Bingung

97 12 4
                                    

Rindu POV

Aku menatapi pria dihadapanku sekarang ini dengan perasaan aneh. Rasanya jantungku berhenti berdetak saat aku berfikir jika dia adalah jawaban dari keinginanku selama ini. Tapi,

Aku rasa itu tidak mungkin !

Aku mendengus saat aku ingat betapa banyaknya pengagum laki-laki ini. Lagipula aku rasa tidak ada laki-laki sebaik kak Levin, tidak akan pernah ada.

Bagiku, Levin adalah pria paling sempurna yang pernah aku temui. Dia baik, pintar, ramah, perhatian,penyayang dan juga sangat tampan . Itu semua dimiliki Levin Pradipta Diwangga .

Tapi bukan itu semua yang membuat aku begitu teramat mencintainya . Tapi karna dia adalah malaikat yang Tuhan berikan untuk hidupku, hanya dia yang membuat aku bertahan dan bisa menjalani hidup yang menurutku begitu suram ini. Karna dia lah satu-satunya orang yang selalu menunjukkan kebahagiaan padaku, selalu membuatku tersenyum dan hanya dialah yang selalu memelukku hangat saat kepedihan itu menghampiri .

Levin, aku berjanji. Selama aku masih bernafas, apapun akan aku lakukan demi membuatmu bahagia.

" Assalamu Alaikum " Sebuah suara membuat lamunan ku buyar dan laki-laki ini masih dihadapanku .

Kenapa dia masih di situ?

" Wa-walaikum salam " Jawab ku pada akhirnya dan mengalihkan perhatianku pada bi Asih.

" Loh... nak Rindu dan nak Juna sedang apa di sini? " Tanya bi Asih yang membuat aku melihat Juna untuk mendengar jawabannya.

Juna tersenyum tipis " Hanya melihat-lihat halaman bi, sepertinya harus aku rapihkan tanamannya "

Kalau untuk melihat kondisi halaman ,kenapa tadi dia tidak lepas menatapku?.

" Eummm nak Juna benar, memang tanamannya sudah harus dirapihkan. Biasanya ada Pak Saleh yang merapihkannya, paling nanti siang bibi panggil dia kemari! "

" Ah, tidak usah bi. Biar nanti aku saja yang rapihkan, sekarangkan aku juga bekerja di rumah ini " Tawar Juna

Aku dan bi Asih saling menatap dan tersenyum melihat Juna yang ternyata bersedia melakukan pekerjaan seperti ini.

" Baiklah nak Juna, terima kasih " Kata bibi dengan senyum mengembangnya

Juna pun tersenyum manis " Bukan apa-apa ko bi "

***

Setelah puas bermain piano seperti biasanya, aku pun bosan dan beranjak dari kursi piano ku. Aku berjalan menuju jendela dan menghirup udara segar yang selalu berhasil membuat hatiku sejuk.

Aku melihat Juna yang sedang memotong-motong tanaman yang sudah tidak beraturan di halaman rumah. Aku tersenyum lebar melihatnya sibuk dengan gunting rumput , juga wajah yang sudah penuh dengan keringat dibawah sinar matahari yang mulai terik.

Sungguh, aku benar-benar tidak menyangka melihat Juna seperti ini sekarang. Aku berfikir dia orang yang begitu elit dengan keadaan keluarga yang berada. Jujur aku tidak begitu tahu tentang Juna. Tapi bukankah dengan fisik yang sempurna seperti yang dia miliki, Juna akan mudah melakukan apa yang dia inginkan mungkin ? .

Tapi sepertinya aku berfikiran salah, Juna tidaklah seperti itu.

" Hey " Terdengar suara Juna memanggilku

Aku pun melihatnya berkacak pinggang dengan wajah sebal " Daripada senyam senyum gak jelas begitu, mending kamu bantu aku !" Katanya yang bukan meminta tolong, tapi menyuruh!.

Aku merengut sebal mendengar nada bicaranya " Iya iya, aku kesana sekarang! "

Aku pun berjalan agak terpincang menghampiri Juna, karna luka bekas pecahan gelas itu masih terasa sakit.

Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang