DAMN IT!

40 1 0
                                    

Pertemuanku dengan Garu kemarin, mengundang banyak tanya di kepalaku. Aku benar-benar tak mengerti dia mengatakan apa, dan apa maksud dari perkataannya itu. Dia benar-benar sulit untuk ku pahami. Hari ini aku sangat malas untuk keluar kemana-mana. Aku benar-benar ingin mencari jawaban dari pertanyaan di kepalaku yang kian waktu kian menumpuk.

"Ah! Apa ini?! Aku benar-benar kesal dengan pertanyaanku sendiri. Ahhh!" gerutuku kesal.

Oh Tuhan, berilah aku secercah cahaya agar aku bisa menemukan jawaban atas segala pertanyaanku. Aku benar-benar ingin mengetahuinya.

Semenjak kejadian itu berlalu, aku dan Garu masih sering menghabiskan waktu bersama-sama. Namun, dalam hati kecilku aku merasa sedikit rasa malu jika dia mulai menggombaliku dengan sejuta kata-kata *sok* manisnya itu. Kami bercanda, bersenda gurau seakan-akan kami ini sedang pacaran, tapi nyatanya tidak. Memang dia menyayangiku, tapi aku tak mengerti. Sayang yang seperti apa yang dia berikan untukku? Sayang di dunia ini bermacam-macam bentuknya, dan aku tak mengerti dia menyayangiku seperti apa. Aku bisa gila bila terus memikirkan hal konyol semacam ini. Akhirnya ku putuskan untuk menjalaninya seperti biasanya saja. Kubiarkan cerita ini mengalir seperti air, entah kemana dia akan membawaku. Pernah kita berbagi secangkir kopi,  berjanji tak pernah pergi dan tetap saling mengisi. Semoga semesta merestui.

Apa mantra yang kau berikan kepadaku? Sehingga diriku menjadi mati rasa terhadap orang-orang yang datang untuk menggantikan posisimu di hatiku.

Sudah hampir 2 tahun aku bersamanya, semenjak masuk SMA untuk pertama kalinya. Kami memang beda sekolah, tapi jarak hanyalah jarak. Jarak itu hanyalah sebuah angka, iya; hanya. Aku masih menyimpan berbagai tanya dalam kepalaku. Hingga akhirnya....

"Dinar!" teriak Sonya kepadaku.

"Iya? Ada apa?"

"Aku tadi, me-melihatnya!"

"Siapa? Tenanglah, bicaralah dengan jelas."

"Garu!"

"Garu? Kenapa dia? Dia baik-baik saja bukan?"

"Dia sangat baik, Din. Tapi aku yakin kau tidak akan baik-baik saja"

"Apa maksudmu?"

"Kemarilah."

Sonya menarik tanganku dan membawaku pergi dari halaman sekolah dengan cepat. Aku benar-benar tak mengerti apa maksud dari perkataannya kepadaku barusan. Dan akhirnya, aku melihat apa yang dia maksudkan.

DAMN! I HATE YOU, GARU!!!!!!!

FOR A WHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang