2

58 12 1
                                    

Hey..

Aku berbalik badan dan orang yang sedang berdiri dihadapanku adalah laki - laki yang menolongku diperpustakaan kemarin.

Entah perasaan apa yang ku alami saat ini. Entah itu senang? Atau mungkin biasa saja.

Ya, aku memang menyukainya. Namun aku merasa biasa saja saat ini.

"Kamu sendirian?" Tanyanya.

"Um, tidak. Aku bersama sahabatku" jawabku.

Dia tidak menjawab ucapan ku. Muncullah keheningan diantara kami. Hanya suara ombak yang mengenai batu karang.

"Oya, namaku Liam. Liam Payne" dia memperkenalkan dirinya sambil menjulurkan tangannya.

Aku menyambut tangannya dan tersenyum. "Aku Isla. Isla Andersen"

'Oh, dia memperkenalkan dirinya lebih dulu. Aku tidak perlu usaha yang keras untuk bisa berkenalan dengannya. Terima kasih Tuhan. Kau mendengar doaku'. Gumamku dalam hati.

Aku baru merasakan sesuatu yang membuat perut ku seperti ada kupu - kupu yang terbang. Detak jantung yang berdebar sangat cepat. Dan tangan yang dingin karena aku gugup.

***

"La, maaf ya agak lama" ucap Bella.

"Gapapa kok" jawabku tersenyum.

Aku dan Bella pun berjalan - jalan dipinggir pantai. Sesekali kita berfoto dan bermain air laut.
Waktu sudah hampir sore, aku sudah lelah namun Bella tidak mau pulang sebelum dia menyaksikan sunset.

Namun aku memilih beristirahat disebuah pondok didekat pantai. Aku lelah. Sangat lelah.

Aku hampir tertidur. Namun seseorang membangunkanku secara tiba - tiba yang membuatku terkejut dan ingin memarahi orang yang telah menggangguku.

"Hey kenapa kau membangunkanku? Aku sedang berusaha istirahat!!" bentakku.

"Um, maaf aku tidak bermaksud. Aku berjalan - jalan kesini karena aku bosan daaann aku melihatmu berada disini. Jadi aku ingin banyak berbicara denganmu. Boleh?" tanyanya.

Oh, Tuhan maafkan aku. Aku membentak Liam. Sungguh, aku tidak tau jika dialah yang membangunkanku.

"Oh, Liam. Maafkan aku. Aku membentakmu karena aku merasa kesal. Dan aku tidak tau kalau kamulah yang membangunkan aku. Aku benar - benar minta maaf!" jelasku.

"Gapapa. Itu bukan jadi masalah" ucap Liam.

"Oya, tentu. Tentu kamu boleh banyak berbicara denganku"

Liam hanya tersenyum dan dia terdiam beberapa saat. Seperti sedang memikirikan sesuatu.

Liam masih memikirkan sesuatu. Terjadilah keheningan diantara kita.
"Um, Liam?" Aku memecah keheningan.

"Ya?" Liam menjawab sambil menatap mataku.

Oh, ayolah dia menatap mataku. Namun aku tidak berani menatapnya balik. Aku pun menunduk.

"Isla, mau lihat sunset ?" Tanya Liam tiba - tiba.

"Oh, ya. Aku mau" aku menjawabnya dengan gugup.

Aku dan Liam berjalan menuju pantai dan menyaksikan matahari tenggelam.

Liam membawa kamera polaroid. Dia mengambil gambar ku tanpa aku tau. Aku pun tidak mau kalah.

Aku merebut kameranya dan mengambil gambar dirinya yang sedang tertawa.

Beberapa detik sebelum matahari menghilang, Liam memejamkan kedua matanya dan menghirup udara pantai.

Bagiku wajahnya sangat lucu saat seperti itu. Aku yang sedang memegang kamera Liam pun mendapat kesempatan untuk mengambil gambar wajahnya yang sedang seperti itu.

Liam yang menyadari sedang ku foto pun membuka matanya dengan ekspresi wajah yang kaget.

Tanpa pikir panjang, aku mengambil gambar wajahnya yang terkejut.

Aku tidak bisa berhenti tertawa karena melihat ekspresinya yang terkejut karena terkena flash kamera.

"Hahaha Liam lihat ini wajahmu. Terutama matamu yang seperti ingin keluar karena terkejut" aku tertawa sambil memberikan hasil foto yang tadi ku ambil.

Ekspresi Liam bercampur antara marah dan malu. Itu malah membuatku terus tertawa dan sulit untuk berhenti.

"Islaaa .. "

Seseorang memanggil namaku dan yang ku yakini itu Bella. Dia berlari ke arahku.

"Hey, dari mana kamu?" Tanyaku.

"Seharusnya aku yang bertanya. Ku kira tadi kamu ada dipondok sana" jelas Bella.

Aku terkekeh. "Kamu siapa?" tanya Bella. Liam tersenyum dan menjulurkan tangan kanannya. "Aku Liam" ucap Liam.

"Apa kalian mau ikut aku ke cafe kopi disana?" Tanya Bella.

"Tentu aku mau" jawab ku semangat.

"Um, boleh. Baiklah. Aku ikut kalian" jawab Liam.

***

"Liam, tadi kamu ke pantai sama siapa?" Tanya ku sambil menunggu kopi yang sedang Bella pesan untuk kita.

"Aku sendiri. Aku bosan dirumah. Jadi aku kesini" jawab Liam.
Aku hanya mengangguk mengerti.

'Kenapa bisa sama?'' Aku bertanya pada diriku sendiri.
Ayolah Isla, ini mungkin hanya sebuah kebetulan.

Kurasa kita kehabisan topik pembicaraan, karena sekarang kita sama - sama diam. Aku bingung mau membicarakan tentang apa.

***

Aku melambaikan tangan saat Bella mencari keberadaan aku dan Liam.

"Kenapa lama?" Protesku.

"Disana ngantri" jawab Bella.

Aku tidak menjawab karena aku tidak mau memperpanjang masalah. Apalagi dengan sahabatku sendiri.

Aku meminum kopi ku yang sudah tidak terlalu panas. Dan tanda panggilan masuk muncul dilayar handphone ku.

"Um, aku mau angkat telfon dulu ya. Gapapakan?" Tanyaku pada Liam dan Bella.

"Iya gapapa" jawab mereka serentak.

Aku pun berjalan keluar cafe untuk menerima telfon tersebut.

***

Author's POV

"Um, aku mau angkat telfon dulu ya. Gapapakan?" Tanya Isla meminta izin.

"Iya gapapa" jawab Liam dan Bella bersamaan.

Isla pun melakangkah keluar cafe untuk menerima telfon.

Liam maupun Bella tidak berani membuka percakapan lebih dulu. Mereka hanya memainkan gadget mereka dan meminum kopi mereka masing - masing.

"Um .. " Gumam Liam dan Bella bersamaan.

"Kamu duluan" ucap Bella.

"Aku lupa mau ngomong apa" ucap Liam terkekeh.

"Baiklah. Aku mau tanya" ucap Bella serius.

"Baiklah, tanyakan saja" jawab Liam serius juga.

" ......."

---------------------------------

Haaaii! Comment ya tentang cerita ini. Kalo pun seru ga seru ya komentar aja.

Jangan lupaaaa! Vote and comments!

rx

Window // Liam PayneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang