Digo merasakan betapa dirinya telah kejam merenggut kesucian Sisi pembantu yang dicintainya. Dia telah melampiaskan nafsunya, tetapi dia menolak bila nafsu itu hanya sekedar pelampiasan biasa. Tidak, Digo sangat mengasihi Sisi biar apapun terjadi.
Ia tidak segan segan menghadapinya. Sisi telah membangkitkan kembali gairah hidupnya.Terasa sekali tulang belulang Digo bagai dilolosi dari tubuhnya sangat banyak energi yang ia tumpahkan ke tubuh pembantunya itu.
Sekian lama ia tidak melakukannya pada Ghina.
Digo senyum senyum sendiri mengingat kejadian itu.Flashback On
Dengan lembut Digo menatap tubuh Sisi yang dibanjiri oleh keringat. Tubuh yang putih mulus itu dengan dua gundukan empuk tergolek lesu di atas sofa.
Rambutnya tergerai lepas dengan juntaian di keningnya yang juga basah oleh keringat.Di bibirnya terlukis kebahagiaan dan juga seperti tengah menahan nyeri.
Jemari Digo dengan lembut membelai pipi Sisi ternyata ia menangis."Sisi, apakah kau telah menyesal memberikan kesucianmu kepadaku? Apakah kau bahkan tidak percaya kalau aku akan menikahimu?" tanya Digo lembut membelai pipi gadis itu.
Sisi mencoba tersenyum menggeleng perlahan."Tidak, bukan begitu Pak. Semua yang saya lakukan ini ikhlas untuk Bapak. Saya tidak menyesali bila kesucian saya telah Bapak renggut bahkan saya sangat bangga telah membuat bapak bahagia. Karna selama ini saya tau Bapak tidak mendapatkannya dari Ibu" sahut Sisi dengan pasrah lalu menerima pakaian yang disodorkan lelaki itu. Sisi bangkit dari sofa mengenakan pakaian itu di hadapan Digo tanpa harus malu malu.
Memang betul mengapa harus malu? Bukankah ia dan Digo telah melakukan hubungan suami istri tanpa malu malu. Bahkan dirinya rela diplontosi oleh lelaki itu. Dan Digo dengan puas memandangnya dan bahkan merayapi seluruh tubuhnya yang indah dan kencang itu bahkan merenggut kesuciannya!
Sisi menerimanya dengan ikhlas. Sisi sangat mencintai majikannya. Digo melihat bila sesekali Sisi menyeringai merasakan sakit di pangkal pahanya. Karena dirinya masih gadis, ketika lelaki itu menindih dan menikmati kesuciannya.
Sehingga Sisi bagai 'dipaksa' untuk menerima kehadiran sesuatu yang belum pernah ia rasakan selama ini. Sesuatu yang sangat memedihkan, tetapi juga dapat memancarkan kebahagiaan dalam hati gadis yang sudah tidak perawan itu.
Flashback Off
******
Penghasilan Ghina satu bulan hampir mencapai 4 jutaan termasuk uang jabatan dan uang komisi ini itu. Itu sudah lebih dari cukup sebagai balas jasa Revano Abraham biasa di panggil dengan sebutan Vano.Ghina bersedia melayani nafsu bejad lelaki bermata sipit itu! Untuk resiko sangat kecil sekali.
Pertama, Ghina sudah berumah tangga. Kedua, bila nanti lahir seorang bayi di rahimnya tentu tidak membuat gempar. Untuk itulah Ghina semakin tidak peduli dengan keadaan rumah tangganya.
Ia sama sekali tidak curiga dengan Digo, suaminya tidak mungkin berbuat nista dengan pembantunya. Ghina mengamatinya selama ini.Kendaraan melaju di jalan beraspal. Matahari bersinar di ufuk timur seakan mengiringi kepergian mereka menuju tempat rekreasi di perkebunan teh puncak.
"Ghina" panggil Vano yang duduk bersebelahan.
Ghina yang tengah memandang keluar jendela segera menoleh. Tangan lelaki itu menjulurkan sekaleng minuman segar pada Ghina, wanita itu menerimanya dengan tersenyum manis."Makasih Vano sahut Ghina.
"Kau melamun ya?" tanya Vano curiga.
"Vano, apakah kita akan tetap bersama sama mereka setibanya di tempat tujuan?" tanya Ghina lembut pada Revano Abraham.
![](https://img.wattpad.com/cover/46354394-288-k696890.jpg)