[ 4 ] First Kiss

15.6K 1K 19
                                    

Aku melangkahkan kakiku secepat yang kubisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku melangkahkan kakiku secepat yang kubisa. Rapat OSIS akan dimulai lima menit lagi. Jika bukan karena Tuan Jimin yang menyusahkan itu, aku bisa datang ke ruang OSIS lebih awal.

Setelah sampai didepan ruang OSIS. Aku membuka pintu. Berharap, aku tidak terlambat.

CKLEK!

Damn! Semua mata menatap kearahku. Menatap dengan pandangan tak enak. Tentu saja aku tidak berani membalas tatapan mereka. Apalagi, Lee Jeno, si ketua OSIS berdiri dari tempat duduknya dan menghampiriku. Mimik wajahnya terlihat kecewa.

"Ini yang namanya wakil OSIS? Memalukan!" Sentaknya.

Ya, aku adalah wakil OSIS di sekolahku. Sebenarnya , aku tidak berniat menjadi anggota OSIS. Tetapi tuan Jimin yang terhormat itu yang memaksaku masuk organisasi agar aku terlihat lebih aktif.

"Hey! Tidak bisa menjawab ya? Berani sekali! Jika ketua bertanya , secepat kilat harus menjawab!" Sekali lagi Jeno membentakku. Aku tetap diam. Jika aku menjawab, maka urusannya akan panjang. Dan sang ketua OSIS ini tidak akan diam.

"Ah sudahlah! Kau duduk saja. Kita akan mulai lagi rapatnya.."

Akhirnya si ketua OSIS menyerah. Sesegera mungkin aku duduk dikursi disebelah Soohee.

"Soohee, sampai mana rapatnya?" Tanyaku. Soohee menoleh.

"Saat kau datang , itu masih pembukaan, kau tenang saja," Jawab Soohee.

Dasar lebay! baru pembukaan saja aku sudah dibentak-bentak didepan orang banyak. Apalagi jika aku terlambat satu jam. Itulah OSIS. Disiplin adalah nomor satu.

"Untuk rapat hari ini, kita akan membahas study tour OSIS bulan depan!" Jeno memulai lagi rapatnya. "Dan untuk tempat kunjungan , aku ingin kalian semua yang menentukan. Ada yang punya usul?" Lanjut Jeno sekaligus membuka usulan kepada anggotanya.

Tiba-tiba munculah ide yang terbesit diotakku. Mendaki gunung. Sepertinya mendaki gunung adalah hal yang belum pernah dilakukan anggota OSIS kali ini.

Aku ingat, waktu aku mengunjungi nenekku didesa. Disana terlihat sebuah gunung yang sangat besar. Kata nenek, gunung itu sangat indah

"Bagaimana jika kita mendaki gunung?" Usulku. Semua anggota menghadap kearahku. Mencermati.

"Sepertinya ide yang bagus , Eunra. Aku memutuskan, study tour kali ini mendaki gunung saja. Untuk survey, kau akan survey kegunung itu bersama Jimin Saem. Kau mengerti Eunra?"

GLEK!

Survey berdua dengan Jimin?

"Mwo? Bersama Jimin Saem? Apa tidak ada guru yang lain?" Ujarku. Menolak.

"Mengapa kau menolak? Seharusnya kau beruntung sekali Eunra! Ah.. seandainya saja aku survey dengan Jimin Saem. Aku akan bahagia sekali," Celetuk Soohee. Aku mendengus.

"Tidak! Jimin Saem adalah pembina OSIS. Jadi, kau akan survey berdua dengan Jimin Saem. Arraseo?" Kata Jeno pasti.

Aku pun menutup mukaku. Muak dengan semua ini. Oh My God..

*****

Kantor Guru ( pulang sekolah )

Dikantor guru sangat sepi. Hanya ada Jimin Saem yang sedang sibuk mengoreksi ulangan-ulangan. Guru-guru sudah mulai pulang. Kecuali anak-anak OSIS termasuk aku dan Jimin Saem. Saat ini aku sedang berdua saja dengannya.

"Survey dengan orang sepertimu? Haha.. lebih baik aku survey sendirian saja daripada denganmu." Sahutnya. Ia menaruh pulpennya diatas tumpukan kertas ulangan. Kemudian menatapku intens.

"Kau??!! Oke baiklah. Tidak masalah. Aku akan keluar dari OSIS sesegera mungkin." Aku berdiri dari sofa ruang guru lalu pergi dari ruang keramat ini. Tetapi, sesuatu mencegahku untuk pergi. Jimin Saem memegang tanganku.

"Baiklah. Kita survey besok Park Eunra. Karena besok adalah hari libur nasional."

"Bisakah kau tidak memanggilku Park Eunra, Ahjussi?"

"Dan bisakah kau memanggilku oppa saja dan jangan memanggilku Ahjussi?"

"Ahjussi tetaplah ahjussi!"

"Aku tidak setua itu Park Eunra!"

"Berhenti memanggilku Park Eunra!"

Cup!

Jimin mencium bibirku. Membungkamnya. Ciuman itu hanya lima detik.  Wajahku memerah. Yang benar saja, ciuman pertamaku sudah direnggut oleh Tuan Jimin yang terhormat????

"Jika kau tidak memanggilku oppa, maka aku akan melakukan hal itu lagi. Kau mengerti Eunra?"

*****

My Teacher My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang