Empat

8.3K 113 17
                                    

*****

Sera

Aku terbangun dan menemukan lengan kokoh Nathan masih memelukku. Aku pun menyingirkan lengannya perlahan dan aku bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Baru beberapa menit aku memasak, terdengar suara pintu kamar kami terbuka. Nathan sudah bangun ternyata..

"Pagi honey." Sapanya dengan muka yang masih mengantuk dan ia segera duduk di meja makan.

"Pagi hun. Kamu masih ngantuk? Tidur lagi aja, gih. Ini masih jam setengah 6. Kantor kamu masuk jam 8, kan?" Lagian jika Nathan datang telat tidak akan masalah kan? Siapa juga yang berani menegurnya? Ia tak datang ke kantor pun tak masalah.

"Aku bangun, ga ada kamu disamping aku. Aku takut kamu pergi ninggalin aku." Ujarnya begitu polos. Benarkah ia takut kehilanganku?

"Kamu ngomong apasih, Nath? Aku ga gabakalan ninggalin kamu."

"Aku cuma takut aja."

"Ga ada alasan bagi aku buat ninggalin kamu. Udah ya, jangan pernah berfikir kaya gitu." Kataku tersenyum lembut kepadanya. Kali ini aku bersungguh-sungguh. Aku tidak akan meninggalkan Nathan. Bagaimana pun aku ingin belajar untuk mencintainya dan memahami dirinya. "Makanannya masih lama jadinya. Kamu mau makan apa dulu? Cereal? Susu? Waffle? Atau apa?"

"Aku mau coffee aja hun."

"Nathan, pagi-pagi jangan minum coffee dulu. Ga baik buat lambung. Minum susu aja, ya?"

"Sayang, aku kan udah gede. Masa iya dikasihnya susu?"

"Kemaren Aidhar --kakak laki-lakiku yang paling besar-- mengirimkan susu murni. Rasanya enak sekali. Coba, ya?"

"Ya sudah kalau itu membuatmu senang." Katanya tersenyum menggoda. Aku pun segera mengambil cangkir dan menuangkan susu murni ke cangkirnya.

"Coba. Kau pasti ketagihan." Kataku menyodorkan segelas susu murni itu.

"Enak." Ujarnya setelah meminum seteguk susu murni itu.

"Benar, kan?" Aku pun tersenyum puas. "Mulai besok, kalau pagi-pagi jangan minum coffee dulu. Minum susu dulu saja." Timpalku sambil tersenyum lebar.

"Apapun yang membuatmu senang." Katanya lalu menghabiskan segelas susu itu dalam sekali tenggak. Aku bisa melihat ekspresi wajahnya bahwa ia tidak begitu menyukai susu murni itu. Tapi aku senang karena ia mau mengubah kebiasaannya itu demi aku.

"Kau lucu." Ujarku sambil memperhatikan wajahnya dan menemukan bekas susu disekitar bibir sexynya itu. Tanpa bisa ditahan akupun tertawa kencang.

"Mengapa tertawa?" Tanyanya bingung.

"Kau benar-benar terlihat seperti anak kecil. Minum susu saja berantakan. Sini, biar aku bersihkan." Kataku lalu membersihkan sekitar mulutnya menggunakan tissue.

"Aku mencintaimu." Katanya menatapku dalam ketika aku sedang membersihkan mulutnya itu. Aku pun hanya terdiam dan terus membersihkan mulutnya. Dan...astaga!

Aku mencium bau gosong dan ternyata benar. Omelette ku gosong. Sebenarnya, rencana awal aku hanya ingin menuangkan susu murni itu untuk Nathan. Kenapa malah aku jadi meladeni dirinya?

"Ada apa hun?" Tanyanya penasaran.

"Omelettenya gosong..kamu mandi dulu aja gih. Aku mau bikin lagi. Biar ntar kamu selesai mandi omelettenya udah jadi." Kataku sambil mengambil omelette yang masih ada di frying pan dan ingin membuangnya ke tong sampah.

"Hey, hey, jangan dibuang." Nathan tiba-tiba berada disampingku dan menahan tanganku yang ingin membuang omelette itu.

"Kenapa?"

Are We Real?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang