"Kak, kok komentarku nggak pernah dibales?"

6K 506 107
                                    

Haduh, maafkan saya yang muncul tanpa bawa Dilara atau Anarki, malahan curhatan tak berguna macam ini.
"Ini update apaan kok ada kucing kecantol di mulmednya?"
Ndak tahu nih, saya suka saja lihatnya.
Mulai nyooook.
"Kok komentarku nggak dibales sih thor?"
Mari abaikan dulu kata "thor" yang membuat jiwa dan raga ini meraung bak dihantam palu Thor. Pembaca yang budiman, termasuk para bangsawan dan bangsawati yang ibu peri sayangi, komentar tidak saya balas bukan berarti saya tak tahu terima kasih dan tidak ramah. Ada beberapa alasan mengapa komentarmu tak berbalas macam cintamu pada gebetan.

1. KETIMBUN
Nah kan saya biasanya balas komentar di Kersik Luai atau Kunang-Kunang dalam Stoples Kaca, karena komentar di sana sedikit, tidak sebanyak di Klandestin atau bahkan Stilettale yang terbanyak. Jadi saya masih bisa mengorek-ngorek komentar dan membalasnya kalau tidak tertimbun.

2. TIDAK TAHU HARUS BALAS APA
Ini lebih sering loh. Kalau saya banyak waktu buat buka komentar dan baca dari bawah sampai ke atas dan sebaliknya, saya sempatkan balas, itupun komentar yang memang bisa menyita perhatian saya. Kalau kamu berkomentar: "Lanjut, Thor." Terus tak saya balas dan kamu protes, "Isshhh authornya sombong." Bagaimana ndak berkobar api dalam dada ini, Dik.
Daripada saya balas "Hahaha" padahal kalimat "Lanjut thor" itu tak ada lucunya loh...

3. SPOILER
"Kakkkk ending cerita ini gimana sih??? Kak, Si Ucup nanti jadian sama Jubaedah ya? Jubaedah diculik siapa?? Jubaedah ga dimatiin kan kak??? Jawab doooonggggg kaaaaaaakkkkkkkkkk."
Rasanya saya ingin membisikkan kata ini: "Ah....su...dahlah."
Ya kali tanyanya jangan spoiler ceritanya :') Apalagi sudah dijelaskan secara implisit mencegah spoiler, masih dikejar biar keceplosan bocorin ending :') kan tai :')

4. TIDAK ADA WAKTU
Saya orangnya sibuk. Maaf ya sombong dikit. Saya sibuk memahami perasaan doi soalnya. Jadi kalau ada waktu, saat doi tak peduli pada hati yang terluka dan rapuh ini, saya masih bisa sempatkan untuk balas loh.

5. TIDAK SOPAN/KASAR/SAPENAK UDELE
"Cerita lu mirip sinetron Beranak dalam Lemari! Cuihhhhhhh! Dasar miskin ide!"
Kalau kasar seperti ini alhamdulillah tidak ada. Paling-paling cuma "Bangsat lu thor! Nala gue lu apain njing!" Dan yang ini tak masalah, malah bikin saya ketawa. Lumayan.
Jadi kalau komentar situ bernada kasar dan menghina dina (judgmental), saya lebih memilih menahan diri tidak membalas daripada saya balas dan balik menyakiti hati dan batinmu. Lidah saya tajam soalnya, lebih baik saya rem saja, nanti kamu syok dan kelojotan di aspal.

6. ANNOYING
Komentar annoying ini banyak, kadang kalau mood saya baik, saya masih bisa balas dengan sopan. Tapi kalau mood saya menukik tajam berseberangan, ayam tetangga bisa mati mendadak loh. Jadi kalau di antara kalian pernah berkomentar annoying dan saya balas dengan nada yang terkesan "keji", maafkan saya. Saya mah gitu, ga tanggung-tanggung kalau diajak adu mulut.
Jadi daripada komentar di waktu yang salah (saat lagi berubah jadi Voldemort yang digabung sama Umbridge), mending tahan dulu deh komentar annoyingnya. Khawatir nanti sawan, masuk UGD, terus ndak bisa vote cerita saya ehehehehehehe.

7. BAD MOOD
Kadang saya baca komentar sekadar cari moodbooster loh. Dulu waktu saya masih suka nulis di facebook, banyak sekali readers lama saya yang punya pekerjaan sampingan ngelawak. Saya jadi awet muda loh selama nulis di sana. Tapi sejak saya pindah sini, tak banyak pembaca yang kerja sampingannya ngelawak. Rata-rata sama sih: "Lanjut thor." Udah kayak pembaca bayaran yang cuma bisa copy paste kalimat "Lanjut thor" gitu.
Makanya saya malas buka komentar. Kalau kalian punya kerja sampingan jadi pelawak atau stand up comedian, mending kumpul di lapak saya gih, terus komentar selucu-lucunya ya.
"Komentar yang kayak gimana sih yang lucu bagi kamu?"
Komentar yang bisa membuat saya merasa puas. Ibarat nih, saya membunuh orang, terus saya bisa ketawa ngakak gitu. Kayak komentar begini:
"ANJING LU KAK! GUE UDAH SAYANG-SAYANGNYA SAMA ANARKI KENAPA LU BUNUH? SUMPAH GUE GA IKHLAS! SAKIT HATI INI KAK!!! TOLONG KAAAK TOLONGGGG."
Gitu.
Macam waktu saya bunuh Adriel Everlasting dan Laura Kristeva di The Immortal Covenant: Death Seekers...

Intinya, kalau komentarmu tidak terbaca bukan berarti saya tak sayang kamu wahai bangsawanku. Mungkin komentar kalian tenggelam, "Lanjut thor" doang, annoying, atau saya tidak ada waktu membalas. Hidup saya bukan cuma di dunia fiksi gaes. Di kahyangan pun juga.
"Tapi kamu ga ramah isshhh."
Iya bener, saya tidak ramah kalau lagi dicuekin gebetan dan revisi berkali-kali dari dosen. Bawaannya pengen menari di Balai Kota cuma pake beha aja gitu.
Dan ya, saya selalu positif kalau komentar saya juga tidak dibalas penulis lain loh :) bisa jadi penulisnya lagi boker kan ya :) meskipun komentar yang lain dibalas. Tapi kadang saya baper gaes kalau ikut nimbrung dan diabaikan. Saya langsung bercermin dan berbisik, "Cantik sekali kau ini." Eh ga taunya ada foto Chelsea Islan ditempel di sana.
Enggak.
Saya kalau baper selalu bercermin dan berbisik, "Apalah saya ini. Saya cuma akun Cendarkna yang tidak punya pembaca, karya cuma indie, dan ndak populer. Saya bukan Loveyta Chen yang menang kategori 10 Novel Pilihan Juri Bentang Belia. Atau LM Cendana yang diajak nulis Dewan Kesenian Jawa Timur. Coba saya ngaku Loveyta Chen atau penulis DKJT kayak mbak-mbak itu ya. Pasti ga dikacangin." Dan setelah baper, saya lalu dibisikin begini sama Mimi Peri Rapunchelle, "Wahai bidadari yang terbuang, kadang jadi sombong itu perlu biar orang lain tidak melulu menengadah ke atas dan meremehkan."

Sekian.

Corat-Coret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang