False vampire

181 1 2
                                    

Tatapan mata itu yang selalu menarik dan mengusik pikiranku. Manik mata biru itu sanggup mengalihkan segala yang ada dalam tubuhku. Laki-laki dengan kulitnya yang putih, dan ekspresi wajah yang bisa dikatakan amat dingin. Suaranya ketika memanggil namaku sanggup membuat darah dalam tubuhku berdesir tak karuan. " Quinsya... jadilah pendampingku." bisiknya padaku. Wajahnya terlampau dekat dengan telingaku, sehingga bisa kurasakan hembusan nafasnya yang menggoda. Aku menggelengkan kepalaku agar tak terhipnotis dengan keadaan ini. Masih dengan suara bergetar, aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya pada laki-laki gagah didepanku ini. " Si-siapa kau?" tanyaku. Dia tersenyum dingin hingga membuat bulu kudukku seketika merinding. " Kau tak ingat aku? " tanyanya kemudian. Aku hanya sanggup menggelengkan kepala tanda tak mengerti. " Aku adalah pangeran masa kecilmu Quinsya.." sambungnya lagi. Pangeran? pangeran apa? Aku sama sekali tak ingat jika memiliki seorang pangeran. Sedangku dalam diam dan mencoba mencerna ucapannya, tiba-tiba saja dia membuka mulutnya. Terlihat dua taring yang begitu runcing dan  bersih keluar dari mulut itu dan menggigit bibir sensual pria dihadapanku. Aku terkejut. Kali ini benar-benar merasa takut dan semakin bergetar tubuhku. Tapi pria itu justru terlihat senang dengan ekspresi takutku. Perlahan dia mendekat pada leherku. Aku tak bisa bergerak karena dihimpit tubuh besar dan kokohnya. Kupejamkan mata dan memasrahkan segala yang akan terjadi. Namun, cukup lama kuterpejam. Tak kunjung kurasakan sakit di leherku. Kuraba leherku. Tak ada bekas gigitan, yang ada justru gelak tawa seorang pria. Aku membuka mata kembali. Terlihat pria yang tadi mengeluarkan taring sedang tertawa terbahak-bahak didepanku. Aku jadi kesal dengan tingkahnya itu. " Apa yang kau tertawakan?" tanyaku ketus. Dia kembali menatapku intens. " Quinsya... jadi kau benar-benar tak ingat padaku?" tanyanya kemudian. Aku hanya diam tak menjawab. " Baiklah, Sya. Dengar namaku Ivano Rider. Bocah kecil laki-laki yang dulu menabrakmu dengan sepeda. Apa kau ingat?" sambungnya lagi. Seketika mataku melebar, mengingat kejadian masa itu. Ivano Rider. Ivan. Yah dia adalah Ivan. " Kau.. Ivan? Anak laki-laki yang menabrak sekaligus merebut ciuman pertamaku? Benarkah???" Tanyaku dengan ekspresi menggebu-gebu. " Ekheem... well, anggap saja itu ciuman untuk menenangkanmu dari tangisan." jawabnya. " Apa? Mana bisa begitu! Dasar bocah kecil mesum. Lalu, apa yang kau lakukan disini? Dan. Hei, dimana taringmu? " tanyaku panjang lebar. " Kyaaa... aku bukan bocah mesum. Lagipula aku sudah dewasa saat ini. Kenapa kau  bertanya. Tentu aku mencarimu disini. Dan masalah taring itu hanya taring palsu yang kupasang saat kau melamun tadi. Sya, kau tak ingat apa yang pernah kau katakan dulu? " jelasnya. Aku menjawab hanya dengan tatapan bingung. " Waktu kau menangis, aku bertanya padamu. Kenapa kau berlari-lari tanpa melihat jalan? Kau menjawab, kalau kau sedang mengejar vampir. Jadi, kupikir untuk menemuimu dengan pura-pura menjadi vampire." jawabnya lagi. Aku tentu mengingat jelas kejadian waktu itu. Tapi, yang aku kejar memang benar-benar vampir. Kurasa. " Quinsya... kau mau menjadi kekasihku? " tanyanya lagi. " Kekasih? Kenapa?"  jawabku lemot. " Ayolah, Quinsya aku sudah menunggu limabelas tahun untuk bisa bertemu denganmu. Sejak kejadian hari itu aku berjanji akan bertanggung jawab atas ciuman yang kuberikan. Beruntung karena kutemukan dirimu masih dalam status sendiri." balasnya. " Kata siapa statusku sendiri!' jawabku lantang. "  Apa? Jangan bilang kau..."   

" Iyap... aku sudah tak sendiri lagi sekarang." potongku. Kulihat ekspresi wajahnya membeku. Ia terlihat kecewa. Tapi aku justru mentertawakan ekspresinya itu. " Kenapa kau tertawa?" tanyanya heran. " Untuk membalasmu karena membuatku takut tadi." ucapku. " Dengar statusku tidak sendiri lagi.... karena.... mulai hari ini dan untuk selamanya. Aku mau menjadi kekasih sekaligus pendampingmu Ivano Rider." Jawabku mantap. Mendengar pernyataan itu wajahnya kembali ceria. Didekatkannya tubuhnya padaku dan memelukku dengan erat. Pelukannya yang hangat dan mampu membuatku meleleh seketika dalam dekapannya.

Buat para pembaca maaf kalau part ini sedikit gaje dan aneh. Tapi terimakasih karena sudah membaca. Semoga dapat menghibur. ^_^

Collection of Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang