Chapter 2

104 12 0
                                    

Suasana didepan ruangan ibu Stevi sangat tegang, sedangkan di dalam ruangannya seorang wanita terbujur kaku dengan selang-selang yang menjadi alat pembantu pernapasannya.

"Dokter, apa ibuku baik-baik aja? Dia ngak Kenapa-kenapa kan!!'' memegang tangan dokter sambil menangis.

"Maaf ya dik, ibu adik mungkin tidak bisa bertahan sampai nanti malam, kami sudah berusaha tapi kanker ibu adik sudah menyebar." dengan perlahan menjelaskan dan memegang kepala Stevi, setelah itu pergi menjauh meninggalkannya sendiri.

Stevi berlari menuju kamar ibunya yang sudah terbaring kaku diranjang rumah sakit.

"ibu... Ibu....hu...hu.. Ibu bangun,ibu harus bangun" menggoyang-goyangkan badan ibunya.

"Udah stev nanti ibumu pasti bangun, percaya deh ama aku, tapi ketika ibumu bangun kamu harus mengeluarkan isi hatimu untuk terakhir kalinya ya? " aku meyakinkan stevi kalau ibunya Pasti bangun walau bisa dikatakan ibunya sudah ngakk ada lagi.

"Tapi...."

"Kamu tenangi dulu fikiranmu, kalau ibumu sadar nanti ia malah sedih liat kamu sedih."

"Baiklah aku keluar sebentar tapi kamu harus jagai ibuku baik-baik, jika ibuku sadar kamu harus panggil aku ya" air mata sudah membasahi pipi anak gadis 17 tahun itu.

"Baiklah."

Stevi meninggalkan ruangan dengan wajah yang pucat, aku merasa kasihan dengannya. Biasanya ia sangat riang dan banyak ngoceh, tapi sekarang ia sangat sedih.

Stevi selalu menyembunyikan kesedihannya dariku, sekarang aku baru tahu kalau ibunya sakit parah.

"Aku pasti akan sadarkan ibumu, walaupun aku nggak tau hasilnya."

Pisau buah yang ada diatas meja sekarang sudah berpindah ketanganku, aku menyayat telapak tanganku. Darah pun keluar, aku buka mulut ibu stevi dan darahku menetes kemulutnya.

Bagaikan obat penyembuh sementara karena darahku tidak akan bisa menyembuhkan penyakit dalam secara sempurna, hanya menyadarkan ibu stevi  sementara saja.

"Stevi ayo cepat kemari!!! Ibumu udah sadar,  cepat. "

"Ibu...ku udah dadah. "

"Ya ibumu."

Wajah yang pucat kini kembali berseri-seri, stevi duduk di samping ranjang ibunya.

"Kamu istirahatlah dulu kay, kamu pasti capekkan"

"Terimakasih stev, aku pergi keluar bentar ya, tan aku permisi dulu. "

"Ya, kamu hati -hati."

"Ya tan"

Berbalik ke belakang dan meninggalkan rumah sakit, luka ditanganku sudah pulih seluruhnya. Motor yang ku kendarai ku hentikan di sebuah hutan yang lebat dekat dengan pemungkiman warga.

Aku masuk kedalaman hutan dan meletakkan motorku di balik batu agar tidak ada yang melihat, perutku sudah mengeluarkan bunyi pertanda aku harus mengisinya.

Di dalam hutan lebat ini sedikit binatang yang dapat diburu, untung saja aku membawa minuman dari rumah yang kusimpan dibalik jaket hitamku.

Di bawah pohon yang rindang aku duduk sambil bersender ke batangnya, disini cuaca sangat sejuk membuat aku terlelap.

***
POV Stevi

Ruangan yang berbaur dengan bau obat-obatan itu terbujur seorang wanita yang sedang memancarkan senyuman agar terlihat sehat oleh anaknya yang semata wayang.

"Mama harap kamu nanti bisa menjadi orang besar, kalau mama tiada kamu jangan pantang menyerah ya."

"Apa sih mama ini, mama pasti bisa sembuh aku yakin ma. aku sangat sayang mama, sangat sangat sayang sekali. ''

Woman's Blood Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang