Be Mine - 1

1K 41 3
                                    

Kringggg!!

Waktunya istirahat, seluruh murid berhamburan keluar menuju kantin demi sebongkah makanan untuk menganjal perut. Berbeda hal nya denganku yang buru buru ingin ke Perpustakaan demi menyalin catatan si Dodi yang everytime standby disana buat betapa, ini beneran genting karna pelajaran seusai istirahat diisi oleh guru yang killernya ga nahan.

"Natasha!"

Suara berat itu memaksaku menghentikan langkah dan menoleh ke sumber suara.

"Ya?" Balas ku singkat.

Dia perlahan mendekat, dengan langkah ragu sambil menyembunyikan sesuatu dibalik punggungnya. Wajahnya yang pucat pasi disertai cucuran keringat yang menimbulkan efek transparan pada seragam putihnya.

Mungkin baginya koridor yang sepi ini begitu dingin dan menegangkan, namun bagiku tentu saja tidak.

"Hmm,, ketebak!", kataku membatin

Kini ia berjarak 30 cm dariku dan itu sangat akurat, karna ada sebuah penggaris nyasar menengahi kami, benda yang ia sembunyikan perlahan menampakkan wujudnya. Warna merah itu begitu indah disertai harum semerbak, melambangkan ada secuil cinta abal abal didalamnya.

Pria itu kini mulai mengadahkan kepalanya, membuat mata kami saling bertemu, di kelopak matanya tak terukir makna ketulusan, seperti yang kuduga!.

"Aaa..akuu, sss suka sssaaama ka..kaa..muu, kamu mau nggak ja..jadi ppp..pacar aku?" ucap laki laki yang dikenal Davin itu dengan gagu sambil menyodorkan benda merah itu dihadapanku.

Aku langsung memutarkan bola mataku malas sambil menjalin kedua tangan didepan dada. Entah kenapa kata kata itu terlalu basi sehingga tak mempengaruhi hatiku, membuat ku malas untuk mengubrisnya.

Bagaimana tidak? Segerombolan tim basket yang termasuk komplotan Davin mengintip dibalik dinding dan memperhatikan kami secara intens. Dari raut wajah mereka tampak sebuah rencana busuk yang ditujukan kepadaku melalui Davin. Lagi lagi aku menjadi bahan taruhan.

"Jj..jaawab Nath.." pintanya lagi.

Lagi lagi ucapannya membuat ku muak, siapa yang mengijinkannya memanggilku dengan nama itu? Dekat saja tidak. Dasar! Cowok aneh!

"Nggak, lo dekil plus sok kegantengan. Jadi gue nggak mau! Puas? Sekarang lo boleh pergi, atau gue yang pergi?" Balasku singkatdan dingin.

Semua ucapan itu mendarat mulus dari mulut kecilku, tak ada kata maaf ataupun basa basi, sudah ciri khas dari seorang Natasha Feloria Jhonson. Itu sih prinsip, menolak dengan cara itu lebih baik, dibanding bersikap lembut dan pastinya terkesan memberi harapan.

Kini, laki laki dihadapanku hanya menanggung malu karna ribuan mata yang diam diam memperhatikan kami, bayangkan saja, seorang kapten basket yang terkenal kece seantero sekolah mendadak ciut akibat lontaran kata kata pedas dariku. Sama halnya dengan komplotan kawan kawannya, mereka menatap Davin penuh kemrnangan dan menampakkan jempol mereka yang mengarah kebawah. Davin kalah telak!

Aku langsung berbalik arah guna mencari udara segar karna merasa terlalu lama disini hanya membuang waktu saja.

"Sekarang kamu emang nolak aku, tapi suatu saat nanti kamu akan menyesal! Ingat Nath!" Teriaknya dari jauh.

Suara itu tak merubah apapun, pandanganku tetap lurus dan berjalan acuh tak acuh. "Peduli amat gue!!"

Siapa yang mau dengan laki laki pucat itu yang hanya memandang seseorang dari kecantikan dan menjadikannya sebagai taruhan? Bodoh!!

*
*
*

Bangku kayu dibawah pohon yang rindang menjadi pilihan untuk memfreshkan pikiran ini, sumpah demi apapun hariku kini benar benar berantakan.

"Astaga!! Gue lupa harus ke pustaka! Nih semua gara gara tuh cowo rese! Sukses bikin mood gue ilang, huh, Who Cares?"

"Nathashaaaa!!" Saut seseorang dari kejauhan.

"Astaga!! Baru aja gue mau istirahat ada aja yang ganggu!" Ucapku sambil mengacak sedikit rambut ikal coklat ku.

Ya, itu adalah suara cempreng yang keluar dari mulut sahabatku Felly, tepatnya Fellycia Renatha, gadis cerewet yang selalu kepo dengan segala hal, rambutnya hitam lurus dan kulitnya yang kuning langsat.

Pasti dia sangat ingin tau kronologis penembakan tadi, aku hanya bisa mengusap wajahku kasar karna frustasi harus menjawab pertanyaan dari Felly.

Felly pun berlari tergopoh gopoh dengan nafas boleh dibilang lost control.

Ia pun mengontrol napasnya sebelum berbicara.

"Nath, gila lo ya! Sumpah deh lo sadis banget jadi orang, kok bisa hah? Lo buta apa?" Celotehnya.

"Apa sih Fel? Gue lagi gak mood nih." Timpalku dengan kesal.

"Lo kok nolak sih? Orang cakep kayak gitu, gue mah kalo jadi lo gue terima kali," Ucapnya lagi.

"Itu kan lo Fel, bukan gue". Balasku tak mau kalah.

"Udah berapa kali lo giniin cowok, hah? Masih niat lo nunggu dia sampe sampe lo nyinyiain semuanya?" Tanya Felly.

"Ya mau gimana lagi Fel, kalo hati ga nyangkut buat apa?" Balasku dengan nada memelas.

"Oh Natashaa, move on! Sampe kapan lo kayak gini? Gimanapun juga sampe saat ini dia gak ngelirik lo Natasha Feloria Jhonson!"

"Semua bakal indah pada waktunya kali Fel, gue ga akan nyerah!" Balasku.

"Terserah lo deh Nath, hayati lelah" ucap Felly.

Tiba tiba sesosok yang menyilaukan mata melintas dihadapan kami, dia adalah seseorang yang baru saja kami perdebatkan, seseorang yang membuatku menahan rasa ini 2 tahun lamanya, bulu matanya yang lentik, bola matanya yang coklat sorotan matanya yang tajam, alisnya tertata rapi, kulitnya kuning langsat, rambutnya yang hitam kecoklatan berhasil membuatku jatuh hati. Sikapnya yang dingin namun tersimpan sejuta keelokan dalam hatinya, sukses membuatku terus mengaguminya diam diam, "perfect!!"

Langkahnya terhenti, membuat posisiku kini sejajar dengannya, sengatan listrik berhasil menjalar keseluruh tubuhku, jantungku berdegup kencang, berusaha untuk menelan saliva ku yang mendadak tersendat menunggu langkah apa yang ia lakukan selanjutnya.

Tangan ku mulai menarik rokku karna gugup tak karuan.

Ia menunduk dan merangkul anak kucing yang sedari tadi meraung mencari keberadaan induknya.
Ia mulai berjalan mendekatiku, mendekat dan mendekat.

"Sialan! Gue ga tau harus gimana!!" Ucapku membatin.

Aku mulai mengikutsertakan Felly dalam ketegangan ini, namun benar saja, dia terlebih dahulu menghilang meninggalkan sendiri.

Mendekat dan semakin mendekat.

Jarak kami kini hanya sekitar 10 cm, aroma khasnya tercium dengan jelas membawa aura ketenangan. Sekujur tubuhku menghangat, jantungku serasa berhenti berdegup, aku hanya bisa mundur dan memejamkan mata.

Sorot matanya tak dapat ditafsirkan, ia menunduk dan melepaskan kucing itu, membawanya kepangkuan induknya yang tanpa kusadari berada tepat di belakangku.

Ia pun bangkit, matanya menangkap gadis yang dihadapannya itu kini memejamkan mata dan memerah.

Ia langsung mengayunkan tangannya dan menempelkannya dengan indah ke keningku.

"Skakmat!!"

Kini semua benar benar gelap, sentuhan itu meracuni tubuhku, kaki ini melemah serasa berada diatas awan. Dan..

Bruuukk!!

-
-
-

Bagaimana? Gaje kah? Butuh Vote, kalo dah banyak lanjut..

Tbc

Be MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang