Uang ... Segalanya

918 31 10
                                    

Uang. Tamaron Hannoch membutuhkannya. Dia memecahkan celengan wyvern yang dia beli tahun lalu dari toko barang bekas yang selalu dia kunjungi ketika ingin membeli sesuatu. Tahun lalu, ya. Namun, uang yang ada di dalam celengan itu hanya berjumlah 233 koin perunggu, atau sama dengan 2 koin emas dan 33 koin perunggu. Itu pun seluruhnya koin bernilai satu perunggu, hasil dari dia membujuk tukang sayur dan buah agar mau menjual barangnya sedikit lebih murah padanya. Walaupun, memang tidak jarang dia malah harus menahan malu karena dibentak dan dipermalukan. Dua emas dan tiga puluh tiga perunggu. Dan besok adalah hari ulang tahun Seluna Lunara, sahabatnya semenjak dia hanya seorang elf kecil yang terlahir di keluarga budak.

Untuk mendapat tambahan uang, kini dia bekerja lembur. Membersihkan gudang seorang jompo yang hanya tinggal sendirian. Membersihkan gudang yang luar biasa kotor ini hanya demi tambahan 150 perunggu. Mengangkat barang, menata, bahkan tak jarang harus dikejutkan oleh tikus-tikus yang berseliweran dari balik lemari, atau merasa mual karena menemukan puluhan gumpalan merah muda, mirip permen karet, yang ternyata adalah anak-anak tikus yang baru saja lahir.

Dua jam sepuluh menit sudah dia ada di bawah sini. Kini, dia hanya tinggal melakukan beberapa sihir penghilang untuk menghilangkan debu yang sudah dia sapu dan dia kumpulkan. Dia elf, ingat? Dia bisa melakukan sihir, walau memang hanya satu itu saja sihir yang bisa dia lakukan.

Sudah lama sekali Tamaron berpisah dengan Seluna. Lama sekali pula mereka tidak bertemu. Dan besok, Tamaron akan menemuinya dan membawa sebuah hadiah.

Pekerjaan selesai. Di ruang santai di lantai dasar, pria yang mempekerjakan Tamaron sedang menunggu, duduk di atas kursi kayu ek. Dia mengulurkan satu lembar uang kertas satu emas dan setengah emas sambil berkata, "Terima kasih, Elf," tanpa tersenyum.

Tamaron keluar dari rumah itu. Dia tidak pulang. Dia langsung pergi menuju kota. Kota itu adalah tempat Seluna tinggal.

Jarak desa Tamaron ke kota adalah sekitar dua jam perjalanan kuda. Mungkin butuh waktu lima atau enam jam jika harus berjalan kaki. Makanya, dia langsung pergi sekarang.

Tamaron sampai tanpa kendala sekitar delapan hingga sembilan jam kemudian. Mentari baru terbit saat Tamaron sampai.

Tamaron ternganga. Kota ini jauh lebih indah dari bayangannya. Segalanya bagaikan kota sihir para elf di saat sebelum elf diperbudak oleh manusia, yang selalu dia dengar saat dia masih kecil.

Dia melirik kanan-kiri, segalanya bagaikan ukiran alam. Sulur-sulur tumbuhan hijau merambati gapura, membentuk tulisan 'Selamat Datang di Hamabal'.

Tamaron tersenyum. Dengan percaya diri, dia melangkah masuk. Tak sadar seluruh mata memandangnya.

Tidak, bukan takjub karena Tamaron itu tinggi dan tampan. Tamaron sebenarnya pendek dan manis, seperti anak gadis, tidak seperti pria elf yang selalu digambarkan pada dongeng sebelum tidur. Mereka malah memandang heran dan seolah berpikir, "Sedang apa budak elf berkeliaran tanpa tuannya?"

Dengan percaya diri, dia melenggang. Berjalan-jalan sambil mencari-cari toko buku. Seluna mencintai buku.

Ada beberapa toko yang baru saja dibuka. Dia masuk, mencari buku, hanya untuk diusir kembali atau mendapati kalau buku yang dia cari tidak pernah sesuai harganya.

Lalu, di saat mentari sudah tepat di atas kepalanya, sebuah toko menarik perhatiannya. Toko Antik Ygness adalah toko itu. Selain papan nama yang indah, khas tulisan tangan elf, nama yang terpampang juga menarik perhatiannya. Toko seorang elf, ujarnya dalam hati.

Apex Predator - Kumpulan Cerpen [10/10 End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang