[ 6 ] Ke Gunung Halla pt.2

13.1K 961 21
                                    

Jimin telah menyewa sebuah villa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin telah menyewa sebuah villa. Aku cukup kagum karena villa nya cukup besar dan agak mewah.

"Apa disini ada kolam renang?" Tanyaku kepada Jimin. Kalian tau? Aku mempunyai hobi berenang. Dirumahku ada sebuah kolam renang yang besar. Setidaknya untuk mengisi waktu luangku, aku selalu berenang.

Mendengarku, Jimin lalu menoleh. Menatapku heran.

"Kau disini bukan untuk berlibur,nona," Jawabnya singkat. Ia sedang sibuk menata baju-bajunya dilemari.

Ehm tunggu dulu. Baju-bajunya? Oh tidak, dia membawa banyak baju. Sedangkan aku? Aku tidak membawa baju sama sekali. Kukira survey hari ini membutuhkan waktu 1 hari. Tapi ternyata..

"Kenapa melihatku seperti itu? kau bereskan barang bawaanmu!" Perintahnya tegas.

Aku menelan ludah susah payah.

"Tapi.. aku tidak membawa baju sama sekali, oppa," Jawabku dengan terpaksa menyebutnya dengan sebutan oppa.

Jimin mendelik. Tangannya menepuk jidatnya sendiri. Frustasi dengan kelakuanku.

"Lalu.. kau memakai bajumu itu selama dua hari? hmm?? Kau tidur dihalaman saja!" Ocehnya.

"Oke, tidak masalah. Lagipula keringatku tidak terlalu bau! Aku akan tidur dikamar lain!" Sahutku tak mau kalah.

"Hey nona Park! Di villa ini hanya ada satu kamar! Kau tidak dengar perkataan petugas tadi ya?!"

"Apa? Satu kamar? Rumah sebesar ini hanya satu kamar?? Tidakkk!! Lalu kenapa kau tadi bersedia menyewanya! Kan bisa menyewa villa yang lain!"

"Aku tidak punya uang sebanyak itu, Park Eunra!"

"Kau menyebalkan sekali! Baiklah, aku akan tidur di halaman sesuai perkataanmu!"

Aku lalu meninggalkan Jimin dikamar. Kuhentak-hentakkan kakiku jengkel menuju ruang tamu.

"Hey! Katamu kau tidur dihalaman! Pergilah ke halaman!" Ocehnya lagi. Omg , orang ini benar-benar tidak bisa menutup mulutnya...

"Aku tidak sebodoh itu Tuan Jimin!" Teriakku.

"Dasar remaja labil!"

"Dasar pedofil!"

****

Malam harinya..

Kami sudah melakukan survey di Gunung Halla seharian. Benar kata Jimin. Survey butuh waktu dua hari. Tidak mungkin jika setelah survey, kita langsung pulang begitu saja. Kita juga perlu istirahat. Dan akhirnya, Jimin menyewa villa murah tapi mewah untuk peristirahatan kami sementara.

Dan malam ini, aku memutuskan untuk tidur di sofa ruang tamu. Tetapi mataku belum menutup juga. Rasa kantuk belum juga menguasaiku.

"Kau masih belum tidur, Park Eunra?" Tanya Jimin. Ia keluar dari kamarnya. Menutup pintu. Lalu menghampiriku.

Aku menggeleng. Sambil tetap fokus menonton acara televisi.

"Kau tidur dikamar saja." Ujarnya tiba-tiba.

Aku menoleh. Sungguh, aku senang bukan main. Akhirnya Tuan Jimin yang terhormat menunjukkan kebaikannya kepadaku.

"Sungguh? Aku akan tidur dikamar? Terima kasih...." Aku mecengkeram tangannya. Mengucapkan terima kasih berulangkali.

"Tetapi denganku.."

JDAR! Kulonggarkan cengkraman tanganku dengan tangannya. Ekspresi datar mulai merenggut wajahku. Senyumanku mulai sirna akibat perkataan siluman tadi.

"Dasar pedofil!"

"Baiklah jika kau tidak ingin tidur dikamar denganku. Kau akan merasakan sensasi di Kutub Utara jika kau tidur diruangan ini. Selamat tidur, Park Eunra.." Ungkapnya. Ia berdiri. Lalu meninggalkanku.

Ughh.. Senyumannya.. senyumannya yang bodoh itu membuatku ingin menamparnya keras-keras. Kau belum tau betapa ganasnya penguin di Kutub Utara tuan Jimin...

"Tertawalah sesuka hatimu tuan Jimin jelek! Aku tidak akan dan tidak akan pernah mau tidur denganmu! Dasar bodoh!" Maki ku. Aku benar-benar tidak kuat menahan amarahku. Orang ini benar-benar membuatku kesal sepanjang hari. Tidak wajahnya.. tidak senyumannya.. tidak kata-katanya.. semuanya menjengkelkan!

Mendengar kata-kataku. Jimin berbalik. Melangkahkan kakinya panjang-panjang.

"Awas saja jika kau mencintaiku! Jika kau berani-beraninya mencintaiku , kau akan menyesal, Eunra!" Nada bicara Jimin menaik. Emosi mulai meluap di kepalanya.

"Haha.. siapa bilang aku akan mencintaimu? Tidak akan pernah!" Jawabku acuh. Aku mengalihkan pandanganku menuju jendela.

"Kau akan menyesal.. "

"Percaya diri sekali kau pak guru.."

"Baiklah. Kita buat peraturan. Jika kita sudah menikah nanti. Dan kau mulai mencintaiku. Aku akan menceraikan dirimu, karena aku tidak akan pernah mencintai anak-anak sepertimu, Eunra,"

"Deal!"

Kami berjabat tangan. Tanda akan setuju dengan apa yang kami bicarakan.

*****

My Teacher My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang