2. Raindrop

112 7 0
                                    

Laura's
...

Aku masih saja mengutuki diriku sendiri, menyesali apa yang telah kulakukan tadi siang sepulang sekolah. Dhea memarahiku habis-habisan sampai kupingku memanas, dia heboh sendiri. Dhea menatapku gemas, sesekali menggertakkan giginya saking kesalnya. Celotehan Dhea masih terdengar jelas dalam pikiranku.

"Kenapa cuma diam aja sih, Ara! Itu tadi kesempatan bagus, dia melihat ke arahmu. Aden Saputera menatap Laura Diana!"

Kupikir aku sudah memanggil namanya dengan lantang, iya aku sudah meneriakkan namanya sekeras mungkin. Aku sudah melawan rasa gugup dan memberanikan diri untuk memanggil namanya, aku sudah melakukannya dengan benar tapi kata Dhea tidak sepatah kata pun keluar dari mulutku. Aku sampai tidak bisa membedakan yang mana suara teriakan hatiku dengan teriakan mulutku.

Aku menghempaskan tubuh di atas kasurku, menatap langit-langit kamar berwarna biru. Kuambil handphone dengan sarung minie mouse tokoh kartun favoritku, sekarang aku memandangi angka-angka yang tertera di layar HP -nomer Ka Aden- yang aku dapatkan dengan berbagai cara. Mengatakan suka secara tersurat kan lebih gampang daripada menyatakannya secara langsung, apa aku sms aja yah. Tapi pasti dikira nomer nyasar, Ka Aden sama sekali tidak mengenalku, kemarin itu kali kedua mata kami bertemu setelah pertandingan bola -pertemuan pertama- itu.

"Ah, besok jadwalnya apa ya."

Aku langsung bangkit dari tempat tidur, memandangi dua lembar kertas yang tertempel di atas meja belajarku. Jadwal pelajaran kelasku dan kelas Ka Aden, sebenarnya aku sudah hafal di luar kepala tapi rasanya ada yang kurang aja kalau aku tidak melihatnya terlebih dahulu.

Besok hari Sabtu, hari favoritku karena besok pelajaran pertama adalah Bahasa Inggris. Aku suka Bahasa Inggris? Tidak tuh, kerjaanku selalu nyontek Dhea karena jika urusan bahasa yang satu ini Dhea ahlinya. Kalau tidak suka pelajarannya maka sukai gurunya dan sebaliknya. Tapi kalau tidak suka kedua-duanya, maka sukai tempat belajarnya. Yup, aku suka tempat belajarnya, LAB Bahasa.

LAB Bahasa ada di lingkungan kelas XII, aku bisa melihat kelas Ka Aden lebih dekat. Bonusnya lagi, setiap hari sabtu saat kelasku pelajaran Bahasa Inggris, maka kelas Ka Aden sedang belajar komputer. LAB Bahasa tepat di sebelah ruang komputer, kebetulan yang manis kan. Aku tidak sabar untuk besok.

Aku kembali mengutak-atik HPku, aku tidak akan pernah sanggup mengirim pesan teks untuk Ka Aden. Sekarang yang kulakukan adalah menjelahi dunia maya, facebook Ka Aden. Tidak ada hal sekecil apapun terlewatkan saat aku stalking fb nya, semua informasi pribadi hingga semua foto yang dia upload sudah aku save semuanya. Sayangnya, fb adalah satu-satunya akun medsos yang dia punya. Ka Aden tidak punya akun instagram, line, whatsApp, atau pun bbm. Sempat heran sih di jaman sekarang kok masih ada yang betah dan mampu bertahan tanpa media sosial.

Ada status baru di timeline fb-nya, update 3 menit yang lalu. "Kepada siapakah ku berikan cinta yang berlimpah ini?" Bacaku lirih, huaaa... Padaku saja, berikan padaku! Aku jingkrak-jingkrak kegirangan dalam imajinasiku -posisi masih tiduran- membayangkan apa yang aku inginkan tercapai.

Ingin sekali menawarkan diri untuk menampung cintanya tapi menyapanya, berbicara apalagi menyatakan perasaanku padanya adalah hal yang sulit kulakukan. Semua karena aku benar-benar terjatuh dan tergoda begitu dalam.

***

Aku masuk kelas dengan riangnya, hari ini aku absen dari kebiasaanku mengikuti langkah Ka Aden. Toh kita bakalan ketemu di pelajaran pertama. Nehra sudah tiba di kelas lebih dulu dariku, sedangkan Dhea belum kelihatan batang hidungnya.

Nehra terlihat serius membuka-buka bukunya tapi matanya sesekali mencuri pandang ke arah Reno yang ada di depannya, aku tersenyum melihatnya. Nehra tidak seagresif diriku, tidak seheboh diriku tapi dia beruntung bisa melihat orang yang disukainya sepanjang waktu.

ADMIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang