Complicating [1]

2.6K 187 11
                                    

>POV Avatar<

Gue sampe dirumah jam setengah empat sore dan masuk ke dalem rumah dengan langkah gontai. Melirik jam besar yang berdiri di ruang tamu yang telah rusak dan hanya menjadi penghias interior dengan desain yang classic. Duduk di sofa panjang berwarna silver dengan dominasi black. Menyenderkan kepala ke bantalan sofa dan menangis sekeras-kerasnya.

Gue masih kebayang sama confession Kak Bangkit tadi, rasanya pala Gue mau pecah. Campuran antara seneng, bingung, sama kalut campur jadi satu kayak rujak depan komplek. Gue mah orangnya sensitive banget, jadi jangan heran kalau Gue sering nangis dan galau.

Bunda lantas menghampiri Gue yang kaget akan suara tangisan Gue dengan langkah yang tergopoh-gopoh. Bunda yang masih memakai celemek dengan pisau dan terong yang ada di kedua tangannya langsung menatap Gue syok.

"Adeeeeeek... Kenapa sih? Masuk ke dalem rumah nggak ngucapin salam malah nangis kayak orang sinting. Bunda kaget nih, kirain ada kuntilanak di rumah ini." teriak Bunda Gue dengan rempong dari dapur sambil melirik sekejap manyapu sudut-sudut ruangan bergidik ngeri.

Kakak Gue dari belakang mengekor Bunda tanpa sepengetahuan Bunda dengan masker dan roll-nya disekujur rambut.

"I-itu kuntilanaknya Bun." ucap Gue sesenggukan sembari nunjuk ke arah Kakak perempuan Gue.

Bunda berbalik, memelototi Kakak dan menjerit keras. "Kkkkkyyyyyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....!!!!!"

"Apaan sih Bun? Ini Kakak, Adek juga ngapain sih udah nangis kaya bayi pake nunjuk-nunjuk Kakak kuntilanak lagi, Kakak jitak nih!" ancam Kakak Gue sambil mengepalkan tangan.

"Ya ampun Kakak, bikin Bunda kaget. Lagian ngapain juga sore-sore begini pake masker wajah coba?" jawab Bunda seraya mengelus dada.

"Kan Kakak udah pernah bilang, Kakak nanti malem ada prom night se-universitas. Kakak pengen tampil cantik dong. Eh tadi Kakak tanya belom dijawab, Adek kenapa? Nangis kek gitu?"

"Ta-tadi Aku jatoh di-dijalan." jawab Gue tergagap.

"OOOHH GITUUUUU......" kata Kakak dan Bunda berbarengan dengan mulut dimonyongin dan muka sok tau. Ini keluarga kok gampang banget diboongin ya? Ini Gue rasa kalo dihipnotis sama penjahat tiga detik doang udah raib semua barang-barangnya.

"Ya udah sana lukanya di-hansaplast. Nanti iritasi loh." perintah Bunda.

"Si-siapa yang bilang Adek luka? Adek mau m-mandi aja deh, capek. Dadah Bunda, dadah Kakak." kata Gue mengelap air mata yang merembes sambil beringsut dan pergi ke kamar mandi yang ada di samping tangga. Dibarengi bunda ke dapur dan Kakak ke kamarnya, bubar masing-masing.

§_§

"Rud, Gue lagi gamang nih, Gue mau curhat boleh nggak?"

"Apaan, I always here to you."

"Kak Bangkit nembak Gue."

"Wtf! Trus lo terima kan?"

"I say not."

"Why not?"

"Ini terlalu cepet lagian Gue baru tau kalo Dia biseks."

"Lah trus, Dia juga tipe Lo kan?"

"Iya sih. Tapikan..."

"Ya udah Lo jalanin dulu aja, lagian Elo kok yang jalanin. Gue tetep dukung apapun keputusan Elo."

"Makasih ya Rud."

"Iya sama-sama..."

"Oh iya, Rudi..."

[B1] Loving You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang