Enam

7.3K 103 20
                                    

*****

Nathan

Ketika Sera masuk ke kamar mandi, aku menyibakkan selimut kami dan menemukan darah yang sudah mengering di seprai putih kami. Otomatis bayangan tadi malam terputar ulang di otakku. Ciumannya, sentuhannya, desahannya-- arrrggghh bisa gila aku jika terus-terusan mengingat kejadian semalam. Salah satu momen paling indah yang pernah aku alami. Ingin rasanya aku mengulang kejadian semalam untuk pagi ini. Tapi begitu melihat keadaan Sera, aku langsung mengurungkan niatku karena aku melihat Sera untuk jalan saja dia sedikit terpincang-pincang.

"Sayang, mandi gih." Setelah sekitar 15 menit Sera mandi, akhirnya ia keluar dengan hanya menggunakan selilit handuk dan membuat hayalan liarku langsung berkembang pesat. Aku langsung menyadarkan diriku lagi lalu aku pun masuk ke kamar mandi untuk bebersih dan juga bersiap-siap pergi ke kantor.

*****

Sera

Selesai mandi aku langsung berganti memakai pakaian kerjaku. Sebenarnya ingin sekali aku tidak masuk kerja karena aku merasa sangat capek dan ngilu di hampir seluruh bagian tubuhku. Untuk berjalan saja susah. Tapi kan ga enak kalau aku izin hanya karena alasan ini. Jadi ya gapapa lah. Lagian ntar di kantor juga aku duduk aja, kan?

Klek.

Suara pintu kamar mandi terbuka dan aku melihat Nathan keluar dari kamar mandi menggunakan selilit handuk. Aku lansung buru-buru menyiapkan pakaiannya untuk pergi ke kantor. Nathan menatapku heran. Hihihi. Ini memang pertama kalinya aku menyiapkan baju kerja Nathan. Sebelumnya aku tidak pernah seperti ini. Semuanya terserah dia. Tapi aku tau kalau aku harus cepat berubah dan menjadi istri yang baik. Fighting!!

"Yang? Kamu berangkat kerja?" Tanyanya sambil mulai berpakaian.

"Iya. Kenapa gitu?"

"Gausah kerja, yang."

"Maksudnyaaa?"

"Ya kamu gak usah kerjaa. Kan udah aku yang cari uang?"

"Yaa aku bantu kamu gapapa kan?"

"Gak usah, yaa. Kamu jadi ibu rumah tangga yang baik aja, ya. Gak usah kerja. Mendingan kamu belanja atau apaa gitu." Katanya lalu mulai memakai kemeja kantornya. Aku langsung menghampiri Nathan dan bantu mengancingkan kemejanya.

"Yakin nih gapapa?" Kataku sambil tersenyum nakal.

"Iyaa gapapaa."

"Bener nihh?"

"Iyaaa."

"Gapapa gitu kalo aku jadi istri yang kerjanya buang-buang uang suamii?"

"Iyaa gapapaa. Ikhlass." Katanya lalu mencolek hidungku.

"My hubby is the best of the best." Kataku kemudian langsung mencium pipinya. "Dasinya mau warna apa?"

"You choose." Katanya tersenyum lembut.

"The silver one?" Kataku tersenyum lalu mulai memakaikan dasi ke Nathan.

"I love you, hun."

"Love you too, hubby."

"Yaudah aku berangkat kerja dulu, yaa." Katanya lalu mengecup pelan dahiku.

"Kamu ga makan dulu?"

"Ngga usah. Kamu jalan aja susah, kan? Aku mah makan apa aja bisa, yang."

"Bener nih gapapa? Yaudah hati-hati dijalan yaa, hubbyy."

"Iyaa. Hati-hati juga ya di rumah my lovely wifee." Katanya lalu mengecup sekali lagi dahiku dan dia pun pergi untuk bekerja.

Are We Real?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang