Giving

3.6K 291 21
                                    

>POV Avatar<

Setelah insiden tamparan itu, Gue jadi confused banget dan kepikiran Kak Bangkit terus, apa semarah itukah jadi dia ngambek dan pipinya lebih merah dari tamparan Gue? Mana mungkin seorang cowok tulen bisa ngambek, emang Gue, cowok jadi-jadian yang kalo liat cowok ganteng lebaynya kumat. Ckckck masa bodolah.

"Vatar, coba kamu maju, selesaikan soal di papan tulis ini." perintah Bu Yuli yaitu guru Sejarah Gue dengan tiba-tiba.

"Iya, Kak Bangkit...... Eh maksudnya Saya mau Bangkit dari kursi ini bu." Gue gelagapan jadinya karena saking kagetnya. Anjir Gue diketawain satu kelas.

"Kamu ini bagaimana sih? Sudah datang kesekolah terlambat, sampe di sekolah kamu masih doyan melamun?" Tanya guru Gue dengan nada marah. Justru Gue doyan cowok Bu, kayak nggak tau Gue aja (emang Dia tau).

"Kemana hilangnya sifat teladanmu nak?" lanjut tanya guru Gue dengan berlebihan layaknya seorang bijaksana yang memberi petuah.

"Masih disini Bu." Gue dengan jujur dan polos menjawab sambil menunjuk ke bagian dada Gue.

Dengan geram guru Gue menghukum Gue untuk menyiram tanaman di depan kelas. Gue cuman meng-iya-kan perkataannya dan keluar kelas dengan sedikit kesal. Gue langsung mengambil alat penyiram tanaman di gudang sekolah dan kembali dengan penyiram yang telah diisi air.

"Kenapa sih kamu nggak siram diri kamu sendiri aja? Kenapa harus Aku yang siram kamu? Makanya cepet gede ya, biar bisa minum sendiri." Gue ngomong dengan pelan ke bunga kelabu yang sekarang Gue siram.

Emang Gue kayak orang bego, banyak yang bilang kalo Gue masih polos, belum ngerti apa-apa katanya. Padahal mereka nggak tau kalo Gue udah lebih dari mereka. Gue itu gay, Gue itu suka sesama jenis. Oke Gue nggak bakal bahas itu. Gue tetep polos dan dongo di depan mata temen-temen Gue.

-_-

Beberapa saat kemudian Bu Yuli keluar kelas karena jam pelajaran udah selesai, Dia kemudian ngelirik Gue dengan mendengus dan pasang tampang ilfil terus langsung ngeluyur ke ruang guru.

Bel istirahatpun berbunyi, Gue yang dari tadi kelaperan karena belom sempet sarapan langsung tancep gas pergi menuju kantin yang berada di bagian utara, tepatnya di belakang ruang guru. Tatanan kursi dan meja besi lengkap dengan kotak tisu di setiap mejanya khas sebuah kantin.

Disana Gue mencomot beberapa bungkus roti secara membabi buta dan langsung menyodorkan uang 50 ribuan. Gue membeli semua roti favourite Gue yang ada disana. Dengan menenteng dua kantong plastik besar berisi penuh dengan roti berbagai rasa Gue kembali berjalan ke kelas.

Begitu Gue terlihat oleh beberapa makhluk mengerikan, langsung Gue diserbu dan ditodong menggunakan pensil hadiah alfamart yang tumpul karena belum diasah oleh beberapa makhluk kelaparan yang disebut 'temen'. Akhirnya Gue pasrah merelakan satu kantong plastik untuk dijarah oleh mereka. Gue 'cuman' kebagian satu kantong plastik gede.

Entah karena enak atau kelaparan, Gue cepet-cepet makan tuh roti sampe tersedak. Tenggorokan Gue perih, akhirnya Gue menyesap lemon tea yang sekalian Gue beli tadi di kantin, minum pun Gue tersedak. Dasar Vatar goblok! Gue hanya menyisakan dua bungkus roti aja.

÷_÷

Gue 100% kekenyangan, Gue membuang sampah di tong sampah luar kelas. Sebelum berbalik Gue nyempetin ngedarin pandangan ke kelas XI IPA 3 karena Gue tau, disana adalah kelasnya Kak Bangkit. Kira-kira sekarang lagi ngapain ya? Pasti Dia juga belom makan karena Kami sama-sama terlambat datang ke sekolah tadi. Tiba-tiba muncul sekelebat ide konyol untuk memberinya dua bungkus roti yang Gue sisakan tadi. Dengan tak sadar Gue udah menulis surat yang berisi permintaan maaf Gue karena telah menamparnya disertai dua potong roti itu.

Mungkin ini kado terburuk sepanjang masa, namun Gue tetap optimis. Dengan berhati-hati Gue menyelipkan kado ke jendela belakang kelasnya yang ruangannya tampak kosong, Gue secara ajaib tau letak bangku Kak Bangkit, sebenernya nggak ajaib sih, Gue ternyata pernah nge-stalk Dia. Plop, dalam sekejap kado itu udah nangkring di mejanya Kak Bangkit, tapi mungkin kurang ke kanan, jika nggak sengaja meja itu bergoyang, bisa-bisa kado itu jatuh. Pelan tangan Gue nyoba menyelinap membetulkan posisinya, dan bertepatan dengan itu Kak Bangkit sudah ada di pintu depan.

Dia menatap Gue, Dia menatap Gue! Spontan Gue langsung menarik tangan Gue yang kini terjepit di jendela sialan itu. Gue merasa kayak bocah bego, udah tau ketauan, pake acara kejepit segala. Avatar goblok! SLEP. Akhirnya tangan Gue terlepas dan segera Gue lari kedalem kelas. Gue padahal nggak tau alesan kenapa Gue lari. Dasar bego, percuma dong Gue tulis anonymous tapi terlihat juga. Gue geregetan sendiri. Ya udahlah. No matter what will be happen, whatever!

6_9

[B1] Loving You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang