Clara keluar kamar lalu berjalan ke arah Grace yang sudah menunggunya.
Ia tidak memperdulikan Jack yang kini memerhatikannya.
"Grace ada yang ingin aku bicarakan padamu. Bisa ikut aku?"
Grace menggangguk lalu mengikuti Clara berjalan keluar markas.
"Kau tahu, apa yang terjadi dengan diriku semalam?" Clara menatap Grace lekat.
"Hm.. Aku tidak tahu pasti. Tapi aku melihat wajah Steve seperti dikuasi iblis saat ia menggendongmu."
Clara terhenyak"Lalu apa yang ia lakukan?"
Grace terdiam sejenak. "Ia amat panik dan aku segera melihat keadaanmu. Dan ternyata kau dikuasi nafsu saat itu. Jadi, aku keluar untuk menemui Steve."
"Apa kau tahu, apa yang ia lakukan padaku?"
Grace menggeleng perlahan. "Kalau boleh aku jujur. Aku tak mendengar suara apapun ketika Steve masuk dan keluar dengan tatapan bersalahnya. Kurasa ia tak akan melakukannya padamu."
Clara menghembuskan nafasnya perlahan. "Grace, kapan Jack datang?"
"Pagi sekali. Saat ia tahu kau terkena perangsang itu. Ia menghajar Steve habis habisan sampai kau bangun dan meleraikan mereka."
"Oke. Terimakasih Grace, kurasa cukup hanya itu yang aku ingin tanyakan."
Grace mengangguk lalu masuk meninggalkan Clara yang kini menatap langit.
×××
"Aku punya berita buruk." James memandang semua rekan rekannya yang kini sudah berkumpul kecuali Steve.
"Ada apa?" Grace memecah keheningan.
James mengembuskan nafasnya kasar lalu berkata lagi. "Kita dipanggil Mr.Jaden untuk kembali ke markas utama malam ini."
Semua menatap James tak percaya. Hingga keterkejutan mereka bertambah.
"APA?!!" teriak sang kapten.-steve-
"Apa kau bisa tenang sedikit Steve?" Alex menatap Steve jengkel.
Steve diam menahan emosinya lalu duduk diantara mereka.
James melanjutkan penjelasannya. "Aku tidak tahu pasti kenapa. Namun ini ada sangkut pautnya dengan misi kita."
Semua berpandangan. "Apa kita gagal?" ucap Alexia dengan nada rendah.
"Aku tidak tahu. Kuharap ini bukanlah akhir perjuangan kita. Setidaknya kita sudah berusaha semaksimal mungkin." James menunduk.
"Bukankah pelakunya sudah ditangkap?" seru Alex. Dan semua memandanginya.
Steve yang tadi hanya diam langsung berucap. "Itu anak buahnya. Ia mengelabuhi kita supaya salah tangkap. Dan benar saja. Mereka amat cerdik."
Clara menatap Steve tak percaya. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Jadi yang kulakukan itu sia sia?"
Semua memandangnya. "Tidak Clara. Itu tidak sia sia. Setidaknya kita sudah dapat seseorang yang akan mengaku nantinya. Kita mendapat bukti." Steve menangkan Clara.
"Sebaiknya kita berkemas dan bersiap. Karena pukul 7 kita harus berangkat." ucapan James membuat yang lain mengangguk dan pergi untuk mengemasi barang barang mereka. Terkecuali Clara dan Steve.
Clara masih terdiam meratapi keberaniannya kemarin yang tidak membuahkan hasil sama sekali. Walaupun dapat bukti, tapi tetap saja dirinya merasa terhina.
Steve mendekat dan mendekap Clara. Membiarkan gadis itu terisak dalam dekapan Steve. "Sudahlah.. Tidak ada yang perlu ditangisi. Aku yakin selangkah lagi kita benar benar akan mendapatkannya."
Clara masih terisak. "Bagaimana aku tidak yakin? Aku sudah merelakan tubuhku untuknya. Aku merasa terhina Steve!"
"Shh.. Clara, usahamu tidak sia sia. Kita mendapatkan bukti kuat untuk menanyakan keberadaan bosnya. Kau tak usah khawatir. Dan ingat, kau tidak memberikan tubuhmu kesiapapun. Mahkotamu masih terjaga." Steve mengusap rambut Clara.
"Tapi aku--" belum sempat Clara meneruskan kata katanya. Steve sudah ditarik paksa oleh seseorang dan dihantam tinju lagi.
"Seharusnya dari awal aku tak pernah percaya padamu!!!" Jack terus memukuli Steve hingga Clara mendorongnya sambil berteriak.
"Hentikan jika kau masih ingin aku menganggapmu kakakku!" seketika Jack bangkit dan menghentikan aksinya.
"Lagi lagi kau membelanya Clar.."
Clara tak menghiraukan perkataan Jack. Ia membantu Steve berdiri.
"Jika kau menghajar Steve lagi. Aku tidak akan pernah memaafkanmu." Clara merangkul Steve dan membawanya menjauhi Jack.
Jack menggeram kesal lalu keluar untuk menenangkan dirinya.
×××
"Kau harus menemui kakakmu Clara.."
Clara memutar bola matanya. "Steve sudah kubilang. Ia memang begitu. Ia terlalu posesif. Biarkan ia merasakannya."
Steve memandangi Clara beberapa detik. "Apa ia benar kakakmu?" seketika kegiatan Clara mengobati memar Steve terhenti.
"Ya, dia kakakku."
Steve melihat Clara tak yakin. "Benarkah? Lantas mengapa ia tak mirip denganmu?"
Clara mulai merasa tak senang dengan percakapan mereka. Ia amat tidak suka jika seseorang sangat ingin tahu kehidupannya. Termasuk laki laki yang kini dihadapannya sambil terus menatapnya.
"Apa semua saudara mesti punya persamaan?" Clara mulai jengkel.
"Ya, bisa saja dari fisik atau sifat.""Tapi tidak semua! Jangan sok tahu." Clara mulai sewot.
Steve menaikkan alisnya. "Lihat, jika ia benar kakakmu. Kau tak mungkin berusaha menutupi dan mengakhiri obrolan ini."
Clara bangkit. "Terserah apa katamu." dan meninggalkan Steve yang masih terduduk.
'Kau gadis yang penuh dengan misteri.' Ucap Steve dalam hati lalu melanjutkan kompresan pada memarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Starts With A Mission
RomanceBerawal dari Pertemuan yang tidak disengaja dan amat membekas bagi keduanya. Hingga mereka bertemu dan disatukan dalam sebuah misi yang mengharuskan kerja sama team. Apakah mereka berhasil menaklukan ego masing masing demi sebuah misi yang harus dis...