DRAMA WATTPAD. APA SIH???
Baik, karena ini bukanlah sebuah diktat, maka saya akan menulisnya dengan gaya yang biasa. Bisa-bisa lu semua muntaber baca tulisan formal saya.
Definisi drama di luar kesepakatan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah sebuah pertunjukan. Sebut saja begitu. Bagi saya sendiri, drama, dramaturgi, teater, dan sebangsanya adalah pertunjukan seni. Nah, kalau drama wattpad apaan siyyy qaqa?
Definisi drama wattpad di luar kesepakatan KBBI juga adalah sebuah pertunjukan sampah tak bernilai seni dan bikin pening kepala lantaran delusinya aduhai tingginya.
Sebelumnya, saya pertegas bahwa sebagai salah seorang penghuni dunia Oren yang dihuni banyak orang delusi ini, saya adalah bangsa yang oenyoe alias baru, meski sudah beberapa tahun bergabung (karena dulu tidak aktif menulis karena tidak terkenal. Sampai sekarang tetap tidak terkenal sih) jadi saya tidak tahu bahwa pertunjukan sampah tak bernilai seni rupanya telah lama menjadi wabah penyakit di sini. Jadi saat tahu ada banyak drama, saya sedikit kaget. Kaget kenapa tuch? Kaget karena dramanya nyampah dan tidak nyeni. Bayangkan saja bila kalian berada di posisi saya yang seorang anak teater menemukan pertunjukan seperti itu.
"Lah nape kok sampah?"
Pertama: Karena banyak bocornya dan kurang riset
Oh kemon, profesionallah. Masa mau bikin pertunjukan tidak punya riset memadai? Ibarat kamu mau bikin proyek film sejarah latar 1900, tapi kamu keluarin ponsel di tahun itu dan menelepon McD karena kelaparan. Goblok, kan?
Apalagi pas disapa orang-orang ahli di sini, nyerangnya pake block. Ah...mungkin dia tidak tahu siapa-siapa saja yang nyamperin ya, maklumi hehe. Cuma mau kasih warning saja bahwa beberapa penulis wattpad itu bukan sekadar penulis loh. Mereka nulis untuk menyalurkan hobi di sela-sela kesibukan. Kesibukan apa? Tak tahu kan hm hm hm? Ada yang nanganin pasien/klien, ngajar, dll. Jadi buat teman-teman yang pengen bikin drama, usahakan jangan bocor ya. Di sini banyak dokter, psikolog, psikiater, dosen, editor, jurnalis, linguis, kriminolog, dan lain-lain. Usahakanlah yang rapi, serapi perselingkuhan mantanmu.
"Lu sendiri kerja apa di luar nulis?"
Kerja saya bikin doi nyaman dan menawarkan rumah kedua (eaaaaakkk)
Lanjut.
Kedua: Ngambil peran yang super tolol yang tidak tahu apa yang harus dilakukan
Contoh, peranmu adalah seorang babu yang sering disiksa majikan. Karena saking tersiksa dan tak kuat menanggung derita yang tak berkesudahan, si babu mendatangi Menteri. Menteri Pertanian. Ebusyet njeng lu mau nanem padi ape ngelaporin tindak kriminal?! Patutnya, kalau jadi babu teraniaya (seumpama babunya ini cewek ya), datanglah ke kantor polisi atau komnas perlindungan perempuan atau lembaga sosial seperti itulah. Bukan ke Menteri Pertanian. Paham?
Ketiga: Cari perhatian dan numpang tenar
Ujung-ujungnya ya begini. Hahahahaha.
Dalam seni pertunjukan, seorang aktor dituntut berperan sebaik mungkin bukan untuk menjadi terkenal. Pemain drama tujuannya menghidupkan panggung dan memanusiakan manusia. Bukan sebaliknya, membodoh-bodohi manusia.
Jadi, tulisan ini berlaku untuk semua aktor gagal di panggung Oren ini. Baik yang pura-pura sekarat, pura-pura sakit, pura-pura punya penyakit mental, pura-pura jadi si ani atau si anu, pura-pura kucingnya melahirkan, pura-pura kancutnya dicuri Jaka Tarub, dan sebagainya yang tak berestetika.
Sebenarnya saya yakin bahwa setiap orang punya ketertertarikan di kolong sandiwara (sebut saja bahasa gampangnya, ngayal) tapi tidak semuanya mau mewujudkannya. Nah yang delusinya tinggi ini saking "maniak"nya, harus disalurkan pada sebuah pertunjukan. Contohnya ya delusi berjamaah di sini, bikin drama. Dituduh bikin drama ga terima: "Idiiiihhhh siapa yang ngedrama. Kalian tuh yang mulai ngedrama!"
Ya ilahhhh si kancut. Lu pura-pura ngana-nganu juga namanya ngedrama.
Nih ya kalau mengutip kalimat Albert Camus: "...pada saat yang sama manusia merasa tidak ada suatu pun yang lebih menarik minatnya daripada dirinya sendiri, terutama dalam kemungkinannya menjadi sesuatu. Dari situlah timbul kegemarannya pada sandiwara, pada pertunjukan, di mana begitu banyak jalan hidup ditawarkan kepadanya, yang puisinya ia terima tanpa menanggung kegetiran..." (Camus, 1999:99).
Intinya, berkhayal itu naluri. Tapi hembok jangan berlebihan dengan mengakui Lee Min Ho sebagai suami, punya restoran padahal hasil googling, punya penyakit serius, berpenyakit mental, bahkan nipu.
Untung emakku mengajarkanku untuk tak membohongi orang, apalagi demi ketenaran. Hahahahaha.
Ini saya kayaknya telat ya kasih tulisan begini. Maafkan. Calon orang sukses sibuknya ga ketulungan (amiiiinnnnnn). Yaaaa lebih baik telat daripada tidak sama sekali.
Terima kasih sudah nyimak coretan ga berguna yang bisa ngundang sakit kepala, diare, bahkan sakit hati. Anggaplah ini tanda sayangku buat aktor drama sampah tak berestetika. Lain kali, bikinlah drama bermutu yang ga ada bocornya sampai mengundang banyak ahli untuk ikutan terjun ke lapangan. Ngehahahaha.
Tahu drama Korea Decendants of the Sun? Kaga, gua belom liat. Tapi baca berita ada adegan DotS yang dikritik dokter. Di lapak berita itu saya baca ada komen dari fans maniak DotS yang ga terima dengan berkata: "GA ADA KERJAAN BANGET DOKTER NONTON DRAKOR!"
Eh sempak spongbob, dokter juga butuh hiburan kelesss.
Nah seperti itulah drama di Wattpad. Meski standarnya standar opera sabun murahan atau sinetron Indonesia yang sampai ratusan episode.
Ibaratnya DotS itu drama lu pada (meskipun saya yakin DotS lebih bermartabat daripada situ hehehehe), dokternya itu orang-orang ahli di wattpad yang kena block, dan fans maniaknya ini fans situ yang kebakaran jembut, eh jenggot. Maaf typo.
Ingatlah wahai insan yang budiman dan budiwati, seperti halnya sinetron yang ditonton ibuk-ibuk motor metic yang suka nyalain lampu sein kanan tapi belok kiri, pada akhirnya semua akan terbongkar dan tak ada paedahnya.
Belajarlah dari Tapasya dan Ichcha. Ya dewa...
Sampai di sini dulu deh. Tugas penelitian saya masih melambaikan sempaknya meminta dilirik, dicumbu, dan disetubuhi (hasemeleh bahasanya masya Allah).