"Ini benar-benar ide tergila yang pernah ada. Aku bersumpah akan membalas siapapun yang mencetuskan ide gila seperti ini."
Aku mulai resah detik-detik penampilan pertamaku. Aku resah bukan karena grogi ataupun mabuk panggung. Ini bahkan lebih parah dari sekedar nervous. Bagaimana tidak parah, kalau pria tampan dengan wajah blester jerman/australia, dan tinggi mencapai 185 cm berbody maco sepertiku mendapat peran yang. Ah. Perannyapun tak sanggup ku rangkai dengan kata-kata.
***
Flashback
" Apa kau gila, Mike? Aku harus memakai gaun ini? Tak bisakah kau lihat badan dan dadaku yang sispack ini. Tega sekali kau Mike." protesku.
" Maafkan aku Aldo. Aku hanya mengikuti apa yang diperintahkan dia."jawab Mike.
" Perintah? Dia? Dia siapa?" bentakku.
" Pelatih dan Penulis naskah." sambung Mike lagi.
" Gila! Aku kan hanya menggantikanmu saat latihan teater Mike. Kau izin selama satu minggu dan bilang akan sanggup menguasai akting serta peranmu. Bagaimana bisa aku yang tampil?" balasku dengan emosi.
" Oke. Aku mengerti Aldo. Aku sudah kuasai dialog serta peranku. Tapi sepertinya pelatih dan penulis naskah lebih menyukaimu." jawabnya santai.
" Ini tak masuk akal. Di acara amal nanti pasti akan ada Zoe. Mau ditaruh mana mukaku Mike? Astaga." tanyaku bingung.
"Entahlah. Tapi yang pasti. Kau tak ingin acara amal ini berantakan bukan? Jadi pakai saja dan mainkan peranmu, sob!" perintahnya.
" Itukah saranmu setelah semua pengorbananku?" tanyaku dengan nada memelas. Tapi Mike hanya mengangguk dan pergi begitu saja dengan senyumnya. Senyum yang licik dan mencurigakan.
Flashback end.
***
Gugupku, semakin terasa. Nada indah dari pembaca prolog bercampur dengan alunan piano yang merdu menjadi pertanda mulainya penampilanku. Aku melangkah dengan hati-hati. Menyincing gaun sepanjang mata kaki dan berjalan dengan anggun layaknya seorang putri. Sampaiku diatas panggung. Riuh ricuh suara penonton yang menggoda penampilan sexyku. Kutatap mata demi mata penonton di depanku. Tak ada tanda-tanda gadis itu disana. Aku menghela nafas lega dan memulai aktingku yang membuat para penonton kembali ribut dengan gelak tawa mereka. Sampai pada ending cerita tokoh pangeranpun datang. Dan, betapa terkejutnya aku ,melihat siapa yang menjadi tokoh pangeran pasanganku. Masih menatap tak percaya. Pangeran dihadapanku tersenyum dengan sangat manis. " Reynaldo Gilbert... Maukah kau menjadikan aku pendamping yang akan selalu kau cintai sepanjang hidupmu?" tanya sang pangeran membuatku tersadar dari lamunan. " Zoe..? Kaukah itu?" balikku bertanya. " Menurutmu , apakah ada pangeran lain yang lebih baik untuk menjadi pasangan putri yang begitu maco sepertimu selain aku?" jawabnya. Aku tersenyum dan menarik kedua tangannya hingga tubuhnya menempel padaku. Kupeluk erat pinggangnya. Dan berkata " Kristina Zoe... aku berjanji akan menjadikan kau satu-satunya pendampingku." Usaiku ucapkan kalimat itu, kukecup kening Zoe cukup lama. Adegan itu membuat tepuk tangan dari para penonton tak bisa dihindari lagi. Sambil menunduk kuberbisik pada Zoe. "Bagaimana bisa kau yang menjadi pangerannya?" tanyaku lirih. Zoe tersenyum manis. "Aku penulis naskahnya. Tentu aku bisa masuk menjadi peran pangeran." jawabnya. " Jadi, kau mengerjaiku?" tanyaku jahil. " Mmmz.. tepatnya aku dan Mike." balasnya lagi. " Sudah kuduga." jawabku singkat. " Salahmu sendiri membuatku begitu lama menunggu." balasnya cuek. " "Kau tahu Zoe, aku sudah bersumpah akan membalas siapapun yang membuatku harus memakai gaun hari ini!" ucapku pedas. Zoe hanya menatapku tak percaya. Masih dengan ekspresi shocknya, ku tarik wajahnya mendekat dengan wajahku. Lalu kucium bibir lembutnya mesra diiringi dengan alunan nada piano yang dimainkan pianis, membuatku dan Zoe semakin larut dalam kesyahduan kasih kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Collection of Short Story
Romanceini hanyalah kumpulan cerita-cerita pendek dari ide dan khayalan semata. ^_^