Saya akan berbicara secara obyektif. Belakangan ini saya mendengar kabar tentang anak SD yang kecanduan cerita stensil. Entah siapa yang pertama kali menggagas isu ini, saya harap ada konfirmasi yang jelas disertai link yang kredibel.
Untuk itu, saya harapkan bagi pembaca saya yang di bawah 17 tahun, mohon kesadaran diri dan kebijaksanaannya. Saya tidak tahu usia berapa saja kalian, sebab yang saya ketahui hanyalah orang-orang berusia di atas 20 tahun yang selama ini sering berkoneksi dengan saya (meski demikian, saya yakin perbandingannya lebih besar anak di bawah 20 daripada di atas 20). Maka dari itu, saya meminta ketersediaannya untuk menyikapi segala hal yang saya tulis secara positif, bertanggung jawab, dan bijak. Apa yang tak sepatutnya dibaca, lewati.
Saya tak akan mendeskreditkan penulis-penulis yang memiliki konten dewasa dalam tulisannya (sebab saya sendiri pun termasuk penulis brengsek). Saya lebih tertarik memojokkan orang-orang tak bertanggung jawab yang sembarangan memasukkan cerita dewasa dengan plot rendahan. Please, jangan jadi seorang mucikari yang menarik jutaan pembaca "polos" tanpa menyortir dulu tulisannya. Sepenelusuran saya, akun-akun tak bertanggung jawab banyak yang memposting cerita stensil dengan gambar seronok dan pembacanya pun bombastis. Untuk cerita seperti ini, mohon jangan diintip, kalau bisa direport agar segera ditindaklanjuti oleh admin Wattpad.
"Apa sih stensil?"
Stensil adalah cerita porno tanpa konflik. Cerita berahi yang dituangkan untuk mengundang hasrat seksual pembaca. Cerita seperti ini segmentasinya adalah dewasa, otomatis anak-anak dilarang membaca.
"Tapi penasaran, kak."
Dik, percayalah. Rasa penasaran dapat membunuhmu secara perlahan. Tidak mau kan di masa mendatang nanti kau tumbuh sebagai seorang nymphomaniak?
Bijaklah dalam membaca.
Nah, selanjutnya, kembali lagi ke poin di atas, saya tidak akan mendeskreditkan penulis cerita dewasa (bukan stensil) atau yang memiliki konten dewasa di dalamnya. Boleh saja sebut saya membela diri. Tentu saya akan membela diri, sebab saya adalah seorang penulis yang telah berusia matang. Saya bertanggungjawab terhadap anak-anak yang saya lahirkan (baca: karya saya). Itulah sebab, saya sudah mewanti-wanti untuk pembaca di bawah 17 tahun, tolong lewati saja bagian yang tak pantas diintip. Dan bukan berarti kalian bisa melarang penulis-penulis menuangkan pemikirannya ke dalam teks. Segmentasi cerita saya adalah dewasa muda. Itulah sebab mengapa saya membuat cerita yang 'berat', bukan cerita ABG atau teenlife atau semacamnyalah. Kalau target saya menulis teenlife atau cerita ABG cinta-cintaan, tentu saya tak akan menuliskan hal-hal yang dianggap tabu. Saya menargetkan pembaca matang untuk membaca karya-karya saya. Kalau ada anak-anak yang tertarik, ya monggo, asal harus apa? BIJAK.
Saya sangat berterima kasih pada saudara-saudara yang menulis artikel dengan tema serupa. Namun perlu digarisbawahi, jangan terlalu menggurui. Saya tekankan "terlalu", jadi kalau sekadar "setengah" menggurui saya maklumi saja. Karya sastra itu fleksibel. Seandainya kau tengok karya-karya pada zaman Balai Pustaka, kau akan jumpai karya-karya sastra bernapaskan 'seksualitas'. Untuk memahami sebuah karya, pahami pula watak penulisnya. Jangan hanya karena isu sepetri itu, Anda mendeskreditkan penulis-penulis dewasa, bahkan sampai hati mengatakan "masuk neraka". Pengadilan Tuhan itu hanya Tuhan yang mampu menjadi hakim, manusia tak berhak. Jangan hanya karya Habiburrahman atau Asma Nadia yang jadi patokan artikelmu. Sekali lagi, karya sastra itu fleksibel dan mewartakan kehidupan (menulis realita dan ironinya). Jangan memukul rata semua karya sastra. Sebelum membaca lebih banyak karya sastra, jangan memberi label penulis dewasa 'berdosa'.
Sekali lagi, saya adalah penulis brengsek yang lahir dan hidup di lingkungan seniman dengan segala kebebasannya. Bagi saya, karya sastra tidak hanya kekanan-kananan. Karya sastra fleksibel, asal mencerdaskan. Karya sastra bertujuan menghibur pun sangat saya hargai, dengan takaran yang semestinya. Saya tidak masalah bila disebut sebagai penulis brengsek. Sebab memang saya adalah penulis brengsek. Seperti halnya Djenar Maesa Ayu, Ayu Utami, Intan Paramaditha, Eka Kurniawan, dan semua penulis brengsek lainnya.
Terima kasih.
>