K.u.n.i.n.g.

90 3 0
                                    

22.feb 2016

Denganmu. Entah kenapa aku yang sebelumnya tak peduli sempat menyukai warna kuning.
Kuning itu keceriaan, dan aku suka sesuatu yang ceria; ucapmu. Issh, apelah kata kau nii. Jangankan memakai aku melihatpun enggan. Aku tak suka sesuatu yang mencolok. Aku tak suka keceriaan, karena ceria berarti keramaian. Denganmu semua tampak lucu. Dengamu semuanya tampak tak masuk akal. Dan diantara semua keganjilan, aku. Pengguna logika ini ikut dalam setiap alur yang kau buat. Aku tak mampu berfikir. Aku tak mampu melihat, mana yang aku mau. Aku hanya tau. Cara membuatmu bahagia. Dan cara membuatku melihat keceriaan dari senyum tipis itu. Ahhh. Pandanganku kabur.

Hidupku penuh dengan kuning. Lalu Kamu. Dan semua yang janggal dalam logikaku. Tak sadarpun aku menjadi lebih peka. Rasaku ingin menjagamu dalam keceriaan, melihat kenyataan yang kita lalui bersama.

Feb.22 2012 yang lalu. Bukan waktu, bukan pula prinsip. Piiih, clasic. Keadaan. Kau melanjutkan study dokter di Kalimantan. Aku tetap di Yogya. Rasa kita ini adalah yang tak bisa kita hindari. Terutama aku. Hubungan jarak jauh. Dan kaupun tau, aku terlalu liar tuk dimiliki. Yaaa. Aku melepasmu kala itu. Kuning. Bahagialah. Cari "Orange" mu yang baru. Aku tak akan mengharapkanmu lebih dari apa yang sudah kau beri dulu.

Sudah 4tahun. Ternyata kisah ini kita kubur. Maaf, jika akhirnya kutulis kisah ini dalam 222 kata.

Aku rindu sikap manjamu.

Sebatas EgokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang