Lima

8.7K 127 18
                                    

WARNING! 18+ CONTENT

*****

Sera

"Kiss me back." Ucapnya dengan nafas terengah disela-sela ciuman kami. Sementara aku hanya bisa terpaku mendengarnya. Bagaimana aku bisa mencium seseorang yang sama sekali tidak aku cintai?
"Baiklah. Mungkin kau belum siap. Aku akan menunggu sampai kau siap." Ujarnya putus asa. "Tapi, sampai kapan kau akan begini? Kita sudah 2 bulan menikah."
"Maaf...." Hanya kata itu yang bisa kuucapkan.
"Sudahlah. Kata itu tidak menyelesaikan apa-apa." Katanya sambil berbaring membelakangiku.
"Err...baiklah. Kau bisa menyentuhku." Kataku pasrah. Mamah sangat menginginkan cucu. Begitupun dengan ibunya. Dia pun sangat ingin mempunyai anak. Jika aku terus begini, pernikahan kita tidak akan ada artinya kan? Bagaimana pun, aku akan berusaha untuk mencintainya.
"Sudahlah. Aku tidak ingin menyentuh seseorang yg bahkan tidak ingin menciumku kembali." Katanya dengan nada malas.
"Kau bilang kau ingin segera punya anak? Mamah dan ibumu juga berpikiran yang sama kan? Sekarang kau berubah pikiran?" Tanyaku sambil berbaring menghadap pundaknya dan menyentuh pundaknya.
"Bukan seperti itu. Hanya saja, bahkan kau tidak mencintaiku. Bagaimana kita bisa-- sudahlah. Tidur saja. Ini sudah larut malam."
"Aku akan belajar mencintaimu--" kataku pada akhirnya.
"Ya sudah. Tunggu saja sampai saat itu datang. Baru aku akan menyentuhmu." Katanya lalu mulai tertidur dalam diam.

Great. Dia marah. Apa yang harus aku lakukan..?

*****

Nathan

Ketika aku terbangun, aku menemukan lengan mungil Sera yang sedang mendekap tubuhku dari belakang. Astaga..tumben sekali..apa yang terjadi dengannya? Apakah dia merasa bersalah? Dan... Apakah tadi malam aku terlalu keras kepadanya?

Aku membalikkan tubuhku dan terus mengamati wajahnya yang sangat cantik itu. Wajah yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama.. Aku menyingkirkan beberapa helai rambut dari wajahnya. Aku mengusap pelan matanya, hidungnya, pipinya, bibirnya.. Dia begitu dekat tetapi begitu jauh. Dia ada tepat disampingku, setiap hari bersamaku tapi tidak bisa ku sentuh. Aku dibuat frustasi oleh makhluk cantik satu ini. Kapan saatnya akan tiba? Ketika cintaku tidak bertepuk sebelah tangan dan dia juga mencintaiku seperti aku mencintainya..

"Emmm..." Sera menggeliat sebentar lalu mulai membuka matanya dan mengerjap-ngerjap.
"Morning, princess." Sera terlihat kaget lalu tersenyum lembut. Astaga...senyuman itu benar-benar sempurna..
"Kamu udah bangun?" Tanyanya dan aku jawab dengan anggukan.
"Kamu ga marah sama aku?" Tanyanya heran.
"Lho? Marah kenapa?"
"Soal tadi malem..."
"Haha nggak lah. Masa aku marah karena istri aku ga mau berhubungan intim?"
"Bener kamu ga marah?"
"Nggak, sayang.." Kataku lalu mencium dahinya pelan.
"Aku takut kalo kamu marah. Jangan marah yaa." Ntah kenapa, tapi aku merasa Sera menjadi sedikit manja. Dan tanpa aku bisa duga, dia langsung memelukku erat dan membenamkan wajahnya ke dadaku. Sungguh. Apa yang terjadi dengannya? Akhirnya aku pun balas memeluknya. Aku cium puncak kepalanya dan aku hirup kuat-kuat aroma tubuhnya. Astaga...aromanya begitu manis dan memabukkan. Membuatku ketagihan akan dirinya. Dan secara tiba-tiba, Sera bangkit dan turun dari kasur. Mau kemana dia?
"Hun, mau kemana?"
"Masak. Ga kemana-mana kok hunn." Katanya sambil tersenyum jahil.
"Ini hari minggu. Kita makan diluar aja. Oke? Kamu capek kan kalo masak terus?"
"Hah? Masa masakkin buat suami capek--"
"Sssst. Udah sana mandi. Siap-siap. Hari ini kita jadi kan nengok Audrey?" Audrey itu sepupuku yang baru saja melahirkan. Sera sudah setuju akan menemaniku untuk menjenguk Audrey. Audrey itu saudara sekaligus teman masa kecilku dan ia tempatku menyimpan rahasia dan penampung semua curhatanku juga.
"Jadi dongg..hehehe. Yaudah deh aku mandi dulu yaa." Katanya lalu berjalan masuk ke walk-in-closet kami dan memilih beberapa pakaian lalu ia segera masuk ke kamar mandi. Lalu gantian aku yang masuk ke walk-in-closet dan memilih-milih baju untuk hari ini aku kenakan.

*****

"Hun...why dont try to dressing more casual? Dont too formal.." Komentar Sera ketika melihatku memakai kemeja putih dan celana hitam.
"Hmm?" Gumamku heran. Biasanya ia tidak pernah berkomentar seperti ini. Dia akan membiarkan aku memakai apapun yg aku mau dan tidak akan komentar. Dia tidak peduli. Tapi ada apa dengan dirinya hari ini? Mengapa dia menjadi lebih manis dari sebelumnya?
"You're not going to attend a meeting, right?"
"Yes, honey...so what should I wear? You decide." Kataku lalu duduk di sofa yang ada di walk-in-closet kami.
"How about this?" Dia mengacungkan kaos hugo boss ku dan sepasang celana jeans armani.
"Good choice." Kataku lalu mengambil pakaian itu dari tangannya. "I'm gonna change my clothes."
"Oh sure." Kata Sera lalu ia keluar dari walk-in-closet kami. Walaupun kami sudah berumah tangga hampir 3 bulan tapi kami belum pernah melihat satu sama lain tanpa busana sama sekali. Mengherankan, bukan?

*****

Sera

Sekarang aku dan Nathan sedang berada di rumah Audrey -- sepupunya yang baru saja melahirkan -- anaknya laki-laki dan terlihat tampan sekali. Pipinya juga chubby. Membuatku gemas ingin menggigitnya.

Sudah 1 jam aku dan Nathan berada disini. Awalnya ia hanya mengobrol dengan ibunya Audrey juga suaminya. Tapi begitu ia melihat anak Audrey -- yang baru aku tahu kalau namanya adalah Andrew -- ia langsung jatuh cinta dan refleks meminta untuk menggendong Andrew. Aku melihat Nathan dari kejauhan dan ia tampak seperti seorang ayah sungguhan. Ia menggendong Andrew dengan penuh kasih sayang dan aku merasakan bahwa dia juga senang sekali menimang-nimang Andrew.

"Ser, keliatannya Nathan emang pengen punya anak banget, deh. Kapan lo hamil? Hahaha." Audrey tiba-tiba berada disampingku dan menanyakan hal itu.
"Hehehe iya Drey.. Tapi mungkin sekarang emang bukan waktunya.. Hehe." Kataku gusar. Takut jika Audrey sadar kebenarannya. Ia tahu segalanya tentang Nathan. Ntahlah Nathan memberi tahu Audrey atau tidak tentang keadaan yang sebenarnya di rumah tangga kami.
"Lo kalo mau punya anak cepet, mendingan kalo mau hubungan intim di jadwal. Lo konsul ke dokter. Udah gitu, lo makan dijaga dan jangan stress. Kalo bisa lo berhenti kerja aja. Keluarga lo kan udah berkecukupan banget. Nathan doang yang cari uang juga gak akan jadi masalah." Ceramah Audrey agar aku cepat hamil dan sepupunya itu bisa cepat menimang anak. Astaga...berhubungan saja tidak pernah terfikirkan olehku apalagi jika mempunyai anak!
"Hehehe iya makasih ya Drey sarannya." Kataku berpura-pura.
"Woy Nathan! Kalo mau cepet punya anak Sera suruh gausah kerja aja! Biar nggak stress terus lo cepet punya anak!" Teriak Audrey tiba-tiba membuatku terkejut. Ia membuat semua orang yang ada di ruangan melirik ke arah kami! Ya..terutama Nathan. Dia menatapku sangat heran dengan kedua alis yang hampir bertautan yang aku jawab hanya dengan senyuman tak berdosa ku. Aku yakin ia mengira bahwa aku benar-benar ingin punya anak sehingga menyebabkan Audrey berbicara seperti itu. Astaga....

"Drey, gue ke Nathan dulu ya? Sekalian pengen gendong anak lo. Gapapa kan?" Kataku mencari alasan untuk pamit dari sisi Audrey. Aku takut ia akan curiga karena sikapku.
"Iya iya silahkan..gue juga mau basa-basi dulu sama tamu yang lain." Audrey tersenyum sebentar lalu meninggalkanku untuk bergabung bersama ibunya serta teman-teman ibunya itu. Karena Audrey sudah pergi jadi aku langsung mendekati Nathan.

"Ada apa tadi?" Kata Nathan begitu aku berada disampingnya.
"Bukan. Bukan apa-apa." Kataku tersenyum canggung.
"Kau sungguh ingin punya anak?" Tanyanya heran. Mungkin ia berfikir bahwa mengapa aku tidak ingin berhubungan intim tapi ingin mempunyai anak? Sangat mustahil, bukan?

Tapi..... Aku harus jawab apa? Kalau aku jawab tidak, mungkin ia akan sangat terpukul dan mungkin saja....dia akan marah? Tapi jika aku jawab ia, kalian tahu sendiri kan bahwa aku belum bisa mencintainya seutuhnya?

"Err.....bagaimana, ya--"
"Aku mengerti." Ucapnya memotong pembicaraanku.
"Hey aku belum selesai bicara!" Ujarku sewot.
"Kau tidak ingin mempunyai anak, kan? Apalagi dengan lelaki yang tidak kau cintai. Bagaimana bisa."
"Aku mau punya anak denganmu." Aku tidak tahu setan apa yang merasukiku hingga aku berkata demikian. Aduuh ada apa sih dengan diriku??
"Hah?" Dia tersentak.
"Aduh....maksudku, aku ingin punya anak denganmu tapi bukan untuk saat ini.." Ntah kenapa Nathan diam saja dan ia terus menerus mengelus pipi dan dahi Andrew. "Kau ingin sekali mempunyai anak?"
"Diumur segini--"
"NATHAAAAN MANA ANAKNYA SI AUDREYY GUE MAU GENDOOOONGGGG." Tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang yang tidak asing bagiku. Danielle, adik Nathan yang seumuran denganku. Ia terlihat sangat ceria dan ia langsung mendekat ke arahku. Tapi begitu ia melihat aku yang ada di samping Nathan, senyum cerianya langsung hilang dan memandangku sengit. Ada apa sih dengannya? Aku rasa setiap Dani melihatku ia selalu memandangku sengit seperti orang dendam. Apa yang pernah aku lakukan padanya, sih?
"Hey hey. Jangan teriak-teriak. Nanti Andrew nya bangun." Nathan memperingatkan Dani. Jelas saja teriakan cemprengnya itu bisa membangunkan Andrew.
"Yaudah sini gue mau gendooong." Katanya dengan manja ke Nathan.
"Yaudah nih. Hati-hati ya masih baru lahir. Salah dikit fatal." Nathan dengan sangat hati-hati memposisikan Andrew dalam gendongan Dani.
"Iye bawel. Gue juga tauu." Dani mulai menimang Andrew lalu tiba-tiba dengan nada sinis ia berkata, "ngapain itu cewek disini?" Apa maksudnya??
"Siapa? Sera? Apaan sih lo Dan. Orang dia istri gue ya ikut gue lah."
"Ya ngapain gitu ikut-ikut. Jadi istri harusnya jaga rumah aja yang bener." Katanya sinis lalu melengos ke arahku. Kalau ia bukan adik Nathan, sudah aku jambak rambutnya! Untung saja ia adik Nathan. Haiish mengesalkan sekali!
"Ngomong apa sih lo Dan? Eh Andrew di lo dulu ya. Gue mau pulang aja." Nathan menepuk pundak Dani sekali lalu menarik tanganku menjauhi Dani. Kita langsung pamit ke Audrey lalu pergi meninggalkan rumah Audrey.

"Dani kenapa sih? Kayanya setiap dia liat aku langsung ga seneng gitu." Tanyaku setelah kita berdua masuk mobil untuk pulang ke rumah.
"Umm...aku juga ga tau, hun. Tapi mungkin aja kan kalo dia lagi pms makanya gitu? You know girls like what." Katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Apakah setiap ketemu aku dia pms terus?"
"Hahaha i dunno.."
"Terus emangnya kalo dia lagi pms ngejutekkin orang? Tadi kamu ga kena juteknya dia tuh. Yang lain juga nggak. Aku doang yang kena."
"Gatau juga sih hun kenapa..udahlah gausah terlalu dipikirin. Cuma Dani ini."
"Iih ya gabisa gitu. Kan dani adik ipar a--"
"Sssst. She's not a big problem, hun. Oke?"
"Hmmm." Gumamku tidak rela.

*****

2 Minggu Kemudian

*****

Nathan

"Hun....." Aku merasakan ada tangan mungil yang memelukku dari belakang. Tanpa menoleh pun aku tahu siapa pemilik kedua tangan ini. Sera.
"Ada apa hun?" Tanyaku heran. Ini memang sudah jam 2 malam dan aku belum juga tidur. Masih banyak sekali tugas dari kantor yang harus aku kerjakan. Sudah berhari-hari aku menumpuk kerjaan itu dan mau tidak mau hari ini harus selesai jika tidak ingin pekerjaan lain menumpuk esok hari.
"Udah jam 2 ga tidur? Tugasnya selesain besok aja, ya.." Sera lalu menyenderkan kepalanya di pundakku dan mencium mesra leher serta pipiku. Memang akhir-akhir ini sikap Sera berubah 180 derajat kepadaku. Walaupun ia masih belum mau berhubungan intim tapi ia masih mau membalas ciumanku. Memang hanya sebatas itu tapi aku mengerti bahwa semuanya memang butuh protes.
"Iya hun. Bentar, ya. Kamu tidur duluan aja." Kataku lalu mengecup dahinya cepat. Lalu tiba-tiba ia menarik tubuhku cepat ke ranjang. Aku memang sedang mengerjakan tugasku di pinggir ranjang.
"Are you too tired to making love?" Whoaa. What is this? What happen to her??
"Whaat?"
"I'm asking you once more. Are you too tired to making love? I think its time for me to fully believe in you." Katanya dengan senyum menggoda. Holly shit! What happen to her??
"Are you sure, babe?"
"Uh-oh."

Setelah mendengar persetujuan darinya aku langsung menarik tubuhnya dan membaringkannya di ranjang dan aku diatasnya. Dia tertawa sebentar lalu menarik cepat kepalaku then she kiss me so hard! Tidak ingin menyiakan kesempatan aku langsung membalas ciumannya dan ciuman kami semakin panas. Ia melepaskan ciuman kami untuk mengambil nafas dan aku melanjutkan menciumnya ke daerah lain. Aku mencium setiap inch dari wajahnya. Tak melewatkan satu inc pun. Setelah puas dengan wajahnya, aku ganti mencium lehernya dengan ganas. Sudah 4 bulan aku menantikan momen ini! Aku meninggalkan beberapa tanda di lehernya lalu aku mulai melucuti gaun tidurnya. Terpampang jelas di depan wajahku ia masih memakai pakaian dalam berwarna merah yang membuatnya terlihat sangat sexy. Aku mencium dadanya sebentar lalu mulai membuka kaitan branya. Ia mendesah pelan lalu aku mulai menciumi payudaranya. Astaga....betapa indahnya payudaranya. Ukurannya memang besar tetapi tidak terlalu besar. Aku terdiam beberapa saat untuk mengagumi payudaranya.

"Why? Is they too small for you?" Tanyanya dengan raut wajah yang sedih.
"What? No. They're perfect. Fit with me." Kataku meremas pelan payudaranya. Ia mendesah pelan lalu aku mulai menciumi kedua payudaranya dan ku kulum. Ia terus mendesah dan memjambakki rambutku. Merasa sudah cukup, ciumanku terus turun ke bawah. Aku benar-benar tidak melewatkan satu inch pun bagian tubuhnya untuk aku sentuh dan aku kagumi hingga tiba saatnya....

"Hun, are you ready?" Tanyaku padanya. Aku takut dia masih belum siap. Dan dia hanya menjawab dengan erangan. Akhirnya aku memposisikan diriku di depan dirinya dan mulai memasukkan diriku. Sera langsung mengerang hebat lalu dengan cepat aku cium bibirnya dengan maksud mengurangi rasa sakitnya. Tidak lama kemudian aku merasakan sesuatu yang robek dan darah segar mengalir. Is she still virgin?! God.... Sera langsung berteriak kesakitan dan aku langsung menenangkannya. "Hun, its okay. Its okay..."
"I love you." Kataku lagi sambil mengecup dahinya.
"I love you too.." Sera membalas ucapanku. Astaga....ini pertama kalinya ia bilang mencintaiku..

*****

Sera

Ketika aku terbangun di pagi hari badanku terasa pegal-pegal dan linu. Terutama di bagian bawah sana. Ketika aku mengintip ke dalam selimut, aku menemukan diriku tidak tertutupi sehelai benang pun. Jadi semalam bukan mimpi? Tadi malam sangat indah..akhirnya aku memberinya semua yang aku punya dan mempercayai Nathan sepenuhnya. Aku baru tersadar bahwa yang selama ini aku cari dan butuhkan adalah Nathan. Bukan yang lain.

"Babe, udah bangun?" Suara Nathan mengagetkanku. Lengan kekarnya masih asik memelukku.
"Hmm..pagi ini mau sarapan apa?"
"Sarapan kamu."
"Kamu mau makan aku, gitu?" Kataku lalu duduk bersandar ke dipan ranjang kami.
"Yea..last night was fun, right? I always wanna try about morning sex. How about now?" Nathan langsung mendekat ke arahku dan meremas pelan kedua payudaraku.
"Hah? Lagi??"
"Yes." Katanya mantap lalu mengecup singkat bibirku.
"Nath....badanku masih sakit sisa semalam. Ntar aja, ya." Jujur saja badanku masih terasa sakit disana-sini. Sebenarnya yang membuatku ngeri bukan hanya keganasannya saat bercinta. Tapi ukuran 'itunya' yang menurutku diatas rata-rata. Membuatku kewalahan.
"Pardon me, hun..so, it was your first time?"
"Yea.." Jawabku tersipu malu. "Is that was your first time too?" Ia terlihat berfikir sebentar lalu tersenyum lembut kepadaku.
"Yes. It was my first time too." Jawabnya sambil mengelus pipiku. "Mandi gih, yang. Terus pake baju. Ga kuat aku liat kamu tanpa pakaian gini." Ia berkata membuatku kembali tersenyum malu. Aku pun bangkit lalu bergegas pergi ke kamar mandi untuk bebersih.

*****

To be Continued.

Makasih banget yaa buat yang udah mau baca, comment dan vote. maaf banget ya kalo part ini random banget. but i tried my best :"") Aku ngehargain kalian banget yang udah mau support aku. Makasih banyak yaa :)

Keep support me! I love you <3

Are We Real?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang