5. Realize

81 5 0
                                    

Laura's
...

Aku tidak pernah merasakan sebahagia ini sebelumnya, mungkin. Entahlah, sekarang aku terlalu bahagia dengan segala balasan dari Ka Aden. Setelah dipaksa mati-matian sama Dhea dan Aya aku memberanikan diri mengirim SMS untuk Ka Aden, secara teknis bukan aku yang ngirim SMS, Dhea dan Aya lah yang merangkai kata-kata -atas persetujuanku- dan Aya yang menekan tombol send.

Beberapa hari yang lalu, aku bertatapan langsung dan bicara padanya di parkiran sekolah. Sebenarnya tanpa sengaja, aku kepergok lagi liatin Ka Aden. Dia tersenyum padaku dan menanyakan keadaanku. Aku hampir jatuh tak sadarkan diri saking senangnya, dia mengingatku. Walaupun kejadiannya memalukan tapi setidaknya aku berhasil menarik perhatiannya.

Aku tidak jadi marah deh sama Dhea dan Nehra, aku harus berterimakasih kepada mereka. Jahil mereka bermanfaat. Hehe.

Flashback!

"Kamu nggak papa kan?" Tanya Ka Aden saat belakang motornya mengenggol kakiku, salahku terlalu semangat ngikutin dia. Aku menatap kedua sahabatku bergantian, yang ditatap cengengesan ria. Relax Ara!

"Iya, nggak papa kok Ka." Jawabku dengan suara memekik tertahan, aduh.

"Kamu... Yang jatuh tadi pagi kan? Di depan lab bahasa."

"Emm.. Iya, Ka." Duh, ngomong apa lagi. Jangan berakhir please, jangan akhiri percakapan ini Ka! Hope.

"Lain kali hati-hati ya." Ucapnya sambil berlalu dengan motornya. Oke, bye. Percakapan ini berakhir. Meskipun begitu, aku sudah blushing. Kutepuk-tepuk wajahku yang sepertinya sedang memerah parah.

"Ara..." Seru Dhea dan Aya bersamaan, disusul Nehra, mereka tersenyum lebar ke arah diriku yang masih menepuk-nepuk pelan kedua pipiku.

"Dia bilang hati-hati Ra."

"Ada untungnya kan aku dorong kamu tadi pagi." Ucap Dhea disambut dengan pelototan mataku.

"Dia mulai menyadari kehadiranku!"

"Yakin kamu Ra?" Tanya Aya, senyumku berangsur berganti jadi cemberut.

"Yakin aja deh, iya kan Ara!" Dhea merangkulku, kami saling merangkul lalu berjalan berdampingan sambil melompat kecil mengiringi setiap langkah kaki.

"Eh, ditinggal." Protes Aya dan langsung menyusup di antara aku dan Dhea. Nehra yang sedari tadi dicuekin hanya geleng-geleng kepala dan mulai menyusul kami bertiga.

Sesampainya di rumah aku mengganti baju dan makan siang bersama kedua orangtuaku, aku punya satu kakak perempuan dan adik laki-laki, mereka berdua tidak ada dirumah. Kakakku sedang kuliah ilmu komputer di luar kota dan adikku bersekolah di sekolah swasta yang jam pulangnya nanti sore, jam 5.

Aku adalah anak yang manja, anak mama. Ada apa-apa selalu cerita ke mama, tapi tidak masalah -cinta- yang satu ini. Bisa-bisa aku dimarahi karena tidak fokus dengan sekolahku, meskipun mama sering bertanya masalah cinta yang dialami anaknya, aku mah cuma jawab seadanya aja. Cuma bilang ada yang aku suka di sekolah, selebihnya rahasia.

Kegiatan selanjutnya adalah stalking, hidupku tidak jauh dari kata itu semenjak mengenal Ka Aden. Di sekolah jadi stalker, dirumah juga begitu. Hidup stalker!

Tidak ada update status baru di FB nya Ka Aden, twitter juga, line juga. Kemana yah, kok nggak kelihatan aktivitasnya. Karena tidak ada aktivitas baru dari sosmednya Ka Aden, aku menjelajah facebookku sendiri, menggonta ganti informasi yang ditampilkan.

"Ini Rizky bukan?" Aku mengklik foto yang lewat di berandaku. Beberapa saat kemudian aku mengiriminya pesan dan mulai mengobrol via facebook. Okeh, daripada gagal stalking aku mending ngobrol sama teman baru -baru-baru ini akrab-.

ADMIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang