Cupid Falling in Love

136 1 0
                                    

"Kau yakin dengan ucapanmu barusan G???"
" Yeah... aku sudah cukup lelah bermain-main dengan perasaan pria. Kalau dipikir-pikir aku bisa kena tulah lama-lama mempermainkan perasaan mereka!"
" Ya ampun G. Akhirnya, kamu bertaubat juga. Jadi sekarang kamu mau jatuh cinta beneran? Apa yang membuatmu berubah G?"
" Dengar Yessi sahabatku yang manis. Aku ingin bisa bahagia di umurku yang menginjak 18 tahun ini. Merasakan bagaimana mendapat cinta yang tulus dan memberikan cinta yang tulus pula. Tapi tak akan bisa kutemukan. Semua pria memandangku sebagai Ghea yang anggun dan terpopuler. Aku ingin menjadi diriku sendiri Yess. Menjadi Ghea yang sebenarnya. Yang ceria, jahil, dan tampil apa adanya. Bagaimana ini Yess???"
" Aku tahu G. Dan aku akan membantumu."

***
Aku berlari cukup kencang menerobos segerombolan orang yang berlalu-lalang di mall yang kini kukunjungi. Hampir setengah jam aku terlambat dari janji yang kubuat sendiri. Dalam hati aku berharap Yessi tak marah padaku. Sampaiku di sebuah bookstore favorite kami. Kulihat Yessi memilih-milih buku disalah satu rak. Aku tersenyum lega melihat Yessi masih menungguku. Baru satu langkahku memasuki toko. Terlihat Yessi tak sendiri. Dia tertawa lepas dengan seorang pria berambut coklat dan tinggi yang cukup proporsional. Aku menghampiri mereka dengan perasaan ragu.
" Ekheem... Hai Yessi." sapaku
" Ouh, Ghea kau terlambat. Hampir saja aku lumutan hanya karena menunggumu." ucapnya jengkel.
" Maaf. Aku janji ini untuk yang pertama dan terakhir kalinya." jawabku tulus.
" Baiklah... kumaafkan. G kuperkenalkan kau dengan seseorang." ucap Yessi lagi.
" Benarkah? Siapa?" jawabku penasaran.
" Ini sepupuku Cupid." balas Yessi.
" Hah?? Cupid?" tanyaku bingung.
" Ah.. maksudku Pandu Anggara." ralatnya. Aku hanya mengangguk dan beroh ria sambil menyalami pria berambut coklat disebelah Yessi. Pria itu tampak riang dan bersahabat." Kenapa kau memanggilnya Cupid, Yess???" tanyaku penasaran. Tapi Yessi, menjawab pertanyaanku hanya dengan cengirannya yang khas.

***
Hampir delapan belas hari aku membantu Ghea mencarikannya jodoh. Semua karakter pria idamannya sudah  berhasil kutemukan. Tapi klienku yang satu ini benar-benar menyulitkan. Dari pria A sampai Z yang kukenalkan, semua ditolaknya dengan alasan penampilan standar semua. Kalau bukan karena rengekan sepupuku Yessi dan harga diriku sebagai Cupid populer. Sudah dari seminggu yang lalu aku mundur alias menyerah menanggapi Ghea. Dan kali ini aku akan mengenalkan Ghea dengan sahabat lamaku. Yang akan ditanggapi olehnya C to the U to the CO to the K... Cucok.
Tepat pukul delapan ku jemput Ghea di rumahnya dan wow. Dia very beautifull. Aku sampai tak berkedip selama 10 detik kalau saja sifat sadis Ghea tak muncul tiba-tiba dan langsung menginjak kakiku. Kubawa Ghea ke sebuah taman hiburan dan menyuruhnya duduk di salah satu bangku taman untuk menunggu teman laki-laki yang kumaksud. Sedangkan aku, menunggu Ghea di dalam mobil. Sesaat setelah Ghea berlalu, terbesit perasaan yang tak enak. Entah apa sebabnya. Aku selalu berpikir dan penasaran. Kenapa gadis seperti Ghea tak pernah mendapat cinta yang tulus. Padahal menurutku Ghea yang asli berkepribadian hangat, ceria, dan manis. Kenapa gadis itu harus merubah penampilannya menjadi anggun dan sok populer? Kalau saja dia tetap menjadi Ghea yang hangat, mungkin aku akan menyukainya. Tidak, aku bisa saja jatuh cinta padanya. Memikirkan perasaan itu, tanpa sengaja seulas senyum mengembang dibibirku. Sedangku asyik dalan pikiranku sendiri. Tiba-tiba, pintu samping mobilku terbuka. Terlihat Ghea yang langsung masuk dengan matanya yang basah. " Pandu.. cepat pergi dari sini!" ucapnya terisak. Aku hanya bingung memandangnya dan tak menggubris ucapannya. " Ayo Pandu.. CEPAT!!!' teriaknya yang sontak membuatku menyalakan mobil dan melaju meninggalkan taman hiburan. Kami sampai di sebuah danau dekat taman. Ghea lalu  membuka pintu mobil dan berlari ke pinggir danau. Aku mengikutinya, dan melihatnya menangis histeris disana. Aku mencoba menyentuh bahunya. Tapi Ghea menyadari keberadaanku dan menengok ke arahku sebentar. Lalu menatap ke arah danau. " Kenapa? Merasa kasihan padaku?" tanyanya tiba-tiba. " Ghea.. a-aku." jawabku gugup. " Tak apa? Aku wanita yang kuat. Kau tahu? A_hiks... a-aku kuat..hiks..hiks..hiks" balasnya terisak kembali. " Katakan Ghea. Ada apa? Kau lari dari kencan?" tanyaku ragu. " Dia... pria yang membuatku hancur. Kau tahu, aku selalu berharap dan setia menunggunya. Tapi dengan bodohnya aku termakan ucapannya. Kuberikan segala perhatianku padanya, cinta pertamaku. Namun, dia berlalu begitu saja menggandeng teman dekatku. Dia juga, pria yang membuatku mati rasa. Tidak bisa percaya dan mencintai mantan-mantanku dengan tulus. Sejak dua tahun lalu. Pria itu... Gema Wijaya." jawabnya. Aku terkejut bukan main. Ternyata sahabatku Gemalah yang telah merubah sifat asli Ghea. Aku bisa melihat betapa rapuhnya Ghea yang sebenarnya. Dan bodohnya aku justru mengorek luka lamanya. Walau itu tak sengaja, hatiku tetap merasa teriris melihat wanita dihadapanku ini menangis tersiksa karena perasaannya. " Ghea Safara... Mungkin bagimu ini terlalu cepat. Tapi selama 18 hari kulalui bersamamu. Aku bisa melihat dan merasakan dirimu yang sesungguhnya. Jadi... (Haaaah)... aku menyukaimu. Tepatnya mulai jatuh cinta padamu." ucapku. Ghea menatapku tak percaya. Tangan kanannya mengusap sisa air mata di pipinya. " Kau.. menyukaiku? Diriku dengan tulus?" tanyanya. " Ya.. aku ingin bersamamu. Dan berjanji akan berhenti menjadi Cupid. Tapi beralih menjadi malaikat cinta dihatimu. Dengan syarat. Tetap menjadi Ghea yang asli jangan sok-sok populer. Karena hanya aku yang boleh populer. Kau mengerti?" ucapku tegas. Ghea hanya tersenyum dan berhambur memelukku sambil berbisik. "Aku berjanji.. akan menjadi Ghea yang dulu dan akan  belajar mencintaimu dengan hatiku. Terimakasih Pandu."

_end_

Collection of Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang