Message

16 1 0
                                    

No copas
No darkreaders

.
.

Semilir angin malam terasa menyapu keheningan yang tercipta di antara kedua insan itu. Mereka masih setia merebahkan tubuh mereka di atas hamparan rumput kering yang terletak di halaman belakang rumah Aleta.

Gadis itu menoleh, menatap pria yang tengah memejamkan matanya itu.

"Lo kok diem aja sih? Garing gila" Aleta memanyunkan bibirnya kesal.

"Terus maunya gimana?" kata-kata itu seolah mengantarkan atmosfir tak baik kepada gadis dengan rambut hitam itu.

"Maunya lo bawel, gajelas, sok asik, de el el" ucap gadis itu kesal.

Iqbaal bangkit dan berjalan masuk ke dalam rumah Aleta. Lelaki itu meraih sebuah kotak yang berada di laci nakas dekat meja makan.

Aleta mengerutkan keningnya heran. Iqbaal membuka kotak itu perlahan. Sebuah gelang.

"Happy birthday dear Andreana Aleta" tutur lelaki itu dengan senyum kecilnya.

"Apaan? Gelang? Eh busukk. Ini asli?" Aleta menggigit gelang itu, memastikan keasliannya.

"Asli! Makasih. Lupyumor" Aleta terkekeh melihat pemberian Iqbaal itu.

"Sama-sama setanku cayangg. Gel, gue balik yak!"

"Gel?"

"Bogel, setan!"

"Setan lo qobel!!!"

.
.

"Hah diliburin dua bulan?" ucap gadis itu dengan intonasi yang memekakan telinga.

"Iye! Seneng kan lo? Masih pagi udah dapet gut nyus" Iqbaal menaik turunkan alisnya, menggoda gadis itu.

"Seneng sih. Baal! Kita jalan-jalan yuk. Gimana kalo kita bikin piknik? Tapi di halaman belakang rumah gue" ucap Aleta antusias.

"Ayo aja gue"

.
.

Lelaki tampan itu membenarkan sedikit letak kacamatanya. Ia melirik ke arah gadis itu sekilas. Tak ada perkembangan setelah lima hari setelah kejadian mengerikan yang merupakan mimpi buruk untuk gadis itu.
Lelaki itu berharap, semoga gadis itu bisa menerimanya.
.
.

Iqbaal menggetok kening Aleta saat gadis itu terus mendorong pintu kamar mandinya.

"Gue dulu ah! Gue naber serius dah Al!" lelaki itu mengemis tak sanggup lagi.

"Baal! Masalahnya gue kebelet kencing, ahilah!"

Keduanya tak henti-hentinya beradu pendapat dan saling membela diri.

Brakk

"Iqbaal!"
"Aleta!"

Pintu itu copot. Keduanya segera berlari ke kamar mandi bawah. Perang dunia kembali berlanjut.

.
.

"Kadang gue suka mikir" ucapan gadis itu terpotong.
"Lo pernah mikir?" celetuk Iqbaal antusias.

"Setan lo kunyuk!" gadis itu menenangkan dirinya sebentar. "Kita ini kan anak emas gitu ya?"

"Emas? Kaya cerita rakyat aja terong mas" gerutu Iqbaal.

"Terong? Elo kali terong. Judulnya itu timun mas! Bukan terong mas" protes Aleta membuat Iqbaal bergidik ngeri.

"Oke oke"

"Udahlah, gue lupa. Jangan paksa gue cerita karna gue bisa nuntut lo di pengadilan!!!" gadis itu menatap Iqbaal tajam. Selayaknya singa kelaparan yang tengah melihat seekor nying-nying.

Forty DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang