botol bekas, jalan demi jalan mereka lewati hanya untuk mencari botol bekas yang ingin dijual agar mereka bisa membelikan ibunya makanan. Mereka mencari dengan sangat rajin, dan terkadang mereka asik bernyanyi dan tertawa sampai terbahak-bahak. Sesekali mereka beristirahat karena lelah.
Hari menunjukkan sudah siang, tetapi mereka terus mencari botol-botol bekas yang berserakan. " Kak langsung kita jual aja yuk, botol botol ini", ucap Ridwan. Mahmud berkata," Nanti dulu dik, ini masih sedikit, ntar dijualnya murah". " Oh gitu yah kak", ucap Ridwan. " Iya dik", ucap Mahmud.
Tak terasa hari sudah sore dan merekapun berhenti mencari botol botol bekas, lalu menjualnya. Sesampainya di Bank Sampah yang diurus Bang Tohir, Mahmud pun berkata," Bang kami ingin jual ini nih". " Oh bentar yah dik, abang timbang dulu", ucap Bang Tohir. Mahmud bertanya," Dapet berapa kilo bang". " Ini dik dapet 6 kilo, jadi semuanya 18 ribu dik", ucap bang Tohir. " Makasih bang ", ucap Mahmud. Mereka lalu pergi menuju warung makan dan membeli sebungkus nasi dengan lauk yang sederhana. Saat di perjalanan pulang, tiba tiba Ridwan kelelahan dan mengantuk, lantas Mahmud menggendong Ridwan sampai rumah. Sesampainya di rumah di baringkanlah Ridwan di bale depan rumahnya. Mahmud pun masuk rumah, " Bu kita makan dulu yuk ", ucap Mahmud, tetapi ibunya tidak menanggapi. Dihampirilah ibunya, ternyata ibunya masih terbaring di kamar dengan mata terpejam. Lanta Mahmud pun membangunkannya, tetapi ibunya tidak bangun dari tidurnya. Setelah di cek pernapasannya oleh Mahmud, ibunya pun sudah tiada lagi, Mahmud pun menangis sambil memeluk ibunya. Tak kuasa Mahmud membendung air matanya karena ibunya sudah meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Nah sahabat AIRA tahu kan bahwa Mahmud orang yang sangat berbakti kepada ibunya.
Nantikanlah kisah dari Mahmud selanjutnya yah di Perjalanan Seorang Anak.

Bye, Salam AIRA.

Perjalanan Seorang AnakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang