Chapter Three

4.6K 567 60
                                    

*THE DRAKNESS AYES*
.
◇Sherry Kim◇
.

Angin malam menyibakan poni Jaejoong saat pemuda itu melompat turun dari mobil hitam yang berhenti di sisi jalan, Red Castle. Meskipun tempat itu sudah puluhan tahun berdiri di sana, bangunan serta hal lainnya masih terawat dengan baik sampai tidak terlihat ada sedikitpun tanda yang menunjukan tempat itu cukup tua.

Jaejoong menatap bangunan itu dengan berbagai perasaan bercampur aduk. Dulu ia pernah datang ketempat ini dan sekarang ia datang kembali dengan alasan yang tak jauh berbeda dengan alasan sepuluh tahun silam. Mencari suatu hal yang berhubungan dengan ayahnya.

"Mr. Jung sudah bicara dengan manager tempat ini. Beliau akan menunjukan surat perjanjian itu kepadamu." Jong Kook berdiri di sisi Jaejoong, menunggu pemuda itu melangkah maju. Pria itu paham bahwa Jaejoong tidak dapat menerima alasan kenapa dan mengapa ayahnya sampai menjual diri ke tempat mengerikan seperti Red Castle.

Kim Jong Kook sendiri juga merasakan hal yang sama saat mengetahui kenyataan yang mengejutkan ini. Pria itu mengamati Jaejoong cukup lama. Paham bagaimana perasaan Jaejoong saat ini.

Jaejoong tidak menjawab. Pandangannya tertuju ke pintu besar ganda casino yang terang oleh lampu kelap kelip berwarna warni, tertegun. Kenangan itu kembali berkelebat di depan matanya tentang bagaimana ayahnya meninggal, lalu teriakan semua orang kembali ia dengar dengan suara yang jauh lebih mengerikan dari sebelumnya.

Mata Jaejoong tertutup untuk menghilangkan bayangan serta teriakan tersebut. Ini hanya mimpi, mimpi. Ayahnya tidak mungkin berada di sini. Kata itu menjadi penopang saat Jaejoong kecil berjalan dengan keyakinan yang semakin menipis ia mencari ayahnya dulu.

"Jae, kau tidak apa-apa?" Tanya Kim Joong Kook dengan mada khawatir.

Butuh waktu bagi Jaejoong untuk tenang, ia berusaha menghilangkan bayangan gelap itu dari kepalanya. Lalu ia mencoba tersenyum namun gagal dan hanya mengangguk lemah. "Terima kasih sudah membantuku Hyung. Entah mengapa aku merasa takut jika apa yang kau katakan itu benar."

Jong Kook merangkul bahu Jaejoong, menepuk sayang bahu pria muda itu, memberi semangat sebelum menyeret pemuda yang jauh lebih muda darinya itu menuju pintu Cassino. "Kita sudah saling mengenal dan berteman sejak kau lahir. Aku senang bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk membantumu meskipun ini bukanlah bantuan yang pernah kau harapkan."

Mereka tahu itu. Terlalu banyak hal yang ayah Jaejoong sembunyikan dari keluarganya dan di bawa ke liang kubur bersama tubuh dingin Mr. Kim. Bahkan tentang utang itu sekalipun tidak ada yang tahi sampai saat ini.

Jaejoong tidak ingin mempercayai ayah yang selalu ia banggakan serta ia kenal baik, ramah dan dermawan itu berhutang begitu banyak. Pasti ada suatu kesalah pahaman di sini. Bisa saj Jung Yunho merekayasa semuanya. Dan ia ingin mencari tahu.

Hanya satu hal yang bisa memastikan benar tidaknya hal tersebut, surat perjanjian yang Yunho maksud. Jika perlu Jaejoong akan mendatangi bank, rentenir atau siapapun yang dulu bersedia memberi utang kepada ayahnya, lalu ia akan ... akan... apa? Bertanya pada mereka apakah Jung Yunho memaksa mereka berbohong. Atau pada kenyataannya Jaejoong takut bahwa Jung Yunho mengatakan yang sebenarnya.

Ia sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Bagaimana jika benar ayahnya memiliki tumpukan utang? Bagaimana jika apa yang ia takutkan itu benar? Dan bagaimana jika ...
Berapa banyak uang yang ayahnya pinjang, jika itu memang benar?

Kim Joong Kook menyentuh bahu Jaejoog, menyadarkan pemuda itu dari lamunanya. Jaejoong menatap ke depan, memasuki lorong gelap yang terasa tanpa ujung. Akan tetapi tidak butuh waktu lima menit bagi Jaejoong dan Jong Kook untuk menemukan manager Red castle yang ternyata sudah menunggu mereka di ruang kerja pria itu. Seorang pria tinggi tampan yang menyambutnya dengan hangat, kalau boleh jujur terlalu hangat malah.

The Darkness EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang