Anak sekolah itu tugasnya belajar memahami materi pelajaran. Bukannya mengejar Cinta yang gak karuan. - Hikmah***
"Hayo!!" Pekik Egi mengagetkan Gilang yang sedang serius mengerjakan tugas matematika.
"Diem gak lu?! Gak usah pecicilan masih siang." Ucap Gilang ketus tanpa melihat kesisi kirinya. Bangku kosong itu sekarang sudah terisi oleh Egi Pratama, siswa urutan ke dua puluh dalam kepintaran kelas dengan jumlah siswa selurunya tiga puluh satu.
Egi dan Hikmah saling tatap dan mengendikkan bahunya.
"Jangan digangguin dong pangeran Gilangnya. Biarin dia fokus ngerjain tugas. Elu kan nanti nyontek tugasnya juga, Gi."
"Gue? Anjiissss, sama elu juga kaleeee!" Egi menambah volume suaranya. Ia tak terima karena Hikmah seolah menuduhnya seorang pecontek. Padahal, Hikmah sendiri juga sering menyalin tugas dari Gilang. Lebih tepatnya mereka berdua sama-sama suka mencontek tugas Gilang. Ckk.
"Lang, Lo jangan kasih contek sama si biang gosip ini." perintah Hikmah pada Gilang yang sama sekali tidak Gilang hiraukan.
"Tai kamu sayang."
"Najis. Gue cuman sayangnya Gilang."
"Gilang milik gue! Ngapain lu ngaku-nga...,"
"Ckk," Gilang berdecak sebal. Bukan tidak mengerti atau frustasi melihat deretan angka, tapi Gilang mulai lelah karena harus berada ditengah-tengah Upin dan Ipin yang sedang beradu mulut.
"Sialan ya kalian. Rebutin gue cuman karena mau jawabannya aja. Temen macan apa hah?!" Gilang menghela nafas sambil mengucapkan istighfar di dalam hatinya. Cepet ubanan kalo berada diantara mereka.
"Macan tutul...," Jawab Hikmah cepat.
"Iya elu kek macan tutul Hik, hik, hik," sambar Egi cepat.
"Emang keparat lu ya, Gi! Benciiih!"
"Alay Hik."
Getar ponsel yang ada disaku celananya membuat fokus Gilang terganggu. Otaknya berkata pasti Adel. Dengan cepat ia merogoh sakunya dan mengambil benda persegi panjang itu.
Tebaknya benar.
Adel : Gilang ganteng, tolongin Adel kerjain tugas MTK, ya. Otw ke sana nih :*
Matanya menyipit sebal pada deretan pesan Adelyn. 'Kebiasaan.' ucapnya dalam hati. Gilang memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Dan matanya kembali fokus mengisi tugas matematika.
"Lang, tumben nih lo belom ke kelas Tuan Putri?" Tanya Egi saat ia melihat perubahan wajah Gilang dari senyum menjadi cemberut.
"Baru jam sebelas kali, Gi. Palingan ntar pas istirahat dzuhur pangeran kita ini langsung mengunjungi kastil tuan Putri." Kata Hikmah membantu Gilang untuk menjawab.
Gilang selesai dengan tugasnya dan menaruh pensil asal di atas meja. Kedua tangannya menggeliat untuk sekedar meregangkan otot-otot yang dirasa pegal.
Setelah itu ia menaruh tangan kanannya untuk menyanggah dagu kemudian tersenyum entah karena apa. Membuat Hikmah dan Egi keheranan.
"Si Gilang kalo uda tarung sama rumus suka agak gini, ya?" Kata Hikmah merinding.
"Giiiilaaang.." suara teriakan yang berada diambang pintu itu membuat beberapa orang yang ada di dalam kelas menaruh perhatiannya pada sosok mungil itu.
"Halo tuan Putri tercantik di seluruh penjuru dunia," Hikmah menyambut Adel ramah seperti biasanya. Ia berdiri dari tempat duduknya di depan Gilang dan berpindah ke tempat duduk disebalahnya. Dengan gerakan tangan ia seolah mempersilahkan Adelyn untuk menempati tempat duduk miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY NEIGHBOR
Teen FictionSatu, kalo tetangga kok nempel banget? Dua, kalo pacar kok Gilang gak pernah nembak? Tiga, kalo sahabat kok mesra? Real Story by Scarletsnow❤