Spending Night

118 16 6
                                    

Chapter 3 begin...
.
Author POV

Kegiatan penutupan sore tadi belum berakhir, dan berlanjut ke acara Spending Night. Dimana setiap peserta didik baru dan anak OSIS serta beberapa perwakilan Eskul menginap di tenda lapangan sekolah. Peserta didik baru ini, memang sudah resmi jadi peserta didik SMA Bakti Mulya dimata hukum pada sore hari tadi. Namun, baru akan resmi diakui dimata kakak kelas dan jajaran perwakilan Ekstra Kulikuler setelah menandatangangi lembaran yang kini telah tersebar di seluruh penjuru sekolah dari lantai 1 sampai lantai 2.

Para kakak kelas akan menyebar di sudut-sudut ruangan dengan kostumnya masing-masing, guna menakut-nakuti adik kelasnya. Seluruh lampu koridor kelas telah dimatikan hanya tersisa lampu di lapangan saja. Sejumlah 320 siswa baru kini tengah bersiap dengan pencahayaannya masing-masing.

Ada yang hanya bawa senter HP, bahkan ada yang sampai bawa lampu neon, mungkin lampu kompleks yang dia bawa. Hehehe.

'Penandatangan lembaran akan dimulai pukul 21.00 WITA hingga pukul 23.00 WITA. Silahkan mengambil denah pada kakak gugus masing-masing'
Suara Imam, sang ketua OSIS sedang memberi arahan pada adik kelasnya.

Saras, yang notabene gadis penakut sudah merapalkan doa dalam hatinya. Kini saatnya shalat Isya, saat yang tepat baginya untuk memperdalam doanya.

Ternyata ia tidak mengalami menstruasi out of period, melainkan hanya flek yangmuncul akibat stress, jadi ia sudah kembali suci (?)

Saras POV

Setelah mengambil wudhu, aku yang ingin memakai kerudungku lagi terkejut karena tiba-tiba si cassanova, kak Patrick sudah duduk stand by diluar masjid. Lho, kok, dia nggak sholat, udah masuk waktu nih. Aku menepuk jidatku, kak Patrick kan non-muslim. Ya ampun. Benar kata Fani, aku mesti meragukan medali matematikaku.

"Permisi, kak" tuturku sopan.
"Mmm.." jawabnya dengan ekapresi 😐

Selang berapa waktu setelah shalat Isya, kini puncak acara pun dimulai. Aku berjalan beriringan dengan Fani. Mencoba saling setia menemani dan tidak akan kabur. Baru beberapa menit berjalan, teman gugusku sudah mendapatkan lembaran itu dibawah tempat sampah. Ih, aku juga mau.

Aku dan Fani pun mencoba memasuki ruang kelas mencoba mencari di laci, dan Fani pun menemukan 1. Pindah ke ruang kelas lain, aku pun juga dapat 1, setelah 20 menit mencari. Aku pun segera menandatanganinya begitu pula Fani.

Aku heran, kenapa kakak OSIS membiarkan kami mencari lembaran TTD dengan leluasa. Saat menuju lapangan, keherananku pun terjawab. Tiap 1 kakak eskul mengejar 2 adik kelasnya. Aku dan Fani pun berlarian entah kemana, karena kalau sampai tertangkap, maka tak segan-segan kertas kami akan di robek.

Aku memilih bersembunyi di balik sebuah tenda. Dari luar sini, aku melihat...
Dua anak manusia sedang dalam posisi.. posisi.. KISSING 😘

"Oh, masha Allah" refleks kalimat itu yang terucap.

Semoga itu cuma prasangkaku saja. Siapa tau mereka sedang mengobati luka temannya. Tapi, ini kenapa, kenapa cewek sama cowok. Wah, ngga beres nih.

'Hmh..kamu..nggak tertarik kan sama bocah kecentilan satu itu'
'Hust..!'

Suara decapan dua bibir yang beradu itu terdengar begitu menggelikan. Aku mengendikkan dua bahuku, dan berniat pergi dari tempat itu.

'Ctak..kriiiiek..'

Sialnya aku malah menginjak gelas minumam dan saat kucoba meredam suaranya justru timbul bunyi seperti kentut. Aduuh..😣

Aku langsung berlari ketempat pengumpulan lembar TTD.

"Kamu dari mana aja Sar, kok ngos-ngosan gitu?" tanya Fani secara beruntun.

"Panjang ceritanya Fan," jawabku sekenanya.

"Lembaranmu mana Saras?" pertanyaan telak.

Aku menepuk jidatku, 'waduh, siaga 1 nih, mana udah jam 10 lagi' gumamku tak jelas.

Aku mengajak Fani mencari lagi lembaran itu, atau setidaknya lembaran baru. Karena yang gagal, akan disuruh tidur di luar tenda. Andwae...!

Patrick POV

Sial, ada yang memantauku tadi saat si centil Tere mencumbuku di tenda. Terpaksa. Aku terpaksa menurutinya, secara, ayahnya investor utama perusahaanku. Catat! Perusahaanku yang kini sedang kurintis di bidang arsitek dan design interior. Hanya ayahnya Tere yang mau menginvestasikan uangnya di perusahaan yang baru kurintis ini, yah tapi imbalannya, aku harus menganggap Tere sebagai pacarku. Cih..! Licik.

Flashback ON

"Mau kemana sayang?" suara Tere begitu mendayu.

Aku menghiraukannya dan memilih beranjak dari tendaku. Saat berdiri, dia berbisik padaku "akan ku cabut modal ayahku bila kau berpaling dariku dan memilih gadis sok suci itu".

Aku terpaku pada langkahku yang kedua, rahangku mengeras dengan buku-buku tangan yang mulai memutih akibat terlalu kuat kugenggam. Saat aku berbalik, dengan secepat kilat, Tere menarik tengkukku lalu menciumku.

Aku bergeming. Apalah arti harga diri, bukannya keberhasilan karena adanya perjuangan. Inilah bentuk perjuanganku.

'Hmh..kamu..nggak tertarik kan sama bocah kecentilan satu itu'
'Hust..!'

Aku mencoba tak membiarkannya berbicara sepatah katapun. Aku tak ingin orang mendengar suara Tere yang sangat mendayu-dayu saat ini.

'Ctak..kriiiiek..'

Aku menyudahi pagutan tak berbalas itu, karena mendengar ada suara gelas plastik diinjak. Wah, gawat kalau ada yang lihat. Reputasiku sebagai Most Wanted Boy gugur.

"Sudahlah sayang. Kalaupun ada yang liat, kan kita pacaran"

Tak kupedulikan nenek lampir itu bicara. Dengan tatapan sinisku, ia pun keluar tenda dengan wajah sebal.

Akupun keluar dari tenda memutari tenda itu. Dan aku pun melihat secarik lembaran TTD para peserta baru bernama... 'Ameera Saras Ramadhani'

Shit..! Bocah itu lagi. Dengan wajah kesal luar biasa, aku mengumpul lembaran itu di kak Imam. Dan kak Imam pun meng-sms Saras bahwa lembarannya sudah ketemu.

Kenapa tidak langsung aku berikan ke orangnya? Entah, aku kesulitan memasang wajah dinginku saat di depannya. Matanya yang berbinar, aku tak bisa aku mengelabuinya.
.
.
Tbc..
Wah, ada apa dengan Patrick?
.
Nantikan jawabannya di chapter berikutnya, thanks readera. Gamsahamnida~~♡♥♡♥
Nama tokoh, nama tempat, author cuma minjem, ini hanya fiktif belaka.

Cassanova ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang