Steve memarkirkan motornya di bawah pohon yang tak jauh dari sebuah rumah kosong.
Ia yakin Clara ada di dalam sana. Hatinya mencelus mengingat gadis itu tak ada sama sekali hubungannya dengan permasalahan hidupnya, namun justru ia ikut terjerumus.
Steve berjalan mengendap, ia mengintip di celah jendela yang di paku kayu.
Terlihatlah Clara yang sedang merunduk sambil memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan kepalanya diatara kedua lutut. Bahunya naik turun tanda ia sedang menangis.
Steve bisa merasakan amarahnya memuncak hingga ke ubun ubun. Ia ingin menerobos masuk dan menyelamatkan gadisnya, namun ia tak bisa gegabah.
Ia tak ingin Clara-nya terluka. Setelah menyusun rencana. Ia mencari cari sesuatu untuk mengirimkan kode untuk Clara bahwa ia diluar. -handphonenya tertinggal-
Steve menggunakan jam tangannya lalu mengarahkan pantulan sinar menuju wajah Clara. Clara menaikkan kepalanya dan mencari sumber cahaya. Ia tersenyum bahagia lalu melangkah menghampiri Steve.
"Hei. Kau tak apa?" Steve menatap Clara cemas.
"Aku tidak baik baik saja."
"Maafkan aku. Aku akan mencoba mengeluarkanmu. Sekarang aku ingin kau melakukan misi ini." Steve membisikkan sesuatu pada Clara. Clara mengangguk patuh lalu kembali ke tempatnya semula.
Ia mengikat kembali kedua kakinya dan kedua tangannya. Setelah terikat. Ia berteriak. "Heyy kalian!!!"
Kedua pria berbadan besar membuka pintu. "Kenapa kau berteriak!"
"Aku kebelet pipis."
Kedua pria itu menghela nafas kasar. "Kau membuat kami panik saja!"
Pria gondrong menatap ikatan di tangan Clara. "Hei kenapa ikatan mu berpindah kedepan?"
Jantung Clara berdegup tak karuan. Ah. Bodoh sekali kau Clara. Bagaimana ini?
"Bukankah dari tadi memang seperti itu? Kau sangatlah pelupa!" pria botak menempeleng kepala pria gondrong.
"Oh apa iya? Ah aku sudah sangat tua sepertinya."
Clara bernafas lega. Ternyata dua pria itu sangatlah bodoh. Ia menatap jendela dimana Steve berada. Hingga ia teringat kembali misi awalnya.
"Hei aku ingin pipis! Apa kalian mau aku pipis disini?"
"Ah ya, maaf kami lupa. Jangan coba coba pipis disini. Kami tak akan mau membersihkannya."
"Baiklah antarkan aku ke toilet!"
Pria botak membantu membuka ikatan di kaki Clara. Kemudian ia membantu Clara berdiri. "Kami tak ada toilet. Jadi kau pipis di semak semak saja."
"Baiklah. Tapi bukakan ikatan ini." Clara menyodorkan kedua tangannya yang terikat. Pria gondrong membukakan ikatan itu.
"Hei jangan coba coba lari ya!"
Clara menatap keduanya jengah. "Jangan mengintip!" Clara berlari menuju semak semak yang letaknya lumayan jauh. Semak itu juga tinggi. Jadi ia bisa melarikan diri.
Hingga ia lupa bahwa Steve masih disana. Baru ia ingin kembali, namun seseorang menariknya dan membekap mulutnya.
Clara ingin berteriak. Ia menggigit tangan orang itu hingga orang itu meringis. "Aw.. Kenapa kau menggigitku?"
Clara terhenyak lalu menatap orang itu dan memeluknya. "Steve!! Kupikir kau masih disana. Oh, maafkan aku."
"Gigimu bisa saja mencabik kulitku Clara." Steve memperhatikan tangannya yang hampir berdarah.
Clara menarik tangan Steve dan mencium telapak tangannya. "Maafkan aku. Apa ini cukup membantu?"
"Bibirku juga terasa sakit Clara. Aku juga mau dibantu seperti tadi." Steve menunjuk bibirnya.
Clara memukul Steve pelan. "Jangan coba coba! Kita harus pergi dari sini sebelum mereka menemukan ku."
Steve mengangguk lalu menarik tangan Clara menuju motornya. Mereka segera pergi menjauh dari tempat itu.
Dalam hatinya ia merasa lega karena gadisnya telah selamat. Kini sedang memeluk pinggangnya.
Tinggal hidupnya yang kinu harus diselamatkan. Ia harus menangkap saudaranya itu. Steve menurunkan Clara di tempat teraman dengan kawanan yang lainnya.
Clara menatap Steve. "Kenapa kau meninggalkanku disini? Aku ingin membantumu."
"Aku tak ingin kau terluka. Ini masalah keluargaku. Aku tak ingin melibatkan kalian semua. Terima kasih telah membantuku sampai sejauh ini."
Mata Clara berkaca kaca. Ia memeluk Steve. "Berjanjilah padaku, aku akan melihatmu lagi."
Steve mengusap rambut Clara. "Ya melihatku dalam foto pemakaman."
Clara terisak dan memukul dada Steve. "Aku benci kau!"
"Aku hanya bercanda sayang. Maafkan aku. Ya, aku juga sudah berjanji pada kawanku untuk menceritakan segalanya bukan?"
Semuanya mendekati Steve. "Berjanjilah kau benar benar akan kembali pada kami." ujar Alex."Ya. Kau harus menceritakannya." timpal Grace.
"Terima kasih semua. Clara. Aku pergi dulu. Urusanku belum selesai." Steve menjauhkan tubuhnya.
Clara menatap wajah Steve, ia menangkup kedua pipi Steve dan mendekatkan bibirnya pada bibir Steve.
Clara memberikan kekuatan pada Steve lewat ciuman itu. Hingga Steve menjauhkam wajahnya ketika melihat Clara yang kehabisan nafasnya.
"Kau perlu tahu. Aku mencintaimu."
Clara memeluk Steve untuk yang terakhir. "Aku juga mencintaimu."
Steve mengecup puncak kepala Clara lalu pamit dengan yang lainnya. "Guys aku pergi dulu." Steve melangkah pergi mengendarai motornya.
Mengendarainya dengan kecepatan penuh. Keluarganya harus diselamatkan. Segalanya harus berubah mulai hari ini. Ia berjanji akan kembali pada Clara-nya.
Clara si gadis menyebalkan membuatnya jatuh cinta. Pertemuan aneh yang menggambarkan sosok Steve yang menyebalkan, kini membuat gambaran kekesalan itu berubah menjadi kekaguman.
Steve berharap Clara bisa menjadi teman hidupnya saat misi ini selesai.×××
Hai guys.. Maaf lama update. Hari masuk sekolah jadi hari padet. Makanya gasempet ngetik.
Ini dia lanjutannya. Mungkin beberapa part lagi bakal ending. Karena masih banyak cerita yang menanti untuk di publish. -kira kira ada 18 cerita:v-
Sekian dari saya;3 jangan lupa vote ya. Jangan jadi ghost reader^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Starts With A Mission
RomanceBerawal dari Pertemuan yang tidak disengaja dan amat membekas bagi keduanya. Hingga mereka bertemu dan disatukan dalam sebuah misi yang mengharuskan kerja sama team. Apakah mereka berhasil menaklukan ego masing masing demi sebuah misi yang harus dis...