My Ladies

99 0 0
                                    

"Hah... yakin kamu? 6 cowo sekaligus, Ray??"

Aku hanya mengangguk dan tersenyum lebar, ketika sahabatku Cherly bertanya dengan penuh keterkejutan.  Merasa masih belum puas dengan jawaban yang kuberi Cherly mulai membuka mulutnya.

"Siapa,Ray? Mereka siapa aja??" tanyanya lagi. Kali ini dengan memasang tampang polos. Aku mulai berpikir dan membayangkan keenam pria yang akhir-akhir ini dekat denganku.

" Pertama, namanya Ilyas. Pria yang selalu mementingkan penampilannya lebih dari perempuan. Dan dia suka sekali mendekatiku. Yang kedua, Kalva. Dia tipe pria yang pendiam dan smart. Tapi kaku. Jadi, aku yang selalu menggodanya. Hahaha" ucapku dengan tawa yang polos. Cherly hanya geleng kepala dan memasang wajah serius lagi.

" Mmmz... yang ketiga dan keempat, namanya Rivan dan Awan. Karakter mereka hampir sama mudah marah. Tapi mereka selalu menggodaku dan menjadikan aku bahan tertawaan atau rayuan mereka." lanjutku. Sambil menarik nafas sejenak. Kutatap sahabatku Cherly. Wanita itu masih memasang tampang penasarannya. Aku tersenyum.

" Dan yang dua terakhir. Namanya Aldrin dan Marko. Aldrin pria yang hangat dan ceria. Sedangkan Marko adalah pria yang smart. Sayangnya dia acuh sekali dengan penampilannya." ucapku lagi.   Cherly tiba-tiba bangkit dan duduk dekat denganku. " Ray, kamu tahu kan. Julukanmu itu si Lemots Ladies. Bagaimana bisa keenam cowo sekaligus mencoba dekat denganmu?" tanya Cherly.

" Hehehe... Benarkah aku punya julukan? Itu keren, berarti aku populer donk! " jawabku sambil menggaruk kepalaku yang tak terasa gatal. Cherly membuang nafas panjang. " Arraya Zivana... Serius.! Siapa yang benar-benar kau suka? Atau bahkan yang kau cinta?" tanyanya lagi. Aku menunduk lesu lalu menatap sedih pada Cherly. " Aku kan lama jomblo Cher. Aku bingung. Aku galau. Makanya aku tanya padamu. Kira-kira siapa yang cocok untukku?" Aku balik bertanya pada Cherly dan mengeluarkan cengiran terbaikku. Cherly langsung paham. Dia mencoret-coret kertas yang sejak tadi dipegangnya.

" Raya. Dengar! Ilyas, Kalva,Rivan dan Awan aku coret. Mereka bagiku tak cocok denganmu. Dan Aldrin aku rasa lebih cocok menjadi temanmu karena sifatnya yang hangat. Satu lagi, jangan terlalu menggubris si Rivan dan Awan. Karena mereka pria-pria berotak sempit." ucapnya ketus. Aku melongo mendengar ucapan sahabatku yang super dewasa itu. "Otak??? Memang bisa sempit yah Cher?" tanyaku polos. Cherly menggertakan giginya dan menahan nafasnya sebentar. " Raya sayaaaang.. maksudku otak mereka sempit itu adalah otak-otak yang mencari kesenangan sesaat" jawabnya geram.

" oooh, maksudmu mereka hanya pria yang suka bermain-main? Hahaha. Aku juga suka sekali bermain. Berarti otakku sempit donk?" ucapku dengan senyum bangga. Cherly terduduk lemas disampingku. Tangan kanannya meraih tanganku. " Ray, kamu kenapa lemooot dan lola banget sih? Udaah deh, mendingan kamu cari Marko dan pastikan sebenarnya dia cinta sama kamu apa gak!!" suruh Cherly sedikit kesal. Aku hanya mengangguk. Baru aku akan melangkah. Tiba-tiba.

" Cherly... apa yang harus aku pastikan dari Marko?? tanyaku." Cherly berdiri dan berdecak. Siap untuk mengomeliku. " RAYAaaaaaa....!!!"

***

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Entah apa yang telah aku lakukan hingga mau saja menuruti perkataan Cherly untuk mencari Marko. Masih dengan raut frustasi, aku berbelok ke arah lapangan basket sekolah. Pucuk dicinta ulampun tiba. Mungkin peribahasa itu cocok untuk saat ini. Karena orang yang sedang kucari-cari akhirnya dapat kutemukan. Aku berlari mendekati pria itu.

" Marko... " panggilku sambil terengah. Seperti biasa, Marko memberikan senyum termanisnya.

" Hah... untung kau disini Marko. Ada yang ingin kutanyakan." ucapku.

" Benarkah? Kau ingin bertanya apa?" tanyanya. Aku berdiri dihadapnnya dengan tampang bodoh dan memijit kepalaku untuk mengembalikan ingatanku. Marko mengernyitkan sebelah alisnya melihat tingkah anehku.

" Raya..? Kau baik-baik saja?" tanya Marko. Kuangkat kepalaku dan mengangguk mantap.

" Marko terakhir kita berbincang di taman sekolah. Kau bilang tertarik padaku? Itu? Apa maksudnya?" tanyaku.

" Kau masih belum sadar atau berpikir terlalu lama?" tanya Marko balik.

" Apa aku habis kesurupan hingga harus sadar? Dan aku tidak terlalu lama berpikir. Hanya saja aku agak-agak telmi. Hehehe." ucapku polos. Marko tertawa lepas mendengar ucapanku. " Raya.. kamu benar-benar lucu." jawabnya. " Arraya.. sebenarnya aku menyukaimu sejak lama. Tapi sepertinya terlalu banyak pagar yang ada disekelilingmu." lanjut Marko.

" Marko.. jadi kamu sungguh menyukaiku? Tapi aku tidak melihat ada pagar disekelilingku? Aku hanya melihat ring basket." jawabku dengan tampang bingung. Marko kembali tertawa. Cukup lama tawanya kali ini. Aku hanya menatapnya dengan manyun. Berhenti dari tawanya. Marko melempar bola basketnya dan menggenggam tanganku erat.

" Raya... aku sangat menyukaimu. Dan berharap rasa suka ini benar-benar terbalas."

Aku tersenyum senang mendengar ucapan Marko. Pria ini yang selama ini jail dan begitu perhatian padaku. Memintaku untuk membalas perasaannya. Aku balas dengan memeluk erat Marko. " Marko.. apa kamu tidak malu memiliki kekasih dengan julukan Lemots Ladies sepertiku? " tanyaku masih dengan memeluk Marko.

" Tidak. Aku selalu merasa nyaman berada disampingmu. Tak peduli apapun julukanmu. Perasaanku tak berubah. Hanya mencintai Arraya Zivana. My ladies. Itulah julukanmu bagiku." ucap Marko tulus. Aku hanya menyungging senyum puas dibalik pelukan hangat sang Pangeran hatiku.

Collection of Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang