Kadang kala, cerita yang disuguhkan di dalam cerpen adalah cerita absurd yang tampak tak penting untuk diceritakan. Misalnya mengenai cerpen yang bercerita tentang seorang cerpenis yang berjalan sendiri di sebuah kota asing yang sama sekali belum pernah diinjak manusia yang memiliki kewarasan dan logika yang sehat.
Cerpen itu ditulis oleh orang lain, bukan cerpenis dalam cerita. Padahal, di akhir dia bercerita kalau cerpenis dalam cerita itu mati ditikam pisau, dan tidak mungkin ada satu pun manusia yang akan mendengar ceritanya, dengan asumsi tidak ada yang mengikuti cerpenis dalam cerita.
Penulis cerpen tentang cerpenis itu tidak menceritakan perasaan tokohnya. Dia memakai sudut pandang orang kedua, dengan narator sebagai pemerhati.
Cerita itu begitu indah. Kengeriannya benar terasa. Gelapnya juga. Sampai beberapa orang bertanya, "Bagaimana caramu menulis sehingga penghayatannya begitu dalam?"
Dan yang dikatakan oleh penulis itu hanya satu, "Latihan, dan aksi."
Banyak yang tidak mengerti. Banyak. Namun, mereka mengangguk dan berusaha mengerti.
Hanya satu yang merinding, langsung pergi mendengar jawaban itu. Dan itu adalah aku.
Kenapa? Jawabannya sederhana, aku ingin menelepon karena aku khawatir. Aku takut kalau cerpenis dalam cerita adalah pacarku, yang sudah seminggu pergi ke kota berhantu di sudut Timur pulau Jawa.
Namun, teleponku tak pernah terjawab, bahkan seminggu setelahnya, dan selanjutnya.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Apex Predator - Kumpulan Cerpen [10/10 End]
Historia Corta-Kumpulan Cerpen- (Tidak akan diperbaharui lagi.) Kumpulan cerpenku tentang nilai kehidupan, yang tidak melulu berlatar di kehidupan nyata, dan kebanyakannya adalah sindiran untuk Yang Banyak. -Apex Predator-