2) Siapa yang Meninggal?

143 12 1
                                    

"Sepertinya, semuanya akan dimulai."/ "Kalau tidak salah nama gadis yang meninggal itu Minaru atau Minara, ah! aku lupa, pokoknya namanya seperti itu"

.

.

.

Jungkook memandang lapangan olahraga dari ruang kelasnya, diluar hujan dan angin bertiup lumayan kencang.

"Akhir-akhir ini cuaca sedang buruk ya,"

Jungkook mengajak bicara Yoongi yang terlihat sedang serius membaca, ia kemudian duduk dikursi yang berada didepan Yoongi. Pemuda dengan kulit putih itu mengarahkan mata sipitnya keluar, menatap hujan yang semakin deras saja. Kemudian Yoongi menghela napas berat.

"Kau, sepertinya tidak tenang. Apa ada sesuatu?"

"Jangankan Yoongi, setiap orang dikelas ini sudah pasti tak tenang karena sudah masuk dikelas 3-3 yang dikutuk."

Hoseok membelalakkan matanya sambil menutup mulut, sedang Jungkook terlihat penasaran.

"Kelas 3-3 yang dikutuk?, apa itu sama maksudnya dengan kelas yang dekat dengan kematian?"

"Jangan dipikirkan hal yang seperti itu! Besok ujian Fisika, itu lebih penting untuk dipikirkan." Yoongi bersuara sambil sekali-kali menatap Hoseok dengan tatapan mematikan.

"Ya! Jadi belajarlah dengan giat." Hoseok menepuk pundak Jungkook.

"Pasti ada yang disembunyikan ya?"

"Sudahlah, lain kali saja bicarakan itu." Yoongi memasukkan buku kedalam ranselnya.

"Hai, Jungkook-ssi. Aku Kang Seulgi."

"Namaku Yoo Jiae."

Hoseok dan Yoongi sedikit bisa bernapas lega saat dua gadis yang merupakan teman sekelas mereka datang.

"Ah! Aku Jeon Jungkook."

"Maaf kami tak ikut menjengukmu waktu di rumah sakit." Jiae berbicara,

"Tak apa."

"Apa ada masalah yang kau alami di sekolah ini Jungkook-ssi?" Seulgi yang bicara kali ini,

"Sebenarnya ada banyak hal, yang... membingungkan kurasa." Jungkook menggaruk belakang lehernya,

"Sudah kuduga, tapi semuanya akan terjawab. Tak lama lagi."

Yoongi menatap Seulgi dengan penuh tanya, "Sepertinya, semuanya akan dimulai." Jawab Seulgi yang membuat Yoongi mengacak rambutnya.

"Padahal tahun lalu aman-aman saja." Hoseok tersenyum kecut,

"Aku semakin bingung, kenapa tak beritahu langsung?"

"Maaf Jungkook-ssi, kami hanya tak mau mengambil resiko." Jiae menjawab pertanyaan Jungkook dengan perasaan tak enak.

"Lebih baik kita pulang saja, hujannya mulai reda." Seulgi beranjak diikuti Jiae, "Kalian duluan saja, mejaku masih berantakan." Jungkook menunjuk mejanya, "Baiklah, kalau begitu kami duluan."

Awan kelabu yang tadinya tebal mulai menipis, matahari sore kembali timbul dan membuat langit bak lukisan abstrak berwarna oranye kemerahan. Jungkook tersenyum kecil, walau penuh misteri tapi desa ini juga unik menurutnya. Sejak kecil ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Sekarang, ia rasa ia harus bisa mengungkap rahasia disini.

.

.

.

Jungkook memilih berjalan kaki, udara di desa memang bagus ditambah lagi sehabis hujan, pasti udaranya segar dan bersih. Hal yang tak bisa ia rasakan saat di kota. Ia melewati gang-gang sempit yang mempunyai banyak belokan, untungnya dia merupakan pengingat yang baik, jadi dia tak akan tersesat.

I'll Kill YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang