Marcelino Arjuna Charles

126 13 4
                                    

Pagi ini, Rindu sudah berkutat dengan berbagai macam bahan masakan yang Levin bawakan untuk persediaannya sehari-hari, setidaknya sampai bi Asih sembuh.

Bi Asih belum bisa datang lagi hari ini karena masih sakit ,jadi Rindu lah yang harus bertanggung jawab atas makanan di sini. Apalagi sekarang dirinya tidak hanya sendiri.

Ada Juna yang menemani hari-hari Rindu, suasana jadi lebih hangat karena adanya Juna. Rindu punya teman, selain Levin dan bi Asih.

Rindu jadi ingat masa-masa sekolah dulu .

Semua orang sering menyebut nama Juna, meneriakinya . Itulah yang selalu Rindu ingat , dulu Juna memang orang yang ramah. Terbukti karena Juna selalu tersenyum manis saat berpapasan dengannya walaupun tidak terlalu mengenal.

Tunggu dulu,

Setelah diingat lebih dalam, Rindu ingat kalau Juna adalah ketua OSIS yang mengospek nya saat pertama kali masuk SMA dulu. Rindu ingat tatapan terpesonanya murid-murid perempuan di sekolah saat Juna berpidato di depan lapangan.

Juna memang idola semua orang, Rindu pernah melihatnya bermain basket, ketua dari berbagai kegiatan sekolah, dan...

Mata Rindu melebar ketika ia ingat bahwa Juna lah orang yang mengembalikan kertas berisi puisi cinta untuk Levin waktu itu.

Benar, itu Juna!

Flashback On...

Pada jam istirahat sekolah, gadis cantik berambut hitam panjang itu selalu duduk di sebuah kursi panjang yang ada di bawah pohon , halaman sekolah. Ia selalu membawa bekal sendiri buatan bi Asih, sehingga ia tidak perlu repot-repot pergi ke kantin untuk mengisi perutnya.

Rindu lebih suka menghabiskan waktu istirahatnya dengan pulpen dan buku catatannya. Menuangkan seluruh isi hatinya di buku itu dan di rangkai menjadi sebuah puisi atau lagu yang akan di iringi oleh piano kesayangannya.

Tapi siang itu ada yang membuat hatinya sedih, selembar kertas berisi puisi spesial untuk Levin hilang.

Rindu tidak ingat bagaimana puisi itu bisa tidak ada di saku roknya , mungkin terjatuh saat ia mengambil ponselnya. Tapi kertas itu tidak ia temukan walapun ia sudah mencarinya kemana-mana. Rindu hanya berharap ia bisa mendapatkan kembali kertas itu atau bisa mengingat semua isi puisi yang ia tulis saat perasaannya begitu indah.

" Rindu? " Suara seseorang tiba-tiba memanggilnya dengan agak ragu.

Rindu yang mendengarnya pun mendongak melihat laki-laki itu berdiri dengan senyum manis di bibirnya. Membuat Rindu sedikit tertegun melihat wajahnya yang begitu menarik.

" Eum i-iya? " Jawab Rindu gugup.

Laki-laki itu tersenyum lagi " Ah " Dia merogoh saku kemeja seragamnya dan memberikan sebuah kertas pada Rindu " Ini milikmu kan? "

Rindu menatap kertas itu dan wajah Juna bergantian dengan bingung.
" Itu apa? "

Dia tertawa ringan " Seingatku ini sebuah puisi yang indah "

Rindu pun mengerti itu puisi miliknya yang hilang . Gadis itu tersenyum lebar dengan kerling indah di mata nya " Jadi itu... "

Juna tertawa ringan melihat wajah lucu gadis itu yang menggemaskan " Ambilah !"

Rindu pun meraih kertas itu di tangan Juna " Terima kasih, eumm..." Rindu menggigit bibir bawahnya berusaha mengingat nama laki-laki ini yang wajahnya tidak asing lagi.

Juna kembali tertawa melihat ekspresi Rindu dan dia lah satu-satunya orang yang tidak mengenalnya di sekolah ini.
" Aku Juna ! " Kata Juna dengan senyum hangat yang pasti membuat wanita pun yang melihatnya ingin menculik Juna. Tapi tidak dengan Rindu.

Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang