Dua bulan kemudianSetelah Digo memberi keputusan untuk cerai dengan Ghina. Digo segera menikahi Sisi. Pernikahan itu sangat sederhana. Tetapi mampu membuat Sisi menitikkan air mata, kini lengkap sudah kebahagiaan mereka.
Tidak ada lagi perasaan yang mengganjal di dalam hati mereka. Pernikahan itu berlangsung di kampung Sisi dengan wali Paman Sisi sendiri. Lalu setelah seminggu, keduanya kembali ke Jakarta dengan membawa dua orang pembantu. Salah satu diantaranya sudah menjanda dengan dua orang anak yang masih kecil-kecil.
Ghina tidak tau kalau Digo telah menikah. Begitu juga dengan teman-temannya di kantor, Digo hanya mengambil cuti sela dua minggu. Sekarang Sisi bukan lagi Sisi yang dulu. Wajahnya semakin cantik dan dewasa. Digo sangat berbahagia dapat menikahi wanita itu. Dia tidak malu-malu lagi duduk di samping Digo, dengan dua orang pembantu dirinya tidak perlu bekerja terlalu berat. Walau tidak jarang Sisi ikut turun tangan menangani pekerjaan tersebut. Seperti memasak makanan ia lebih tau selera suaminya. Sisi akan turun tangan serta memberi petunjuk pada pembantunya, apa-apa yang disukai Digo dan apa yang tidak diinginkan suaminya.
Digo sangat bangga dengan sikap Sisi yang begitu besar memperhatikan kebutuhannya.Nasib telah berubah. Sisi yang dulunya seorang pembantu, telah berubah menjadi nyonya rumah dari seorang suami yang saling mencinta.
Ketika itu semua pekerjaan telah selesai, Sisi telah selesai mandi dan berdandan. Karena tidak lama lagi suaminya pulang dari kantor. Ia sengaja mengajak pembantunya bercakap-cakap. Karena memang masih ada tali persaudaraan dengan Sisi."Bik Saroh, apakah kau kerasan tinggal disini?" tanya Sisi dengan lembut duduk di sofa empuk warna merah dadu.
"Ya pasti kerasan Si. Karena kau masih kerabatku" balas Saroh dengan jujur. "Dan aku sangat beruntung sekali, Si. Karena Pak Digo menikahimu dan dalam seketika kehidupanmu berubah"
Sisi tersenyum mendengar kata-kata Bik Saroh."Tuhan telah menentukan semua ini, Bik. Aku sendiri tidak pernah membayangkannya" balas wanita muda itu renyah. Ada perasaan sedikit bangga dalam hatinya.
"Si, aku bingung untuk memanggilmu. Bagaimana bila kau ku panggil Ibu? Karena suamimu biasa ku panggil Bapak"
"Terserah Bibik saja, yang penting cocok diucapkan olehmu"
"Kalau begitu sebaiknya kau ku panggil Ibu saja, agar cocok dengan panggilanku kepada suamimu". ujar Bik Saroh kembali.
Sisi tersenyum mendengar kata-kata pembantunya."Bik Saroh, aku akan memberimu gaji setiap bulan agar kau dapat mengirim ke kampung dengan teratur. Juga Bibik harus memikirkan sekolah si Abdul dan Latif. Aku akan membantu bila Bibik mendapat kesulitan" kata Sisi lagi.
"Terimakasih Bu" jawab Bik Saroh mulai membiasakan memanggil Ibu pada Sisi.
Keduanya menengok sepintas ke ruang tengah, tampak Abdul dan Latif tengah asyik menonton tv. Sesekali terdengar gelak tawa keduanya. Rupanya mereka tengah menyaksikan tayangan lawak dari tv swasta.
"Bu, rupanya Bapak sedang membuat kios depan sana"
"Ya. Kami berdua merencanakan untuk membuka sebuah toko sembako. Kau tau kalau nanti disini akan ramai, karena semakin banyak rumah yang dibeli oleh masyarakat yang membutuhkan perumahan. Anggap saja semua ini sebagai tabungan kami di hari tua" kata Sisi menjelaskan pada Bik Saroh.
Dengan penuh kesabaran dan merayap, akhirnya toko itupun berdiri. Disana tersedia berbagai macam kebutuhan sehari-hari. Kedua anak Bik Saroh menjaganya dengan rajin setelah pulang sekolah. Sisi dengan telaten mengatur keberadaan toko tersebut. Sehingga bulan demi bulan kemajuan ia peroleh.
Digo sangat gembira melihat kemajuan yang diraih istrinya. Walau Sisi sibuk dengan berbagai tugas dalam hal mengelola toko, ia tidak lupa melayani semua kebutuhan suaminya. Sisi menomor satukan pelayanan terhadap Digo. Dan tentu saja pelayanannya di atas ranjang tetap menggebu-gebu.
******
Tak terasa empat tahun telah berlalu
Digo telah di karunia seorang anak perempuan yang sangat lucu dan cantik. Saat itu sudah berusia dua tahun. Sisi sangat berbahagia karena telah berhasil mempersembahkan pada Digo seorang anak perempuan yang mungil dan lucu. Lengkaplah sudah kebahagiaan mereka.
~TAMAT~
Haii readers kesayangan author viy :)
Terimakasih kalian sudah setia menunggu klnjutan cerita CDPP ini.
Maaf bukan author gak mau nulis lagi yaa. Author sengaja tamattin ceritanya di chapter ini. Author udah pikirin cerita ini dibuat happy ending heheMaaf banget author dah bikin kalian kecewa ;) tapi tenang aja author udah nyiapin cerita baru yg masih ada hubungannya dengan couple fenomenal kita Ali Prilly :)
Pastinya akan lebih seru dari story yg author buat sblumnya. Jangan lupa votement cerita author yg HuLu (Hate u Love u) yaa💋
Tunggu story terbaru dari author viy:)
Lopelope kecupjauhdariDiSi dan author😘😘❤
Bye
