HIDUP ADALAH PILIHAN

8.6K 102 1
                                    

Bahagia itu bila kita punya kekasih dan dia selalu di dekat kita, itu yang aku rasakan, aku Gista dan aku kelas 3 SMA di salah satu sekolah di Jakarta, seperti yang aku bilang aku sangat bahagia karna kekasihku selalu dekat denganku, bahkan selalu satu kelas. Dia Gilang, kami menjalin hubungan dari kelas 1 SMA, awal kami dekat cukup meinstrim, saat itu hari senin dan seperti biasa, upacara bendera dilaksanakan di pagi hari.

Pagi itu aku memang belum sempat sarapan karna jam sangat mepet, dan pada saat mengikuti upacara kepalaku sangat pusing hingga aku kehilangan kesadaran karna lemas.

Entah siapa yang membawaku ke UKS yang jelas pada saat itu aku menemukan Gilang sebagai petugas UKS yang sedang berjaga merawatku dengan baik. Dia manis dan penuh perhatian sehingga awal pertemuan kami, tak disangka banyak pertemuan selanjutnya yang berkesan.

Salah satunya yang paling berkesan adalah sebulan setelah pertemuan awal kami, dia menyatakan cintanya dengan cara yang sangat tidak romantis, itu kekurangan dia, tak bisa romantis. Namun bagiku apapun yang dilakukannya selalu terkesan romantis dimataku, karna dia selalu penuh dengan ketulusan dan kesederhanaan.

"Ta" panggil Gilang saat aku tengah mengerjakan tugasku, pada saat kelas 1 kami memang tidak satu kelas, dan pada hari itu semua kelas sedang kosong karna semua guru mengadakan rapat.

"Eh Gilang" ucapku kaget, karna tiba-tiba dia ada disampingku, aku menoleh kebelakang, dimana Bunga-teman sebangkuku-sudah pindah tempat, pasti karna gilang.

"Ngerjain apaan ta?" kata Gilang lagi.

"Matematik" ucapku singkat kemudian tersenyum padanya, "kamu nggak dikasih tugas?" tanyaku balik.

"Dapet koq, tapi mau ngerjain disini aja, biar semangat" ucapnya, aku menoleh kebukunya ternyata dia sedang kelas b.indonesia.

"Apaan sih" ucapku memukul tangannya, dia hanya terkekeh. Selanjutnya kami kembali sibuk dengan tugas kami masing-masing.

"Ta"

"Hmmm"

"Ta"

"Apa lang?"

"Nengok napa?"

Aku pun terpaksa menoleh padanya, "apa Gilang?" jawabku.

"Jadian yuk" katanya.

Tuk.

Aku memukul kepalanya menggunakan pulpenku yang kupegang, "ngaco ah" ucapku, tapi tak bisa disangkal, dadaku berdetak lebih cepat karna ucapannya yang asal, aku seketika merasa gugup.

"Koq ngaco sih? Emang kamu nggak mau jadian sama aku?" tanyanya.

Aku menatapnya dengan seksama, tak ada nada candaan disana, "kamu seriusan lagi nembak?" tanyaku.

Dia malah menggeleng, membuatku mengerutkan kening tanda tak mengerti, "kalau nembak, aku nggak punya pistol, aku lagi menyatakan cinta" ucapnya nyengir. Ya ampun gilang manis banget.

"Mau nggak?" tanyanya lagi.

Aku tersenyum kemudian mengalihkan pandanganku kesekeliling kelas, koq jadi gugup gini yah? Ini beneran nggak sih?

Aku kembali menoleh dengan cepat saat tangan Gilang menyentuh tanganku, bisa dipastikan wajahku sekarang sudah seperti kepiting rebus, omg! Gimana kondisi jantung gue?

"Ta" panggilnya lagi.

Aku menatap matanya mencoba mencari keseriusan disana, setelah yakin aku pun tersenyum kemudian mengangguk. Tak ada alasan untuk menolaknya kan?

Setelah resmi berpacaran, kami semakin lengket, semua penghuni sekolah sepertinya sudah tahu kami pacaran termasuk guru-guru, karna kami sering bersama. Namun pacaran kami masih dalam taraf wajar, bahkan akademik kami termasuk baik di sekolah. Hingga pada kelas 2 SMA kami satu kelas di kelas unggulan, kami semakin dekat, dan hari-hari terasa lebih indah.

Kumpulan CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang