3) 20 Tahun Lalu

58 8 0
                                    

Jungkook terkesiap. Itu suara Kanami!

Jungkook melangkah mundur namun tetap mengawasi boneka mirip Kanami didepannya.

"Jangan takut, Jungkook-ssi."

Jungkook kembali dibuat terkejut ketika Kanami keluar dari belakang boneka tadi.

"Kanami?!"

"Kau lucu. Apa tadi kau ketakutan?" Kanami bertanya dengan tersenyum kecil.

"Sepertinya ada banyak hal yang ingin kau tanyakan, Jungkook-ssi."

Kanami berjalan kearah tangga untuk naik kelantai atas. Sedangkan Jungkook hanya terdiam ditempatnya.

"Ikuti aku." Jungkook tersentak dan mengangguk cepat lalu mengikuti Kanami.

"Kita akan kelantai dua. Disana lebih nyaman." Mereka naik kelantai satu, lalu kembali menaiki tangga untuk kelantai dua. Kemudian, mereka duduk disofa. Tempat ini memang lebih nyaman menurut Jungkook. Selain tak ada boneka-boneka seram, nyala lampu disini lebih terang daripada diruang bawah tanah maupun lantai satu.

"Jadi, tanyakanlah yang ingin kau tanyakan Jungkook-ssi." Kata Kanami sambil menatap lurus pemuda didepannya.

"Bukankah kau tak suka ditanyai?"

"Ini kesempatan bagus, kan. Tanyakanlah apa yang kau bingungkan selagi aku bersedia menjawab, sebelum aku berubah pikiran."

"Bolehkah?" Jungkook terlihat antusias ketika Kanami mengangguk.

"Aku pernah mendegar bahwa kelas 3-3 dalah kelas yang dikutuk. Kau bisa jelaskan tentang itu?" Kanami menatap Jungkook serius,

"Jadi, begini," Jungkook menajamkan pendengarannya, tak ingin ketinggalan informasi barang sedikitpun.

"Dua puluh tahun lalu, ada seorang gadis yang bersekolah didesa Yeosan Selatan, sekolah Yeosan Selatan. Dia adalah gadis yang bisa dibilang sempurna. Dia cantik, pintar, ramah, dan berbakat dibidang akademik maupun non-akademik, namun sayangnya tak lama setelah ujian kelulusan selesai ia meninggal dan tak diketahui penyebabnya."

"Bagaimana bisa sampai penyebabnya tak diketahui?" Jungkook penasaran,

"Saat jasadnya sudah dikubur. Pihak keluarganya baru memberitahu orang-orang terdekat mereka, ketika ditanya tentang penyebabnya keluarganya juga tak tau. Mereka bilang gadis itu ditemukan tak bernyawa dikamarnya begitu saja. Kematian gadis itu membuat teman-temannya disekolah sangat terpukul termasuk para guru. Gadis itu sungguh berpengaruh besar disekolah itu." Kanami bercerita dengan suara rendah namun dapat terdegar jelas karena suasana sangat sepi.

"Mereka terus dilanda kesedihan. Sekolah benar-benar terasa suram sepeninggal gadis itu. Sampai suatu hari ada salah satu temannya yang menunjuk ketempat duduk paling belakang dipojokkan. Dia bilang 'itu dia! Dia masih hidup!' dan entah kenapa setelah itu setiap orang disekolah bertingkah dan menganggap seolah gadis itu masih hidup. Bahkan tempat duduk gadis itu dibiarkan kosong. Dan pada saat foto perpisahan, mereka sengaja meninggalkan ruang untuk gadis itu. Dan anehnya saat dilihat hasilnya..." Jungkook menelan ludahnya kasar, mendengar cerita misteri dimana ia tinggal didalamnya lebih menegangkan dari yang ia kira.

"Gadis itu muncul didalam fotonya." Sambung Kanami.

"Bagaimana bisa?" Kanami menggeleng.

"Entahlah. Kau tau? Sejak kemunculannya difoto tak lama setelahnya timbul misteri aneh. Mungkin semacam kutukan. Jika ada murid baru yang masuk kelas yang sama dengan gadis itu maka akan ada korban. Begitu seterusnya hingga suatu saat korban berjatuhan secara beruntun. Dan anehnya kejadian itu hanya terjadi pada kelas 3-3. Kelas kita."

Jungkook menelan ludahnya lebih kasar dari sebelumnya. Tubuhnya menegang.

"Dan seiring berjalannya waktu, akhirnya terjadi aksi saling bunuh antar anggota kelas dan hanya ada sedikit murid tersisa."

"Lalu, apakah kutukan semacam itu belum berakhir?" Kanami berdehem kecil,

"Sudah tiga tahun belakangan semuanya kembali damai. Namun kurasa, sebentar lagi akan dimulai."
Jungkook mulai paham,

"Jadi itu maksud mereka. Lalu bagaimana dengan-"

"Aku tau apa yang ingin kau tanyakan selanjutnya Jungkook-ssi. Masalah namamu yang diasosiasikan dengan kematian, serta mereka yang tak menganggapku ada, bukankah begitu?" Jungkook mengangguk.

"Kau anak baru jadi itu merupakan pemicu kutukan itu bisa saja terjadi lagi. Kalau denganku, mereka tak menganggapku karena jumlah murid disana sudah cukup seperti diwaktu gadis yang kuceritakan tadi hidup. Maksudku, jika murid disana melebihi jumlah murid saat dimasa gadis tadi hidup, kemungkinan kutukannya muncul sangat besar. Mereka tak menganggapku agar jumlah muridnya seakan sama."

"Lalu kenapa mereka tak memperlakukanku sepertimu?" Jungkook bertanya dengan penasaran. Angin yang masuk dari ventilasi menggerakkan rambut mereka. Kanami menyingkirkan rambut yang menutupi sedikit wajahnya karena terpaan angin tadi.

"Mungkin sebentar lagi mereka tak menganggapmu ada juga." Mereka terdiam beberapa saat. Hingga Kanami kembali bersuara.

"Sudah malam." Jungkook tersadar. Bibinya pasti memarahinya setiba dirumah.

"Baiklah. Aku permisi. Terimakasih atas semuanya, Kanami." Kanami mengangguk dan mengantar Jungkook sampai didepan pintu. Angin diluar kembali menerpa mereka.

"Kuharap mereka tak memperlakukanmu sepertiku Jungkook-ssi. Kau tau, dianggap tak ada itu sungguh tak enak."
Mendengar itu Jungkook tersenyum, senyum yang memamerkan gigi kelinci miliknya dan itu terlihat lucu tentunya, serta tak lupa matanya yang ikut meyipit. Mau tak mau Kanami tersenyum, walau senyum kecil.

"Tak masalah. Toh aku masih ada teman. Itupun kalau kau mau menjadi temanku." Jungkook menepuk bahu gadis yang kembali memasang wajah tanpa ekspresi.

"Sampai jumpa besok!" Kanami mengangguk.

"Ya. Hati-hati."

Seiring pulangnya Jungkook, gadis itu kembali tersenyum. Dan entah karena cuaca yang dingin atau apa, semburat tipis berwarna kemerahan menghiasi pipi gadis itu.

...

...

...

Setelah sekian lama saya baru ada mood buat update. Ada yang nunggu ceritanya atau nggak rasanya kurang enak kalau ceritanya ditingganlin gitu aja 😂.

Bagi yang sudah mau baca terimakasih banyak :))
Jangan lupa Vote dan comment ya! 😁

Pai pai~

Hyo_Yoongi



















I'll Kill YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang