Sore itu, pukul tiga ditemani semilir angin yang masuk kedalam celah jendela kelas tanpa permisi. Gilang menghampiri Adel yang sibuk merapikan buku dan alat tulis lainnya kedalam tas.
"Gak ada jam terakhir?"
Gilang menggeleng, "Uda beres."
"Langsung kesini?"
"Kemana lagi? Arah pulang gue selalu elu, Del," Jawab Gilang acuh. " Lagian, Pulang sendiri gak mau, kan?"
Giliran Adel yang menggeleng, ia sudah selesai membereskan semua alat tulisnya ke dalam tas biru muda bermotif Doraemon. "Masih lima menit lagi," katanya pelan.
"Yaudah nunggu." Gilang membenarkan rambut Adel yang sedikit berantakan karena tiupan angin.
Rahasia umum, bahwa diusia mereka yang masih berada ditahun kedua SMA, selalu senang dengan dua hal. Pertama ketika bel istirahat berbunyi, dan kedua ketika bel pulang sekolah yang sebentar lagi menggema diseluruh penjuru ruangan kelas.
"Dua menit lagi bel, pulang sekarang?" Ajak Gilang. ia bangkit dari duduknya diatas meja milik Adel lalu memasangkan tas ranselnya kembali. Perlu dicatat, Gilang bukan tergolong anak yang baik dan penurut sekali, tapi bukan juga tergolong anak yang bandel dan susah diatur.
Sesekali jika merasa konyol diam di kelas pada jam terakhir tanpa guru, maka hal pertama yang dilakukannya adalah mengunjungi kelas Adel. Tidak ada salahnya juga menunggu bel pulang di kelas IPS, Kan sama-sama kelas. Begitulahlah fikirnya.
Suara ponselnya tiba-tiba berbunyi, tangannya merogoh saku celana abu itu lalu mengeluarkan benda persegi panjang yang masih asyik berbunyi.
Tengtong.. tengtong.. tengtong..
Bersiaplah untuk memahami isi grup chat dari Upin-Ipin,
Hikmah: 1+1=2
Hikmah: Gilang+Adel= ?
Hikmah: Uppsss *Viiss*
Egi: Gilang gue gak ikutan
Gilang: Hikmah ditambah Emil sama dengan MA*O
Egi: BHAAAAKKKSSSSS
Adel melangkah keluar dari bangkunya, senang rasanya karena sudah terbebas dari segala macam urusan sekolah dan tugas. Disana, Gilang masih terdiam, matanya mengikuti langkah gadis yang tidak lebih tinggi dari dirinya itu, sialnya ia teringat isi chat Hikmah beberapa menit yang lalu.
"Sial!" umpat Gilang.
Adel mendahului langkah Gilang yang masih mematung ditempat yang sama. gadis itu mengernyit heran, kenapa Gilang malah diam seperti patung? Apa cowok itu memikirkan kaset game terbaru? Atau komik favoritnya yang baru saja keluar beberapa menit lalu?
Gadis itu kesal, ia melipat kedua tangannya didepan dada, "Gak jalan? Kok malah bengong? Tadi katanya nunggu Adel pulang, kenapa sekarang jadi Adel yang nungguin Gilang?"
Merasa ada seseorang yang protes, Gilag refleks memasukkan ponselnya kedalam saku celana. Ia membawa kaki panjangnya untuk sampai ditempat Adel. "Baru aja nunggu beberapa detik doang," cibir Gilang sambil mengacak poni Adelyn gemas. "Gimana kabarnya aku yang nungguin kamu supaya bisa peka. Bertahun-tahun ampe Jamuran nih, Del,"
"Kamu tuh peka dong Del, masa aku aja sih yang nanggung semuanya, uda jelas kalo makna dari pasangan itu saling gotong-royong, saling memikul, saling melengkapi. Jadi, Biar akunya gak berat mikul sendiri, kamunya lengkapi hati aku yang separuh kosong, ya?"
"...." Adel menggeleng ngeri. Cowok yang sedang berjalan santai dipinggirnya ini sungguh menyebalkan. Selalu saja berbicara ngawur dan membuat otak Adelyn berfikir keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY NEIGHBOR
Teen FictionSatu, kalo tetangga kok nempel banget? Dua, kalo pacar kok Gilang gak pernah nembak? Tiga, kalo sahabat kok mesra? Real Story by Scarletsnow❤