No copas
No darkreaders.
.Iqbaal mencubit pipi Aleta gemas. Ya, saat Iqbaal mengatakan bahwa hari ini ia tak dapat menemani gadis itu membeli buku, gadis itu seketika merajuk.
"Maaf. Gue janji, pas pulang gue bawain pisang" ucap Iqbaal membuat Aleta menatap Iqbaal tajam.
"Lo pikir gue monyet?! Dasar kera! Gue gak mau tau, lo harus ikut. Lo lupa apa?! Betapa gue sangat menanti-nanti hari ini. Hari ulang tahun gue qobel!!!" raung Aleta membuat Iqbaal mendelik. Aleta menatap mata cokelat milik Iqbaal tajam.
"Maaf deh. Tapi gue bener-bener gabisa" sebisa mungkin Iqbaal meyakini gadis keras kepala itu.
"Auah!"
.
.Aleta masih saja kesal bila teringat akan kejadian beberapa menit lalu. Biasanya, ia ada di sebelah kursi kemudi mobil Iqbaal. Tetapi, hari ini, ia justru duduk di tempat kemudi.
Kurang kejam bagaimana lelaki itu? Bukan saja membatalkan janjinya, namun juga menyuruh gadis cantik seperti Aleta untuk membawa mobilnya pulang.
"Setan lo qobel" gerutuan kembali terucap dari mulut gadis itu.
.
.Giska menahan sesak yang sedari tadi terus bergelut di dalam dadanya. Seperti ada ribuan jarum pentul yang menusuk dadanya. Seperti ada pula yang menekapnya dengan kaos kaki bolong sehingga ia merasa sesesak ini.
"Lo mau ngadoin dia gelang?" ucap Giska saat mereka sudah tiba di sebuah tempat makan.
"Iyalah. Emang gue beli buat siapa lagi coba? Lo harus tau, gue ngumpulin duit buat beli ini mati-matian. Gue minta lo untuk jaga rahasia ini. Cuma lo yang tau gimana istimewanya setan gue yang satu itu" ucap Iqbaal lalu terkekeh.
"Cinta pertama?" Iqbaal mengangguk mantap. Memang benar, gadis itu berhasil menjadi gadis pertama di hidupnya.
"Lo tau kenapa gue ambil jurusan kedokteran padahal tugas aja gue ngaret? Ya. Tujuan gue cuma satu. Bisa ambil spesialis pernafasan dan nemuin penyembuh total untuk asma. Sebisa mungkin, gue bakal nemuin cara buat nyingkirin yang namanya asma di muka bumi ini. Gue cape ngeliat perempuan yang gue sayang sakit. Gue gak akan ngebiarin dia masuk ke ruang oprasi karna asmanya yang akut. Sebelum semua itu terjadi, gue akan nyembuhin dia" Iqbaal berucap dengan sungguh.
.
.Wanita paruh baya itu berjalan duluan mendahului suaminya. Ia berharap, ia tidak terlambat untuk memberikan kejutan untuk putri semata wayangnya itu.
Carolin mengedarkan pandangnya ke seisi rumah. Nihil, ia tak menemukan keberadaan anaknya itu. Ia masih ingat betul, setengah jam yang lalu, putrinya memberitahunya bahwa ia sedang berada di jalan pulang menuju rumah. Namun, bukankah ini sudah dua jam setelah Carolin menerima informasi itu?
Via telfon
Carolin : Iqbaal? Ini mamahnya Aleta, kamu sama dia gak?Iqbaal : enggak tan. Iqbaal coba cari deh
Tut
Tut
Tut.
.Mata hitam pekat milik gadis itu perlahan terbuka. Kondisi tubuhnya yang terbalik membuat kepalanya terasa teraduk, sangat pusing.
Ia meraba sekitar, berharap menemukan benda kecil itu. 'Kecil barangnya, besar khasiatnya'.
Nihil. Ia tak menemukan inhalernya. Sedetik kemudian, ia dapat merasakan mobil yang ia tumpangi akhirnya terjatuh.
Gelap
.
.Lelaki tampan itu berlari secepat mungkin. Tak perduli dengan keringatnya yang sudah sangat memenuhi sekujur tubuhnya. Tak perduli betapa kakinya terasa sangat sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forty Days
FanfictionGadis itu terbangun saat telinganya mendengar sayup-sayup suara, yang ia ketahui adalah sebuah do'a. Semua terjadi semudah itu. Seolah-olah menyadarkan bahwa apa yang ada pada tubuhnya saat ini adalah apa yang telah terjadi dalam empat puluh hari d...