Malam ini berjalan dengan sangat lambat. Jam baru saja menunjukkan tengah malam. Namun mata coklat milik Luci tidak bisa terpejam. Fikirannya terus menerus memikirkan bagaimana caranya membuat jalang itu menyingkir dari Juan. Ia terus berfikir hingga tanpa ia sadari matanya telah terpejam,hanyut dalam mimpinya yang tak berdasar.
✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂
Pagi baru saja muncul,bahkan matahari belum menampakkan diri sepenuhnya. Tapi dengan langkahnya yang pasti,Luci berjalan dalam sepi. Berjalan menuju rumahnya yang dulu. Sudah setengah jam ia berjalan,hingga ia-pun sampai dirumahnya. Keadaannya gelap,karena sudah lama listrik diputus dari rumah itu,begitu pula dengan air yang tak pernah mengalir lagi sejak kematian orang tuanya. Langkah Luci terhenti saat melihat kepala orang tuanya yang seakan tengah melihat kedatangannya. Luci segera memberi salam dan duduk dilantai,menatap mata kosong didepannya.
"Mama papa,aku pulang. Mama,papa ternyata pria yang aku sukai,dia berkhianat. Dia memiliki wanita lain,namanya Vilyan Augutine. Aku menyayangi dia,dan dia harus tetap bersamaku,apapun yang terjadi. Tapi kalau dia lebih menyayangi Vilyan,apa mungkin aku harus 'mengambilnya' agar dia tau bahwa aku menyayanginya? Hmm ya,mungkin itu akan lebih baik" seketika senyuman licik terpancar diwajahnya.
Tangannya perlahan merogoh sebuah handphone yang ia taruh di celana depannya. Dia ingat,saat tadi malam dengan sengaja ia mencuri nomor ponsel Vilyan tanpa sepengetahuan Juan. Dengan cepat jarinya mengetik beberapa huruf di handphone layar datarnya itu,mengetik
"Pagi Vi,ini Luci,pacarnya Juan. Aku ingin mengajak kamu pergi ke taman pagi ini. Boleh? Kalau boleh nanti aku tunggu jam 7 di taman kota." setelah menunggu beberapa saat,akhirnya handphone Luci bergetar tanda pesan masuk. Dan benar saja,itu dari Vilyan.
"Baiklah,nanti kita ketemu disana yaa^^" Luci hanya menutup mulut dengan kedua tangannya,menahan tawa yang terasa akan meledak. Setelah itu,Luci menaruh handphonenya dilantai dan kembali menatap lekat kedua mata orang tuanya yang kosong. Seakan meminta do'a,Luci tersenyum pada mereka. Lalu mulai berpamitan untuk menuju ke taman kota.
✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂✂
Jam dilayar handphonenya sudah menunjukkan pukul 06.45. Luci sengaja datang lebih awal,yaa untuk melihat situasi. Tepat pukul 07.00 terlihat seorang perempuan yang berlari kearahnya. Dengan pakaian ala perempuan kantoran yang agak ketat dibagian rok itu,Vilyan segera menghampiri Luci yang tengah melambaikan tangannya,mengisyaratkan bahwa ia sedang menunggunya.
Saat sudah berada di hadapan Luci yang tengah duduk dikursi taman,dengan sopannya Luci meminta Vilyan untuk duduk disampingnya. Vilyan belum mengatakan satu patah katapun,ia masih sibuk mengatur deru nafasnya yang tak menentu sehabis berlari tadi. Saat nafasnya sudah mulai teratur,Luci mulai membuka pembicaraannya agar Vilyan tak ada kesempatan untuk bertanya apapun.
"Maaf aku memanggilmu pagi-pagi begini"
"Tak apa,aku seneng bisa ngobrol sama kamu. Aku udah lama pengen ngobrol sama kamu,tapi belum ada kesempatan hehe" senyuman tulus terpancar diwajahnya
"Ah baguslah. Aku cuma ingin kita ngobrol aja,kan lumayan aku bisa korek-korek kelakuan Juan pas SMA dulu" bohongnya
"Benarkah? Haha,Juan itu dulu ketua kelas. Dari SMP udah pake kacamata,dia rajin banget baca siih,gak kayak aku"
"Ooh terus terus?"
"Yaa Juan itu tipe idaman cewe-cewe dikelas.. ah salah,bahkan satu sekolah banyak yang suka sama dia"
"Sepopuler itu ya?"
"Iya,setiap hari dimejanya pasti ada banyak surat sama bingkisan buat dia"
"Apa kamu juga termasuk orang yang suka sama Juan?"
"Eh? Ah.. e.. enggak haha" terpancar kecemasan dari raut wajahnya
"Hahaha iya iya,aku cuman bercanda ko" Luci hanya menepuk bahu Vilyan pelan dan merekapun tertawa bersama dan membicarakan banyak hal,hingga tanpa sengaja Luci menemukan sesuatu yang janggal dalam diri Vilyan. Tunggu. Kenapa perutnya lebih besar dari yang sebelumnya ia lihat?"Vilyan?"
"Iya?"
"Maaf,tapi kenapa perutmu jadi lebih besar dari sebelumnya?" seketika wajah Vilyan nampak pucat setelah mendengar kata-kata yang Luci lontarkan
"A.. ah i.. iya.. hehe"
"Kamu... hamil?"dengan malu Vilyan mengangguk kecil
"Iya aku hamil"
"Oh? Kamu udah nikah?" kalau yang ini,Luci benar-benar tak mengetahuinya,sungguh
"Eumm.. tidak,kita hanya melakukannya. Aku udah berkali-kali minta dia tanggung jawab,tapi dia bilang dia gak bisa ninggalin pacarnya"
"Ah maaf aku udah nanya itu"
"Haha ngga apa-apa ko" lagi-lagi senyum tulus terpancar diwajahnyaObrolan itu terus berlangsung,hingga akhirnya Vilyan harus pamitan karena ia harus segera pergi bekerja. Merekapun berjabatan tangan,dan perlahan Vilyan mulai meninggalkan Luci yanng masih terduduk dibangku taman itu dengan fikiran yang mencoba mencerna kata demi kata yang dilontarkan Vilyan. Namun dikepalanya hanya terngiang salah satu kalimat yang benar-benar membuat kepalanya pusing "Aku udah berkali-kali minta dia tanggung jawab,tapi dia bilang dia gak bisa ninggalin pacarnya" kalau mereka melakukannya,kenapa prianya itu tidak mau meninggalkan pacarnya? Luci terus memikirkan kalimat iti berulang-ulang dikepalanya,hingga iapun menemukan sesuatu di kalimat itu.
*kriiiiiiing kriiiiiiing*
Dering handphone Luci segera membuyarkan fikirannya,hampir saja Luci meloncat saking kagetnya. Saat membuka layar handphonenya,ternyata Juan. Lucipun menjawab telpon dari Juan. Dari seberang sana terdengar bahwa Juan khawatir Luci ada dimana,mengingat Luci sudah tak berada disampingnya saat ia terbangun. Dengan kekehan pelan Luci hanya menjawab kalau ia sudah bertemu dengan temannya dan akan segera kembali kerumah Juan. Dan Juanpun menyetujuinya. Setelah telpon ditutup,Luci mulai melangkahkan kakinya menuju rumah Juan.Setelah sampai dipinggir jalan,Luci segera menghentikan taksi yang akan melintas kearahnya. Dengan naik kendaraan,tentu tak butuh waktu lama untuk menuju ke suatu tempat. Sesampainya didepan rumah,terlihat Juan yang mondar-mandir tak karuan dengan setelan kantornya,namun saat ia melihat Luci,matanya langsung berbinar lalu berlari menghampiri gadisnya itu.
"Kemana saja kamu hah? Aku khawatir tau" lengan besar itu,segera merengkuh Luci didalam dekapannya
"Aku cuma berjalan-jalan aja sebentar,gak apa-apa kan?"
"Tentu ngga. Cuma aku takut kamu kenapa-kenapa atau ngelakuin hal aneh lagi. Tolong lain kali bilang sama aku,biar aku bisa nemenin kamu,biar aku gak terkesan ninggalin kamu"
"Baiklah baik Juan Exel" Juan-pun melepaskan pelukannya saat handphone disaku jasnya bergetar tanda adanya pesan masuk"Ju,kita harus bicara. Pacarmu menemuiku tadi. -Vilyan-"
Seperti dapat membaca fikiran orang,dengan cepat tangannya merebut handphone Juna,lalu membaca isi pesan tersebut. Seakan mendapat jawaban dari kalimat Vilyan yang terus terngiang dikepalanya tadi,entah setan apa yang merasukinya hingga kini ia tertawa terbahak-bahak menertawakan pesan dari Vilyan tersebut. Juan yang melihatnya hanya terlihat bergidik,ngeri akan apa yang sedang terjadi dihadapannya. Luci terus saja tertawa sebari sesekali menunjukkan layar handphone Juan kepada sang empunyanya. Butuh beberapa saat hingga Luci menghentikan tawanya yang cukup mengerikan itu dihadapan Juan.
Mata sendu yang biasa Juan tatap,kini berubah menjadi tatapan seorang pemangsa yang melihat buruannya terpojokkan. Senyum tulusnya pun ikut berganti menjadi seringai yang lebih dari cukup untuk membuat siapapun bergidik melihatnya. Seringainya seakan mengatakan 'aku tau semuanya loh~'. Dengan tangannya sendiri,Luci langsung merusak handphone Juan. Luci segera berlari menjauhi rumah Juan,lalu saat ditengah jalan ia berbalik menatap Juan lalu berkata "Meskipun cintamu bukan hanya untukku,tapi aku akan membuatmu menjadi milikku untuk selamanya dan juga aku akan menyingkirkan orang-orang yang berusaha menjauhkanmu dariku" seringai itu kembali terpancar jelas,walaupun dari jarak yang cukup jauh,namun Juan dapat melihat seringai itu dan juga sebuah pisau mengkilat dengan gagang hijau yang dibawa oleh Luci sebari berlari-larian.
Yosha!! Akhirnya part ini selesai juga~
Haha maaf ya readers udah nunggu... soalnya tugas numpuk niih,jadi baru bisa post lagi.. :3
Untuk part selanjutnya bakal diusahain secepatnya.. coz Aru minggu depan UTS..
Pokoknya jangan lupa vomment sama sharenya yaaa^^
Arigatou~
-Aru-
KAMU SEDANG MEMBACA
414 Days
Misterio / Suspenso"Kau sudah merebutnya dariku,jadi apa salahnya aku merebut apapun yg kau punya?" "Dan untukmu pangeranku, kau sudah mengkhianatiku.. maka dari itu,aku akan membuatmu menjadi selamanya untukku"