9. Smile

95 2 6
                                    

Laura's
...

Apa yang spesial hari ini adalah kenyataan bahwa ujian semester sudah berakhir, setelah satu minggu lebih berkutat dengan soal-soal yang membuatku meninggalkan sejenak kesenanganku sebagai penjelajah dunia maya.

Hal yang membuat senyumku semakin merekah adalah besok hari perpisahan kelas dua belas, berarti besok aku akan bertemu Ka Aden setelah sekian lama tidak melihat wajahnya.

"Woy.. Cengengesan aja." Aya menepuk pundakku, tumben dia sendirian.

"Hai, Ay. Lama nggak ketemu, kemana aja?"

"Kamu tuh yang ngilang kemana, udah seneng aja ngilang. Giliran galau baru mau main ke rumah. Aku ngerasa nggak punya tetangga, batang hidungmu nggak keliatan sama sekali Ra." Aya mengoceh sementara aku masih cengengesan.

"Fokus belajar non." Jawabku sembari mengedipkan mata.

Benar sih apa yang dikatakan Aya, aku beberapa minggu ini jarang main ke tempatnya. Di sekolah juga kita jarang ketemu karena beda kelas, Dhea juga rada susah diajak main. Aku? Terpesona dengan duniaku sendiri.

Aya duduk di sampingku, bangku panjang yang ada di depan kelasku. Aku menerawang di depan sana, kelas yang kosong. Sepertinya aku harus mencari semangat baru untuk pergi ke sekolah, sosok yang kujadikan semangat kan sudah tidak ada di sini lagi.

"Besok kamu mau ngapain?" Tanya Aya.

"Pergi ke sekolah."

"Aduh, Ra. Aku juga tau kali, maksudnya kamu pasti punya rencana terhadap prince charmingmu itu."

Aku terkikik pelan, Aya langsung tersenyum simpul dengan alis yang bertaut.

"Tau aja kamu, Ay. Iya, aku ada rencana mau foto bareng dia."

"Yakin dia mau?"

"Iya, udah bilang kok."

"Selamat deh, yang mau foto sama idolanya."

Aku melempar senyum dan kedipan manja pada Aya, dia hanya geleng-geleng kepala dan menepuk pelan pundakku.

"Hoy, ada Aya!" Teriak Dhea, ia menjejalkan diri di antara aku dan Aya.

"Dhe, main nyempil aja sih!"

"Nggak papa kan, badanku kecil."
Jitakan dari Aya mendarat tepat sebelum jitakanku, Dhea meringis kesal. "Aya, tau nggak teman kita ini katanya mau foto bareng Ka Aden besok!"

"Udah tau!" Seruku dan Aya bersamaan, membuat Dhea refleks menutup kedua kupingnya dengan telapak tangan.

Perjuanganku akan berakhir besok atau malah akan semakin sulit, entah apa yang akan terjadi aku hanya bisa membayangkan yang bahagia-bahagia saja. Siapa yang mau berimajinasi sedih coba.

Aya dan Dhea juga Nehra, mereka mungkin sudah lelah mendengar keluhanku selama ini. Tapi aku tidak pernah terpikirkan ingin berhenti, segala tentang dia adalah pelengkap dalam hari-hariku.

Sementara aku sibuk menerawang jauh ke dalam lubuk hatiku, aku melupakan Aya dan Dhea yang ada di sampingku. Mereka asik memandangiku, sesuatu ada di wajahku kah?

"Mikirin Ka Aden yaa!!" Seru mereka bersamaan.

Aku hanya tersenyum dan langsung berdiri hingga tanpa sengaja tanganku yang kuayunkan menabrak seseorang.

"Maaf, aku...." Aku dipenuhi rasa tidak nyaman begitu melihat ekspresi wajah itu. "Maaf ka." Ulangku dengan menunduk sopan.

Ia berlalu tanpa menjawab permintaan maafku. Aku kembali mendaratkan pantatku di bangku panjang, tempat Dhea dan Aya yang masih duduk di sana.

ADMIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang