Sebuah Akhir

5 0 0
                                    

"Sayang, maaf yah. Aku juga gak tahu kenapa akhir-akhir ini jadi sibuk banget. Padahal aku juga kangen banget sama kamu."

"Iya, bukan masalah kok. Kamu tetap semangat yah. Tetap jaga kesehatan."

Masih teringat jelas pesan manis terakhir yang dikirim olehnya. Berharap dariku bisa menerima pesan-pesan manis lagi pada hari berikutnya. Tapi, itu semua terasa sangat mustahil. Semakin hari pesan darinya justru membuat hatiku semakin hancur. Bagaimana tidak? Berusaha dengan cara apapun, kesempatan tidak akan pernah ada lagi. Meski maaf bisa saja terbalas.

" Bagaimana jika aku sudah tidak ada perasaan lagi untukmu?"

Setiap kali kuberusaha mengingat kenangan indah yang membuatku merasa inginkan dia kembali. Saat itu juga kata-kata menyakitkan itu muncul. Aku menyayanginya meski perasaan ini terlambat kusadari. Tapi aku memang menyayanginya.

********

Flashback,
2 tahun yang lalu...
"Alhamdulillah Mik, aku diterima di universitas kota ini. Masih dekat dengan rumahku. Beruntung sekali. Dan aku sangat senang. Bagaimana denganmu Mik?"

"Benarkah? Aku juga ikut senang kalo begitu, Cha. Alhamdulillah, aku diterima juga. Tapi..."

"Tapi??? Tapi kenapa Mik?"

"Aku diterima di universitas diluar kota Cha. Cukup jauh jaraknya dari kota kita sekarang."

"Begitukah Mik? Tidak mengapa, disyukuri saja. Senang rasanya jika kita bisa bersama-sama saling menyemangati untuk bisa meraih mimpi-mimpi kita bukan?"

"Iya Cha, berpikir positif saja. Aku menyayangimu Cha."

"Aku juga Mik. Menyayangimu. Sangat."

Flashback end.

Tepat setelah hari pengumuman penerimaan di perguruan tinggi. Tadinya hatiku begitu bahagia. Yah, bisa diterima diperguruan tinggi siapa yang tidak akan bahagia, bukan? Tetapi, ada sedikit keraguan dalam hatiku. Membayangkan kita tidak bisa bertatap muka lagi setiap harinya. Tidak bisa melihat dan memperhatikan setiap yang kamu lakukan. Sedih. Gelisah. Iya, aku merasakannya. Jarak dan waktu pastilah tidak mendukung sekuat apapun perasaan kita. Karena perubahan pasti akan terjadi. Kepercayaan antara kamu dan aku memang tidak diragukan lagi. Kita bersama meyakinkan untuk bisa tetap menjalani hubungan jarak jauh ini. Entah seperti apa kedepannya, asalkan kita masih saling menyayangi. Jarak bukanlah masalah. Itu... pemikiran awalnya.
Namun... apa yang kutakutkan terjadi bukan? Jarak. Waktu. Mengubah segalanya. Cinta saja bahkan tidak cukup untuk menguatkan hubungan yang telah kita bina ini. Bagi dirimu yang menginginkan hubungan kekasih biasa, perubahan membuatmu berpindah haluan. Lelah. Bosan. Mengalahkan bagaimana kerasnya perjuangan selama ini. Semuanya sia-sia bagi dirimu. Dan aku. Aku yang hanya menginginkanmu bahagia berhenti dan menjauh darimu. Bukan berarti perasaanku begitu mudah mati. Tapi, adakah yang lebih menyakitkan ketika perjuangan dan ketulusan itu diabaikan? Bukankah, manusia itu lemah? Aku mundur karena aku tulus mencintaimu. Karena aku tulus mencintaimu maka aku sadar, perasaanmu tidak harus kupaksakan. Cukup dengan kamu yang tidak mau lagi melihat, mendengar , ataupun bertemu denganku. Aku tidak ingin 'benci' menjadi rasa yang kamu pendam untukku pada akhirnya.

~~~~~

Untukmu Miko, aku menyayangimu. Dan kamu selalu memiliki tempat dihatiku. Walau pada akhirnya, kita tidak ditakdirkan bersama. Kamu hanya akan menjadi kenangan manis yang pernah ada dalam hidupku. Perjalan cinta bersamamu hanya akan menjadi sebuah mimpi indah yang berlalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Collection of Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang