Confused

22 2 0
                                    

No copas
Darkreaders? Ompong gigi depan

.
.

Enjoy
.
.

Suara gemuruh hujan kembali menghujam kota Jakarta. Udara dingin terasa begitu menusuk para warga yang dilanda musim hujan. Tak bisa di pungkiri, jalan raya justru kini sepi karena di terpa hujan.

Lelaki itu menatap kosong ke arah balkon di kamar Aleta. Ia menghela nafas lelah. Ia terus-menerus teringat akan kejadian malam itu. Saat-saat yang membuatnya harus menjadi pria yang sudah berhasil menghancurkan kedua sejoli itu.

"Gue balik dulu ke kampus. Dikit lagi kelas gue di mulai. Jaga dia baik-baik" ucap gadis itu sebelum ia melenggangkan kakinya pergi.

.
.

Gadis cantik itu menyelipkan rambutnya ke balik telinga. Ia masih setia berkutat pada ponselnya. Sementara pria itu, ia masih sibuk berolahraga shit up, push up, dan sebagainya.

Iqbaal menyudahi kegiatannya dan berjalan menghampiri Aleta yang berada tak begitu jauh darinya. Iqbaal merampas sebotol softdrink milik gadis itu dan segera memanjakan tenggorokannya yang terasa sangat hauz. Pria itu mencopot kaos hitam polosnya dan segera merebahkan tubuhnya di atas sofa, lebih tepatnya Iqbaal menempatkan kepalanya di atas paha gadis itu.

"O em ji!!! Iqbaal lo bau ketek!! Gila keringetan banget! Plis banget!! Bangun!!" seolah angin yang berlalu begitu saja, Iqbaal justru memejamkan kedua matanya dan menganggap suara memekakan gadis itu sebagai lagu penghantar tidur.

"Iqbaal!! Gue mandiin juga lo! Lengket banget najiss!!" gerutu gadis itu yang masih saja tak mendapati respon apapun.

"Setan cantik, gue cape banget, udah jangan bawel. Nanti sore gue beliin kebab lima, oke?" bujuk Iqbaal.

"Oke!"

"Gampang banget di sogok"

"Biarin"

.
.

"Baal? Iqbaal?" panggil gadis cantik itu.

"Iya?" Iqbaal menoleh ke belakang.

"Ambilin garem" Iqbaal menautkan alisnya heran.

"Ada anjing?" tolol. Rutuk Aleta dalam hati.

"Cacing setan! Gece ah!! Cacingnya jalannya cepet nih, abis menang marathon kemaren" raung Aleta tak tahan melihat Iqbaal sama sekali tak menggubrisnya.

"Kesini dong, ambil sendiri" ucap pria itu seraya tersenyum nakal.

"Gue gak pake baju setan lo emang, gue timpuk dah pake granat kalo lo gak gerak sekarang juga!" ancam gadis itu membuat Iqbaal terkekeh.

"Iya bawel" Iqbaal segera melangkah dan menyodorkan sesendok garam itu kepada Aleta yang masih setia berdiri di balik pintu.

.
.

Giska mencengkram stir mobilnya erat. Ia merindukan sosok lelaki itu. Ia bahkan belum berjuang, mengapa sudah si tinggalkan?

Sudah sekitar dua jam ia hanya diam membisu di dalam mobil dengan air mata yang mengalir bebas di atas pipinya. Ia tak berani turun dari mobilnya. Padahal, sebelumnya ia berniat untuk mengunjungi lelaki itu. Namun, sesuatu di dalam dadanya membuatnya tak sanggup menangis di atas hamparan tanah di dalam sana. Aroma melati sudah menyeruak dalam hidungnya, membuat hatinya semakin tersayat. Seharusnya, malam itu ia tidak membuat kedua lelaki itu mengejarnya. Penyesalan benar-benar membuat Giska merasa hancur tak terelakkan.

Giska memutar kunci mobilnya dan keluar dari dalam mobil mewahnya itu. Ia membenarkan sedikit posisi kerudungnya dan segera memakai sebuah kacamata hitam yang telah ia persiapkan.

Kian lama langkahnya kian mendekat. Aroma melati masih sangat akrab dengan indra penciumannya. Air matanya kembali mengalir.

Giska akhirnya berdiri tepat di depan makam lelaki itu. Lelaki yang hanya dalam kurun waktu dua bulan sudah berhasil membuatnya jatuh cinta. Lelaki yang telah pergi mendahuluinya. Ia berjongkok dan membuka plastik yang berisikan bunga-bungaan itu dan segera menaburkannya.

"Ada yang bilang, setiap manusia punya tujuh kembaran di muka bumi ini. Dan aku yakin, kalo aku ketemu kembaran kamu nanti, aku akan jatuh cinta sama dia juga, sama kayak pas aku jatuh cinta sama kamu. Kamu masih the only one"

.
.

Iqbaal berlari cepat ke arah Aleta yang tiba-tiba saja tersungkur lalu tak sadarkan diri.

.
.

"Asma lo makin akut?" ucap Iqbaal khawatir saat gadis itu baru saja siuman.

"Gue itu kesandung qobel. Pala gue kepentok meja makanya pingsan. Gak ada hubungannya sama asma" jelas gadis itu sambil mengelus ngelus keningnya lembut.

"Yaampun. Syukur deh"

"Baal? Gue mau curhat" ucap gadis itu membuat Iqbaal menoleh was was.

"Kenapa?"

"Setelah operasi dua minggu lalu, gue ngerasa ada yang aneh. Lo nutupin sesuatu ya dari gue? Gue emang biasa tanpa mamah, papah, umi atau abi. Tapi Shilla? Kenapa dia gak pulang pulang juga? Gue juga pernah smp baal, ini bulan-bulan anak smp sibuk uts. Kemana Shilla? Plis jangan sekalipun nutupin sesuatu dari gue. Gue aja gak pernah nutupin apapun dari lo. Lo tau semua tentang gue, ketololan gue dan lainnya." tutur Aleta membuat nafas Iqbaal tercekat.

"Terus, Giska mana? Udah dua minggu, impossible banget dia gak kesini Baal. Kita libur dua bulan aja gue gak yakin. Elrand, dia tiba-tiba ngilang. Serasa cuma ada kita berdua di muka bumi ini. Gue Line, gue telfon, gue sms, tapi Elrand gapernah respon. Sebenernya ada apa sih?!"

"Gak ada apa-apa. Kalo soal Giska atau Elrand gue gak tau apa-apa. Kalo Shilla, umi mindahin dia sekolah, dadakan lima hari yang lalu. Kalo ada yang gak lo percaya, lo bisa tanya ke orangnya langsung" jelas Iqbaal datar, lalu berlalu begitu saja.

Aleta menatap kepergian lelaki itu tak suka. Apa lelaki itu tak paham? Aleta tidak mengerti maksud lelaki itu -,-

.
.

Aleta berjalan di bawah rintihan hujan yang lagi-lagi kembali mengguyur ibukota Jakarta. Ia hanya berniat untuk membeli snack untuk mengisi kebosanan, namun saat ingin membayar belanjaan, tiba-tiba dari luar datang hujan yang sangat besar.Tadinya, Aleta berniat berteduh dulu di toko itu, namun hujan tak kunjung berhenti. Merasa bosan menunggu, Aleta memutuskan berlari keluar dan memilih menerobos hujan.

Aleta sedikit kesulitan melindungi belanjaan-belajaan nya itu dari hujan, sampai akhirnya belanjaannya jatuh semua.

"Aduhh"

Tiba-tiba

Ciprattt

Aleta mengusap wajahnya kasar dari air kotor yang baru saja membasahi wajah cantiknya. Ia menatap sinis mobil mewah yang baru saja melintasinya itu.

"Dablek!!" teriak Aleta.

Tiba-tiba mata Aleta menangkap sebuah pemakaman di hadapannya. Ia seolah terhipnotis. Ia berjalan meninggalkan semua belanjaannya begitu saja.

Aleta menghentikan langkahnya di sebuah makam. Ia menatap batu nisan itu. Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Pandangannya tiba-tiba memburam. Ia tak bisa melihat nama pada nisan itu.

Brukkk

Ia terjatuh pingsan.

.
.

Gadis itu menginjak rem pada mobilnya reflek. Ia melirik ke arah spion mobilnya. Bulu kuduknya terasa merinding. Apa ia tak salah? Ia sangat mengenal suara gadis itu. Apa suara itu suara Aleta?

Giska memutuskan untuk turun dari mobilnya tanpa menghiraukan hujan. Ia tak menemukan siapapun di sekelilingnya.

"Ya Allah. Suara siapa tadi? Aleta?!!" teriak Giska. Apa ia berhalusinasi hanya karna habis mengunjungi makam lelaki itu? Entah.

Tbc

Forty DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang