"Eomma! Yang benar saja?! Aku harus menikah dengan Jimin? Ketahuilah eomma, Jimin adalah seorang guru disekolahku. Bagaimana jika semua teman-temanku tau??" Omelku. Aku melempar tas sekolahku ke sofa.
"Orangtua Jimin adalah teman appamu sebelum appamu meninggal. Appa mu mengirim pesan kepada eomma untuk menikahkanmu dengan Jimin. Dan untuk masalah teman-temanmu, kau akan ku pindahkan ke sekolah lain." Jelas eomma. Wajah eomma terlihat sangat santai sambil meminum teh siang harinya.
"Aku tidak setuju eomma! Aku masih berumur 17 tahun! Sedangkan Jimin????"
"29 tahun..." Eomma tiba-tiba berdiri. Menangkup kedua pipiku dengan lengan tuanya yang sudah agak berkeriput.
"Eunra.. kau tau kan? Eomma sudah tidak muda lagi... dan eomma sudah tidak sanggup lagi merawat dirimu," Lanjut eomma. Air matanya sudah tak terbendung lagi. Mengalir dengan sendirinya tanpa permisi. Aku pun mulai terbawa suasana.
"Kau akan dirawat sebaik mungkin oleh Jimin. Eomma yakin kau akan bahagia dengannya. Karena dia tidak bodoh,"
"Tapi aku tidak mencintai Jimin, eomma.."
"Kau pasti akan mencintainya.. Eomma bisa pastikan itu. Menikahlah dengan Jimin demi eomma mu ini,"
"Eomma..." Akupun memeluk eomma. Erat sekali. Bisa kurasakan tulang-tulangnya yang bermunculan dari balik gaunnya. Aku menangis didekapannya.
Eomma.. kau benar-benar tidak muda lagi..
Aku akan membuatmu bahagia..
Walaupun aku tidak mencintai orang itu..****
Keesokan Harinya
Hari libur ini. Aku memutuskan untuk mengerjakan tugas. Tugas yang diberikan oleh JIMIN SAEM YANG TERHORMAT.
Oh tidak! Aku tidak bisa mengerjakannya. Kucoba untuk menghubungi Soohee. Karena dialah jagonya fisika. Kuraih ponselku diatas nakas. Kemudian menelepon Soohee.
"Yeoboseyo?" Terdengar suara dari seberang.
"Soohee? Ini aku Eunra. Ehm.. bisakah kau kerumahku sekarang? Kita mengerjakan pr bersama," Ujarku.
"Apa? PR? Mianhae Eunraku sayang. Aku sedang ada les biola hari ini. Kau bisa mengerjakannya sendiri kan??? Atau kau bertanya saja pada my honey ku , Jimin Saem. Aku tidak akan cemburu jika kau hanya bertanya kepadanya.."
TUT! Aku langsung menghentikan pembicaraan kami. Kubanting ponsel ku kekasur.
"Tidak eomma.. tidak sahabatku sendiri.. semuanya gila,"
*****
Malam harinya..
"Eunra! keluarlah dari kamar! Calon suamimu datang untuk menemuimu!" Teriak eomma dari ruang tamu di lantai bawah. Kamarku terletak dilantai dua. Mendengar kata 'calon suami' itu berarti Jimin Saem datang kerumahku.
Omo! Tidak! Tidak! Aku harus apa? Aku tidak mau menemui ahjussi-ahjussi itu. Aku berjalan mondar-mandir didalam kamar. Berharap-harap cemas dan berpikir.
"Eunra! Kau tidak sopan sekali kepada tamu! Cepatlah turun!" Teriak eomma lagi. Suaranya cukup keras sehingga aku terlonjak dari pikiranku.
"Yak.. Jimin Saem mengapa malam-malam seperti ini berkunjung kerumahku? Dasar menyusahkan orang saja!" Sungutku jengkel.
Tanpa sadar , aku pun keluar dari kamarku dan menuju ruang tamu. Menemui eomma dan Jimin Saem yang sedang duduk di sofa.
Kalian tau, Jimin Saem tampak rapi sekali hari ini. Ia mengenakan kemeja biru dan celana pipa berwarna hitam. Lengkap dengan sepatu vantovel hitamnya pula.
"Ada apa Saem kemari? hmm?" Tanyaku cuek. Sementara Jimin Saem tersenyum. Dipaksakan. Melihat cara bicaraku, eomma langsung melempar tatapan tajam ke arahku.
"Oh.. hehehe.. Mengapa Jimin Saem datang ke rumahku?" Tanyaku selembut mungkin. 😡
"Em.. ibuku menyuruhku datang kesini. Bibi.. apakah aku boleh berbicara sebentar berdua saja pada Eunra?" Kata Jimin Saem. Eomma tertawa. Lalu meninggalkan kami berdua diruang tamu.
"Sudah kubilang aku tidak mencintaimu! Jangan harap aku menerima lamaranmu!" Ucapku mengintimidasi. Tapi pelan. Agar eomma tidak mendengar.
Mendengar ucapanku itu. Jimin Saem terkekeh. Ia mengerlingkan matanya. Kemudian memelototkan matanya kearahku.
"Gadis gila! Aku juga sebenarnya tidak mau menikah dengan gadis yang sama sekali tidak seksi sepertimu! Mantan pacarku lebih cantik daripada dirimu!" Ledek Jimin. Bibirnya membentuk smirk yang khas.
"Mwo??! Tidak seksi?? Yak! Ada banyak namja yang memujiku gadis seksi! Kau.. camkan kata-katamu itu Tuan Jimin yang terhormat?!" Sahutku tak mau kalah.
"Namja yang memujimu seksi itu buta! Sudahlah.. mana nomor ponselmu?" Jimin Saem mengeluarkan ponsel dari saku celana pipanya.
"Apa? Setelah kau memujiku tidak seksi sekarang kau meminta nomor ponselku? Kurang ajar sekali kau pak guru??" Aku melipat kedua tanganku didepan dada.
"Ini permintaan orangtuaku! Kau terlalu percaya diri, nona Park Eunra.."
"Sejak kapan namaku menjadi Park Eunra??! Namaku JIN Eunra! Sekali lagi.. JIN EUNRA!!" Aku menekankan kata Kim Eunra. Tapi pelan.
"Hey pelan-pelan kau bicara. Aku akan bilang ibumu kalau kau... "
"Yak!!! Baiklah baiklah.. 7898××××," Jawabku.
Sungguh, orang didepanku ini suka sekali membuatku emosi. Ya ampun, aku benar-benar tidak membayangkan kalau aku sudah menikah dengannya nanti.
"Terimakasih, Park Eunra," Jimin Saem berdiri. Hendak meninggalkanku disofa. Eomma yang sedari tadi di dapur langsung menghampiri Jimin dan mengantar Jimin didepan pintu. Bersiap untuk pulang.
Fiuhh..
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband
FanfictionKeluar dari boyband group yang bernama BTS karena sudah tidak ada pembiayaan album dari perusahaan adalah keputusan bagi seorang Park Jimin. Tidak ada masa depan untuk BTS. Saat masih debut, dia juga berkuliah mengambil jurusan pendidikan. Park Jim...