SORRY

38 1 0
                                    

Kejadian beberapa waktu lalu menyadarkanku bahwa selama ini aku salah menilai perasaan sayang Garu terhadapku. Salah! Aku benar-benar salah. Tapi aku muak terhadapnya, perasaanku benar-benar hancur saat ini. Sangat. Dan tiba-tiba Garu mengirimkan SMS kepadaku.

"Aku mohon kepadamu, Dinar. Tolong datanglah di acara sekolahku nanti malam pukul 19.00. Acara itu terbuka untuk umum. Aku mohon, datang dan lihatlah aku di atas nanti."

"Semoga tak ada halangan." Aku hanya menjawab sekuat tanganku mengetik untuknya. Jemari ini sudah lelah menulis aksara untuknya. Sangat lelah.

"Terima kasih, Dinar. Aku akan menunggumu."

Aku tak kuat lagi membalas pesannya itu. Tapi, entah mengapa aku ingin terlihat baik di depannya nanti malam. Aku ingin terlihat baik-baik saja di hadapannya nanti.

Sudah pukul 18.24 dan aku segera berangkat ke acara yang dimaksud oleh Garu. Aku datang, yah aku datang dan menginjakkan kakiku di sekolahnya. Ada perasaan takut datang kemari, namun ku tutupi dengan berbagai cara. Hingga pada akhirnya, MC memanggil nama Garu untuk penampilannya. Dan aku melihatnya. Dan lagu yang dibawakan Garu benar-benar membuatku sakit

"Sudah berbagai cara agar kita tetap bersama. Yang tersisa dari kisah ini hanya kau takut ku hilang. Perdebatan apapun menuju kata pisah. Jangan paksaan genggamanmu. Izinkan aku pergi dulu yang berubah hanya tak lagi kumilikmu. Kau masih bisa melihatku kau harus percaya ku tetap teman baikmu" begitulah dia menyanyikan lagu dari penyanyi terkenal itu. –Tulus (PAMIT).

Aku tak kuat, air mata ini mulai meleleh karena lagu itu. Belum selesai lagu itu, aku langsung berlari menuju kamar mandi dan menghapus air mataku. Namun, dada ini rasanya sesak sekali. Perasaan ini sakit sekali.

"Aku ingin pulang. Aku ingin pulang. Aku sudah tak kuat lagi berada di tempat ini." Gerutuku dalam hati.

Setelah aku keluar dari kamar mandi, aku melihat punggung Garu yang sedang menunggu di depan kelas dekat kamar mandi. Aku tak bisa melanjutkan kaki ini untuk melangkah. Dia melihatku lalu menghampiriku.

"Aku meminta maaf padamu, Dinar."

"Iya" jawabku singkat.

"Aku benar-benar minta maaf kepadamu. Lagu itu tadi untukmu. Kau tak usah khawatir, aku akan selalu menjadi teman baikmu, Din."

"Tak usah berlebihan, sudah cukup yang kau lakukan selama ini. Aku ingin hidupku tenang, jangan ganggu aku lagi. Maafkan ucapanku, aku hanya tak ingin menyakiti perasaanku terlalu dalam."

"Dinar..."

"Kamu sudah selesai tampil bukan? Aku ingin pulang dan tidur. Besok ada ulangan. Permisi, Garu"

"Iya, Din. Maafkan aku"

Aku benar-benar tak tahan lagi, aku ingin segera pulang dan menangis sekencang yang aku bisa. Garu, kau menyakitiku dan aku berharap pada-Nya semoga kau selalu bahagia dengan siapapun kamu. Maaf, Garu. Aku sudah lelah dengan semua ini. Maaf....

FOR A WHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang