DAMN GUYS

30 2 0
                                    

Warning 18+,,,ada beberapa bagian yang agak kasar.
*****

Jam di dinding tepat menunjukkan pukul 8.30 malam, yeay batin ku bersorak, setengah jam lagi menuju pergantian shift dan aku bisa langsung pulang mengakhiri tugas hari ini yang cukup melelahkan. Ada banyak pasien dengan berbagai keluhannya yang harus kami tangani sore ini.

Tiba-tiba saja sebuah lampu bel di dinding menyala dengan bunyi khasnya, sebuah kamar perawatan sedang memencet belnya pertanda memanggil kami untuk segera kesana, kamar VIP 1, kamar ibu Lidya. Aku pun langsung beranjak ke tempat yang di tuju.

Saat masuk ke ruangan itu ku dapati ibu lidya sedang tertidur, ku edarkan pandanganku meneliti kamar luas itu mencari siapa yang memencet belnya, hanya ada anak bungsunya di kamar itu, sedang berkutat dengan laptopnya dan berkas-berkas yang bertebaran di atas meja. Kak andra sudah pulang sejak sejam yang lalu.

Aku melangkah mendekati ranjang ibu lidya tanpa memperdulikan si anak itu, sejujurnya aku sedikit geram, ibu mu sedang sakit dan kau malah membawa pekerjaan mu ke rumah sakit alih-alih duduk disebelahnya sekedar memijit kakinya.

"cairan infusnya habis"sahutnya tanpa sedikit pun mengankat wajahnya.

Ku tatap botol infuse yang tergantung di sebelah pembaringan sang pasien, ya cairannya tinggal sedikit sekali di ujuung botol.

"baiklah akan segera ku ganti" sahutku seadanya, kembali keruangan untuk mengambil cairan yang baru.

Begitu selesai mengganti cairan itu dan berbalik hendak pergi ku lihat si anak sedang duduk menyender di sofanya dengan tangan bersidekap didadanya dan kaki yang saling berpangku. Tatapannya tajam dan dingin. Aku berhenti sejenak menatapnya, mencoba berpikir apa ada yang salah dengan ku.

"bukankah kalian seharusnya sudah tahu jam berapa harus mengganti cairan infuse itu,,bukannya menunggu untuk di panggil"dia buka suara, perkataannya lumayan tajam juga.

"iya, seharusnya kami tahu kapan cairannya akan habis, aku minta maaf karena telah lalai" ku usahakan nada ku selembut mungkin, aku tidak ingin berdebat.

"kelalaian bukanlah hal yang patut untuk di maafkan"sergahnya"bagaiman bila pasien tertidur dan tidak ada keluarga yang menjaganya, apa kalian akan membiarkan botol infusnya kosong melompong sampai pagi?ato malah setelah pasiennya kesakitan setengah mati baru kalian akan kesini?"

Perkataannya benar-benar menohok ulu hati ku, belum pernah ada pasien ku yang protes hanya karena mereka harus memanggil kami karena cairan infusnya habis, dia benar-benar keterlaluan pikir ku

"sekali lagi maaf, kami sudah berusaha untuk bekerja sebaik-baiknya, tapi kami juga para perawat di sini juga hanya manusia biasa yang punya keterbatasan, oleh karena itu, kami juga sangat mengharapkan pengertian dan kerja sama dari keluarga pasien, terutama utntuk hal-hal sederhana seperti cairan infuse ini"ku tahan emosi ku agar tidak keluar saat ini

"tidak perlu mencari alasan, akui saja kalo kalian itu tidak kredibel, pake acara cari alasan segala"ada senyum mengejek di sudut bibirnya.

Ku tarik nafas ku dalam lalu ku hembauskan kembali, mencoba mengatur emosi ku " maaf Tuan, kami tidak berhak menilai cara kerja kami karena orang yang paling berhak untuk menilai kami adalah kalian para costumer kami, tapi aku berani jamin bahwa setiap orang yang bekerja di rumah sakit ini adalah orang-orang yang berkompeten di bidangnya masing-masing"kembali ku atur nafas ku yang mulai sedikit memburu "dan kami selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien kami, tapi kalo pada akhirnya anda merasa tidak nyaman dan keberatan dengan pelayanan kami itu adalah hak anda tuan, kami tidak bisa berbuat banyak"

Aku tak begitu memperdulikan ekspresi manusia satu itu, aku berniat melangkah pergi meninggalkannnya, tapi baru selangkah aku kembali berbalik,

"tuan, dibandingkan anda hanya terus berusaha mencari kesalahan dan terus protes tentang cara kerja kami, kenapa anda tidak mencoba untuk menjadi anak yang sedikit berbakti. Anda terbilang jarang datang berkunjung, sekalinya datang anda malah sibuk dengan pekerjaan anda, bukannya memperhatikan ibu anda atau hanya sekedar mendengarnya bercerita mungkin. Aku rasa pekerjaan anda tidak akan hancur jika anda meluangkan sedikit waktu anda dengan ibu Anda"ku berikan sedikit penekanan di akhir kalimat.

Called It LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang