Waktu berjalan sangat cepat. Dan kini sudah menunjukkan pukul 7. Itu berarti team Steve harus kembali ke markas utama.
Mereka sudah berada di dalam mobil dengan James yang menyetir. Mereka tampak berbincang dalam perjalanan kecuali Steve dan Clara. Mereka sama sama larut dalam pemikirannya masing masing.
Clara masih marah pada Steve soal tadi sore. Perlu diingat, Clara tidak suka jika ada seseorang yang amat ingin tahu tentang masa lalunya. Siapapun itu. Sedangkan Steve masih memikirkan apa yang akan Mr.Jaden katakan. Ia takut jika teamnya gagal karena ulahnya.
Hingga James melihat Steve yang masih terdiam. "Steve, apa ada masalah?"
Steve menggeleng tanpa melihat James.
"Kau tampak buruk. Apa kau menerka nerka apa yang akan dikatakan Mr.Jaden tentang misi kita?" James melihat Steve yang bergerak gelisah.
"Aku hanya-- ah tidak tidak. Aku tak apa." Steve memalingkan wajahnya. Dan James hanya menggeleng gelengkan kepalanya sambil terus fokus menyetir.
"Clara, bagaimana dengan Jack?" ujar Grace membuyarkan lamunan Clara.
"Oh ya. Aku harus menghubunginya." Clara mengeluarkan handphonenya lalu menelpon Jack.
Clara sedikit berbicara pada Jack lalu mematikan sambungan teleponnya.
Setelah itu, tak ada suara lagi. Hanya alunan musik dari radio yang mengalun lembut.
Beberapa jam setelah melakukan perjalanan cukup jauh. Mereka akhirnya sampai tujuan.
Tanpa menurunkan barang barang, mereka semua langsung bergegas menuju ruang dimana Mr. Jaden berada.
"Excuse me sir.." Steve mengetuk pintu ruangan itu. Setelah dipersilahkan, barulah mereka masuk dan berdiri mengelilingi meja Mr. Jaden.
"Baiklah. Karena kalian semua sudah berkumpul disini. Saya ingin membicarakan soal misi yang kalian hadapi. Saya kira misi ini harus dihentikan sekarang dan diberikan pada anggota yang lebih ahli." ucapan Mr. Jaden membuat semua tercengang. Apalagi Steve.
"Kenapa sir?" tanya Grace.
"Misi ini terlalu rumit jika diberikan pada kalian yang masih pemula. Apalagi pelakunya bukanlah orang biasa."
"Tapi kami bisa menangkap kongkolan pelaku. Lantas apa itu kurang meyakinkan sir?" Steve mencoba mempertahankan misi ini.
"Steve, kalian cukup meyakinkan. Tapi ini bukanlah misi biasa. Tolong jangan sangkut pautkan keluargamu pada kelompokmu."
Semua menatap Steve. Steve menggertakan rahangnya. Clara melihat guratan amarah di wajah Steve. Ia sedikit tidak mengerti atas perkataan Mr. Jaden.
"Baiklah. Saya akan melakukannya sendiri." tegas Steve.
Semua memandang Steve tak percaya. Mereka bertanya tanya 'ada apa dengan Steve?' mengapa ia sangat kokoh sekali pada pendiriannya untuk memecahkan misteri ini? Apa ada sangkut pautnya dengan keluarga? Tapi kenapa? Clara menerka nerka. Hingga ia bersuara. "Aku akan turut membantu Steve."
Giliran Clara yang mendapat pandangan tak percaya. Termasuk Steve yang sedikit terkejut.
"Ya, aku akan membantu Steve. Karena sahabat tidak akan pernah meninggalkan kawannya sendirian. Begitupun team ini, karena kita bagaikan satu tubuh. Satu sakit yang lain pun merasakan sakit. Satu bergerak semua juga harus bergerak. Dan aku akan membantu Steve karena ia termasuk bagian teamku." Steve memandang Clara tak percaya atas ucapannya yang menyentuh. Hingga James bersuara. "Ya, aku juga akan membantu Steve."
Grace dan Alexia saling berpandangan "kami juga."
Alex melihat semuanya telah bergabung pun mengangguk setuju untuk melanjutkan misi ini.
Mr. Jaden takjub dengan persahabatan mereka ini. "Baiklah, jika kalian ingin tetap menjalankan misi. Segera selesaikan secepatnya dan tangkap pelakunya!" tegas Mr. Jaden.
"Yes sir." ujar mereka serempak dan mereka langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
Steve berjalan beriringan dengam Clara. Ia menatap Clara. "Terima kasih."
Clara menatap Steve dan tersenyum. "Sahabat gak akan pernah membiarkan sahabatnya berjuang sendirian. Kita harus sama sama. Apapun keadaannya."
Steve mengacak rambut Clara sambil terkekeh. Sedangkan Clara hanya menggerutu.
Clara dan Steve kembali bersatu layaknya tak pernah ada masalah yang menimpa mereka. Padahal sebelum kembali ke markas mereka saling diam.
Itu karena Clara berfikir, Steve mungkin sama penasarannya dengan kehidupan Clara. Begitupun Clara yang penasaran dengan kehidupan Steve.
'Sebenarnya apa yang ia sembunyikan soal misi ini?' ucap Clara dalam hati.
×××
Clara berjalan keluar markas utama untuk melakukan ritual kesehariannya 'cari angin'.
Tetapi ia tidak sendiri kali ini. Ia bersama Steve. Entah apa yang ia pikirkan tentang omongannya barusan.
"Steve, apa kau mau menemaniku jalan jalan?" ujar Clara dan dibalas anggukan oleh Steve.
Sebenarnya Clara sendiri bingung, apa yang harus ia lakukan? Awalnya Clara ingin bertanya soal mengapa ia ingin sekali melanjutkan misi ini. Namun mengingat kemarahannya tadi pada Steve saat ditanyakan tentang kehidupannya. Membuat pertanyaan itu ia simpan kembali.
Entah kenapa Clara tak ingin Steve melakukan hal yang sama seperti apa yang tadi ia lakukan pada Steve. Hanya saja, Clara merasa ada perasaan yang membuatnya tak bisa membenci Steve.
Clara dan Steve duduk di kursi depan markas. Steve sedari tadi memperhatikan wajah Clara yang terlihat bimbang.
"Kau sakit?" Clara tersentak lalu menggeleng.
"Aku ingin bertanya padamu." ucap Clara ragu.
Steve langsung mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Clara.
Clara menghembuskan nafasnya perlahan. "Apa kau masih marah padaku?"
Steve mengangkat alisnya kemudian terkekeh. "Seharusnya aku yang tanya Clara."
Clara terdiam sambil menahan malu. Bahkan ia lupa kalau tadi sore yang marah itu dirinya bukan Steve. "Saat itu aku hanya sedang kesal. Makanya aku memarahimu. Aku minta maaf."
Steve mencubit hidung Clara membuat Clara meringis. "Ya, aku mengerti. Lagipula aku tak marah padamu kok. Maaf juga telah memaksa."
Clara menyentuh dan mengusap hidungnya sambil mengerucutkan bibirnya. "Sakit tau."
Steve tertawa. Moment yang jarang sekali Clara lihat. Tanpa disadari Clara tersenyum melihat wajah tampan Steve yang sedang terbahak itu.
"Aku ingin bercerita soal kehidupanku." Clara menjadi serius. Steve berhenti tertawa dan menatap Clara penasaran.
"Aku tak tahu siapa ayah dan ibuku. Yang kutahu hanyalah orang tua Jack yang ku anggap sebagai orang tuaku juga. Mereka baik sekali padaku, mereka menganggapku bagian dari keluarga mereka meskipun tak ada darah keluarga yang sama. Jadi kau bisa menyimpulkan dan menebak jawaban dari pertanyaanmu tadi sore." Ucap Clara panjang lebar. Dan itu membuat Steve terhenyak.
"Maaf jika aku mengungkit masa lalumu. Aku tak tahu kalau--"
"Tak perlu minta maaf. Sudah biasa kok." potong Clara cepat.
Clara mengalihkan pandangannya ke langit.
"Kau pasti heran mengapa aku mempertahankan misi ini kan?" ucapan Steve membuat Clara menatap Steve penasaran seakan bertanya 'apa?"
"Itu karena--"
"Hi Clara!"
×××
Siapa tuh yang ganggu?
Cie digantungin ama Authornya:v. Gaenak ya digantungin, apalagi sama gebetan. Hft;' *curcol
Vote for next yashh!!
Xoxo^^
![](https://img.wattpad.com/cover/61625762-288-k782134.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Starts With A Mission
RomanceBerawal dari Pertemuan yang tidak disengaja dan amat membekas bagi keduanya. Hingga mereka bertemu dan disatukan dalam sebuah misi yang mengharuskan kerja sama team. Apakah mereka berhasil menaklukan ego masing masing demi sebuah misi yang harus dis...