Memahami Diriku

10.6K 333 10
                                    

Part 1

Sesaat ia menengokkan kepalanya, merenggangkan tubuhnya yang masih kaku setelah tidur tak nyamannya semalam. Tangannya ia gerakkan untuk menyibak bantal dengan mata terpejam ia akhirnya menemukan ikat rambutnya yang berwarna abu-abu itu. Dengan cepat ia mengikat rambutnya dan menyibak selimut kemudian melipatnya dengan rapi.

Ia mengerjapkan matanya,masih dalam posisi duduk di atas kasurnya. Akhirnya kesadarannya utuh setelah menunggu selama beberapa menit. Ia dengan sengaja menggerakkan jari-jari kakinya melihatnya dan membawa kakinya untuk bertemu dengan lantai kamarnya yang dingin di pagi hari. Lalu melangkah untuk mengambil handuk yang menggantung dibelakang pintu kamar.

Langakahnya terhenti begitu saja dihadapan cermin besar yang sengaja ia pajang sendiri tepat di samping lemari bajunya. Ia sentuh pipi tembam khas bangun tidur dan mengerjap. Raut wajahnya selalu sama saat ia menatap dirinya di cermin. Gusar. Kecewa. Kemudian berbagai macam pikirannya selama ini selalu muncul dan berputar-putar di atas kepalanya , mengejeknya.
"aku tak pernah mengerti kenapa aku harus di beri nama park jimin. Dan kenapa aku dilahirkan dengan tubuh seperti ini? Dengan wajah seperti ini? Dengan sifat seperti ini.."
Tok tok
"jimin?"
Ibu
Setiap hari aku akan mendengar ibu mengetuk pintu kamarku . mungkin maksudnya untuk membangunkanku. Padahal sebenarnya aku sudah bangun. Dan entah kenapa aku selalu terhenti di cermin ini setiap hari. Kegiatan ini sudah seperti kegiatan rutinku sejak usiaku 10 tahun. Ketika aku merasakan cinta pertama.
Aku selalu menunggu ketukan pintu dari ibu. Hal itu selalu bisa membangunkanku dari bayangan-bayangan negative yang berputar mengejek di atas kepalaku.
"arraseo eomma, aku sudah bangun"
---
Selesai mandi aku kembali bercermin. Pakaian sekolah. Rok motif garis warna biru muda, baju kemeja putih dengan kerah dan kancing warna biru muda juga, aku tinggal memakai jas sekolah warna hitam, juga sepatu hitam. Khas sekolahku. Busan high school. Sekolah pavorit katanya, karena semua muridnya adalah murid berprestasi. Tapi aku merasa tak masuk dalam salah satu orang berprestasi itu.

Rambut hitam lurus sepunggung ku ikat ke belakang dengan ikat rambut warna biru yang terdapat hiasan bintang disana. Pavoritku. Kusisir rapi poniku yang cukup panjang hingga menyentuh bulu mata. Aku melirik anting perak di setiap telingaku. Lalu menatap mataku sendiri di cermin. Aku bermata sipit. Kupakai eyeliner disana mencoba setipis mungkin, hanya untuk mempertegas mata yang merupakan bagian wajahku yang paling aku suka. Kulewati memperhatkan hidung mancung kecilku menuju bagian wajah kedua yang kusuka. Bibir. Kuusapkan lipbalm rasa cherry. Dan tersenyum. Memperlihatkan deretan gigi rapiku yang putih.

Lagi-lagi hari ini aku harus melewati hariku dengan merasa sendirian. Aku memang tipe orang yang hanya berbicara dengan yang mengajakku bicara saja. Dan dikarenakan siswa mendapat satu set bangku untuk satu orang membuatku tak memiliki orang lain disekitarku. Hampir semua orang di kelasku sepertiku. Tak suka bersosialisasi. Mereka bilang kelasku adalah kelas mayat hidup. Kami hanya berbicara seperlunya. Sekolahku sekolah campuran, di tiap kelas ada laki-laki dan juga perempuan. Juga memiliki kelas tambahan di kelas dua dan tiga. Dan yang kuikuti adalah kelas sastra.

Sebenarnya jauh dalam pikiranku. Aku ingin masuk ke kelas vocal dan dance. Tapi aku tak berani mengambil resiko. Kebanyakan siswa yang memilih kelas tersebut bercita-cita sebagai idol. Dan aku tak memiliki keberanian untuk menjadi idol. meskipun jauh dalam diriku aku sangat menginginkannya. Tapi aku tak memberitaukan keinginanku pada siapapun karena aku tau orang tuaku tak akan pernah menyetujui hal semacam itu. Mereka pikir menjadi idol adalah hal yang tidak baik.

Aku cemburu sekali ketika melihat banyak lulusan kelas dance dan vocal yang akhirnya di rekrut oleh salah satu perusahaan entertainment. Kemudian debut dan menjadi idol. Rasanya aku tak berarti apa-apa hidup di dunia ini.
Oke. Cukup sudah menyesali dirinya, aku harus sarapan dan berangkat sekolah.
"jiminnie.. cepat sarapan"
Ibu memanggil dari bawah.
Kubuka pintu kamar yang selalu ku kunci rapat. Lalu turun melewati tangga rumah menuju ruang makan.
"anyyeong haseyyo.. " aku menyapa orang tua ku dan mulai memakan sarapanku.
"annyeong jiminnie.. pagi ini mau berangkat dengan ayah ? "
"ah.. jinja? Aku mau" aku tersenyum lebar.
Hanya kepada mereka aku bersikap seperti ini. Biasanya setiap hari aku berangkat dengan bus, tapi tak jarang juga sih ayahku mengantarku. Biasanya ayah berangkat pagi sekali sebelum aku mengahabiskan sarapan, atau berangkat siang hari setelah aku berangkat sekolah. Aku juga tidak mengerti perusahaan apa yang berangkatnya tak beraturan begitu.
---

Tbc

Ini ff pertama rainny Yang di post di wattpad, maaf kalo Kurang bagus -_- .
ide nya mendadak muncul, dan nyoba dibikin ff. 😄😄
Maaf kalo banyak typo. Syukur syukur kalo pada suka bakal aku terusin post part selanjutnya.. jimin aku jadiin yeoja ^^

LOVE YOURSELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang